Mengapa Umat Manusia adalah Masyarakat yang Tersesat

Master Li Hongzhi adalah pendiri disiplin spiritual Falun Gong (juga disebut Falun Dafa). Latihan ini menggabungkan meditasi dan latihan lembut dengan filosofi moral yang berpusat pada prinsip Sejati-Baik-Sabar

Setelah Master Li memperkenalkan latihan ini kepada publik di Tiongkok pada awal tahun 1990-an, sekitar 70 juta hingga 100 juta orang mulai berlatih. Sejak saat itu, latihan ini telah menyebar ke lebih dari 100 negara di seluruh dunia. Meskipun demikian, di Tiongkok, praktik ini telah mengalami penganiayaan ekstrem oleh Partai Komunis Tiongkok

Artikel berikut ini telah diterjemahkan dari bahasa Mandarin dan awalnya diterbitkan di FalunDafa.org

***

Maha besarnya badan langit, para dewa, raja, penguasa, semuanya tidak mengetahui apa pun di luar dirinya, banyaknya kehidupan semuanya tidak terhitung. Namun seluruh kehidupan dalam badan langit, yang berada di tingkat yang terbentuk dari materinya sendiri, semuanya melihat dunia tempatnya hidup dari segala aspek, sama seperti cara dewa melihat dunia, hanya saja tidak memiliki kebijakan dan kemampuan dewa. Maka dikatakan semua kehidupan dalam alam semesta badan langit tidak akan seperti kondisi umat manusia, tidak dapat melihat fakta kebenaran dunia di mana dirinya hidup, tidak dapat melihat bentuk keberadaan kehidupan lainnya di lingkungan tempatnya hidup, tidak dapat melihat wujud nyata materi pada lingkungan tempatnya hidup. Oleh karenanya cara berpikir manusia, cara mengenal dunia adalah unik namun tidak berkemampuan. Ini adalah masyarakat yang “tersesat” (kecuali para dewa yang sudah ada di sana dan fenomena tertentu kalangan Xiulian).

Lalu mengapa bisa demikian? Karena badan langit dan sistem alam semesta yang sangat banyak di dalam badan langit, semuanya telah berjalan hingga ke tahap “musnah” yang paling akhir dari hukum “terbentuk-bertahan-rusak-musnah”, di dalam pencerai-beraian saat musnah terakhir yang menakutkan, segalanya akan musnah total, tak tersisa, oleh karenanya Sang Pencipta memutuskan untuk menyelamatkan makhluk hidup.

Alam semesta badan langit bisa berjalan sampai ke tahap musnah, adalah karena badan langit dan banyaknya alam semesta dalam badan langit, serta kehidupan yang tak terhitung di dalamnya, termasuk para penguasa, para raja, para dewa di masing-masing alam semesta, di tengah proses yang panjang dari “terbentuk-bertahan-rusak-musnah”, semuanya berubah menjadi tidak sebaik seperti awal mula ketika terbentuk, dengan kata lain, di tengah panjangnya waktu semua tidak lagi sesuai standar pada tingkatan di mana dirinya berada. Ini adalah hukum keniscayaan dalam proses kehidupan.

Demi menyelamatkan semua makhluk hidup, Sang Pencipta telah menciptakan sebuah dunia di luar badan langit, menggunakannya untuk menyelamatkan makhluk hidup di dalam badan langit yang tak terhitung, dan dinamakan “triloka”. Dalam triloka terdapat tiga tingkat kehidupan. Kehidupan di tingkat paling rendah sama sekali tidak memiliki kemampuan, tanpa kebijakan, hidup di dalam lingkungan yang paling menyesatkan dan menderita, inilah masyarakat umat manusia. Sekalipun demikian, kecerdasan manusia dan makhluk hidup pada tingkat kedua hanyalah lebih tinggi dari manusia di tingkat ini, sehingga mereka hanya dapat melihat kondisi tingkat manusia dan kondisi tingkat di mana mereka sendiri berada, yang oleh manusia disebut sebagai makhluk surgawi. Dan pada satu tingkat lebih tinggi lagi, mereka juga dapat melihat kondisi hidup dari kehidupan di dua alam yang lebih rendah dan kondisi pada tingkatan diri sendiri, di dalam triloka kebijakannya juga yang tertinggi, umat manusia menyebutnya manusia langit. Tetapi semua makhluk hidup di triloka tidak dapat melihat alam semesta yang sesungguhnya dan kerajaan surga tempat para dewa langit berada.

