Pemimpin Lembaga Anti-Mata-Mata Iran Ternyata Mata-Mata Israel

Secretchina.com

Israel dikenal karena keahlian intelijennya dalam menyusup ke kalangan elite negara-negara Timur Tengah dan organisasi Islam bersenjata, dengan tujuan memperoleh informasi penting serta melacak target pembunuhan. Mantan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad mengungkapkan bahwa Iran telah membentuk sebuah lembaga anti-mata-mata, namun ironisnya, pimpinan lembaga tersebut dan 20 anggota di bawahnya ternyata adalah mata-mata Israel.

Menurut laporan media asing, pada 30 September, Ahmadinejad dalam wawancaranya dengan CNN di Turkiye menyatakan bahwa Iran mendirikan lembaga anti-mata-mata untuk melawan infiltrasi agen intelijen Israel, Mossad. Namun, mengejutkannya, pimpinan lembaga tersebut justru merupakan agen Mossad.

Ahmadinejad mengungkapkan bahwa tidak hanya pemimpinnya, tetapi 20 anggota lainnya dari lembaga tersebut juga adalah mata-mata Israel. Mereka berhasil mencuri sejumlah besar informasi rahasia terkait program nuklir Iran dan bahkan membunuh banyak ilmuwan nuklir Iran, sebelum akhirnya melarikan diri ke Israel.

Terkait berita ini, beberapa pengguna internet bercanda bahwa situasi ini bahkan melebihi skenario dalam cerita fiksi “Organisasi Hitam (Detektif Conan) ” dalam manga Jepang Detektif Conan, di mana kelompok tersebut memiliki banyak anggota yang sebenarnya adalah mata-mata dari berbagai negara. Pengguna internet berkomentar, “Setidaknya ada satu orang yang bekerja serius di Organisasi Hitam,” “Fiksi membutuhkan logika, tapi kenyataan tidak,” dan “Kenyataan ternyata bisa melampaui fiksi dengan mudah.”

Kehebatan Intelijen Israel Berhasil Membunuh Pemimpin Hizbullah

Pada 27 September, Israel melancarkan serangan udara presisi yang berhasil menewaskan pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah. Beberapa hari dan jam sebelum Nasrallah terbunuh, Reuters melakukan wawancara dengan sejumlah sumber dari Israel, Lebanon, Iran, dan Suriah. Mereka memberikan informasi rinci tentang serangan Israel terhadap Hizbullah, termasuk penghancuran jalur suplai dan struktur komando Hizbullah. Karena masalah sensitivitas, semua sumber meminta identitas mereka dirahasiakan.

Seorang sumber yang memahami strategi Israel menyatakan kepada Reuters, kurang dari 24 jam sebelum serangan, bahwa Israel telah menghabiskan 20 tahun untuk memfokuskan intelijennya pada Hizbullah, dengan tujuan menyerang Nasrallah dan markas besar Hizbullah jika diperlukan. Sumber itu juga mengatakan bahwa intelijen Israel “sangat hebat,” meskipun tidak memberikan rincian lebih lanjut.

Dua pejabat Israel mengatakan kepada Reuters bahwa Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dan lingkaran terdekatnya telah menyetujui serangan tersebut pada hari Rabu.

Sejak perang terakhir pada 2006, Nasrallah jarang muncul di depan umum. Menurut seorang sumber yang akrab dengan pengaturan keamanan Nasrallah, ia selalu waspada, membatasi aktivitasnya, dan hanya bertemu dengan segelintir orang. Sumber tersebut mengatakan bahwa keberhasilan pembunuhan ini menunjukkan bahwa Hizbullah telah disusupi oleh agen Israel.

Seorang sumber keamanan yang mengetahui pemikiran Hizbullah mengatakan kepada Reuters, bahwa sejak ledakan pager pada 17 September, Nasrallah menjadi lebih waspada daripada biasanya. Dia khawatir akan dibunuh oleh Israel sehingga tidak menghadiri pemakaman komandan yang tewas dalam insiden pager tersebut dan hanya merekam pidato radio beberapa hari sebelum dia dibunuh.

Sejarah Pembunuhan oleh Israel

Sebelumnya, menurut laporan The Wall Street Journal yang mengutip pejabat Israel, unit intelijen tertinggi Israel sedang merencanakan untuk membunuh pejabat tinggi Hamas yang tinggal di Lebanon, Turki, dan Qatar atas perintah Netanyahu.

Israel memiliki sejarah panjang dalam menggunakan berbagai metode untuk mengeksekusi target mereka. Agen Israel pernah menyamar sebagai perempuan di Beirut untuk mengejar militan Palestina; menyamar sebagai turis di Dubai untuk membunuh pejabat Hamas; memasang bom mobil di Suriah untuk membunuh pemimpin Hizbullah; serta menggunakan senapan kendali jarak jauh untuk membunuh ilmuwan nuklir di Iran.

Pada 1960-an, agen Israel juga menggunakan bom surat untuk membunuh ilmuwan Nazi Jerman yang membantu Mesir mengembangkan roket.

Pada tahun 1997, Netanyahu memerintahkan pembunuhan Khaled Meshaal, pendiri Hamas yang tinggal di Yordania. Namun, operasi tersebut gagal dan justru menyebabkan pembebasan pemimpin spiritual Hamas, Sheikh Ahmed Yassin.

Pada saat itu, kelompok pembunuh Israel menyamar sebagai turis Kanada untuk masuk ke Yordania dan melancarkan serangan di luar kantor Hamas di ibu kota Amman. Salah satu agen mencoba menyemprotkan racun ke telinga Meshaal, tetapi dia tertangkap sebelum berhasil melarikan diri.

Setelah Meshaal jatuh koma karena keracunan, Yordania mengancam akan membatalkan perjanjian damai dengan Israel. Presiden AS saat itu, Bill Clinton, meminta Netanyahu untuk menyelesaikan masalah tersebut. Akibatnya, Israel mengirimkan kepala intelijen dengan membawa obat penawar ke Amman untuk menyelamatkan Meshaal, serta sepakat membebaskan Sheikh Yassin dan 70 tahanan Palestina lainnya sebagai pertukaran bagi agen-agen yang ditangkap. Meshaal kemudian mengklaim bahwa kegagalan upaya pembunuhan tersebut menjadi titik balik yang membuat Hamas semakin kuat. (jhon)