Oleh karena itu, manusia hidup “dalam kesesatan” dengan kecerdasan yang paling minim, tidak dapat melihat hakikat segala materi. Ini adalah karya terobosan Sang Pencipta demi semua makhluk hidup dapat terselamatkan di masa paling akhir sebelum pemusnahan total. Juga agar makhluk hidup dengan mengandalkan sisi baik sifat manusia – dapat keluar dari dunia kelam yang penuh penderitaan. Sulit, memang sangat sulit. Di paling akhir dari terbentuk-bertahan-rusak-musnah, kehidupan yang seharusnya dimusnahkan hanya dengan menanggung penderitaan, menghapus karma baru dapat terselamatkan, bersamaan itu juga dapat mempertahankan sifat baiknya, baru dapat diakui oleh “masa depan”. Ketika tiba pada masa akhir, Sang Pencipta menyetujui para dewa, raja, penguasa badan langit, dan bahkan maha dewa, sang maha sadar lebih tinggi yang masing-masing mengendalikan badan langit bagiannya untuk turun ke dunia bereinkarnasi menjadi manusia, semua kebijakan dan kemampuan mereka disegel. Dalam kondisi yang paling menderita dan tanpa kemampuan, tanpa kebijakan dan tubuh seluruhnya disegel, mereka menanggung penderitaan menghapus karma, dalam penderitaan, mereka menyandarkan diri pada pikiran lurus, mempertahankan sifat dasar yang baik, dengan demikian baru dapat dihargai oleh para dewa dan Sang Pencipta, baru dapat diakui oleh masa depan. Mereka yang berulang kali bereinkarnasi dalam masyarakat manusia, karma dosa dihapus secara berangsur-angsur, maka orang dengan De yang makin lama makin banyak dalam proses penyelamatan niscaya akan dipilih. Di penghujung masa akhir saat penyelamatan dimulai, mereka pasti akan diselamatkan oleh Sang Pencipta ke alam semesta baru. Dengan kata lain, cara hidup masyarakat manusia yang “tersesat” adalah masyarakat dan cara hidup khusus yang diciptakan oleh Sang Pencipta demi untuk menyelamatkan semua makhluk hidup. Oleh karena itu, ketika seseorang berada dalam kesesatan, tak peduli kepada siapa pun dia memohon untuk menjebol kesesatan ini, semua tidak ada gunanya. Dari surga hingga ke bumi, tidak ada satu kehidupan pun yang berani menghancurkan lingkungan penyelamatan makhluk hidup ini.

Dalam dunia ini selalu ada orang yang mengatakan percaya kepada Tuhan adalah takhayul. Jadi ada yang berkata jika terlihat saya percaya, jika tidak terlihat maka tidak percaya. Sehingga ada yang berani melakukan perbuatan buruk tanpa memikirkan akibatnya. Tak peduli dewa yang seberapa tinggi jika sudah bereinkarnasi menjadi manusia, sudah memiliki tubuh fisik manusia seyogianya ia adalah manusia, masuk ke tubuh manusia berarti sudah masuk ke dalam kesesatan, maka ada orang akan menciptakan karma dalam kesesatan. Sang Pencipta menciptakan triloka adalah agar dalam penderitaan makhluk hidup dapat menghapus karma dosa, tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan moralitas diri sendiri, tanpa karma dosa baru bisa diselamatkan untuk kembali ke kerajaan surga. Sesudah menciptakan karma maka harus membayar karma, ini adalah prinsip hukum yang ditetapkan oleh alam semesta badan langit. Namun manusia berada dalam kesesatan, sangat mungkin menciptakan karma dosa di dunia, tentu saja harus membayarnya. Tidak membayar dalam kehidupan ini, akan membayar dalam kehidupan berikutnya. Sebenarnya sangat banyak orang memiliki karma dosa sangat besar, demi manusia bisa diselamatkan, Sang Pencipta masih akan menanggung sebagian penderitaan bagi manusia, ini adalah belas kasih terbesar, cinta kasih terbesar terhadap manusia. Jika karma besar sampai taraf tertentu, kehidupan benar-benar sudah akan dimusnahkan. Menghapus karma dosa kembali ke surga barulah tujuan anda yang sesungguhnya datang ke dunia ini. Saat reinkarnasi datang ke dunia setiap orang pernah bersumpah kepada Sang Pencipta. Membayar karma dosa tentu akan sangat menderita, karma akan membuat orang bertarung, akan ada perang, akan ada penyakit, akan ada kepenatan, akan ada kelaparan, akan ada kemiskinan, oleh karenanya menderita. Tentu saja karma dosa juga ada yang besar ada yang kecil, juga dikarenakan adanya karma yang besar dan kecil, hidup manusia baru ada perbedaan kaya dan miskin, manusia dalam kesesatan bila dapat menjaga kebaikan hati akan lebih sedikit menciptakan karma! Lebih sedikit mengalami penderitaan!

Juga bisa dikatakan “kesesatan” adalah diciptakan untuk menyelamatkan makhluk hidup, menyelamatkan badan langit dan seluruh alam semesta. ”Kesesatan” ini juga memiliki alasan yang sangat mendalam, oleh karena itu juga tidak mungkin karena mengikuti keterikatan hati manusia lalu menjebol kesesatan. Banyak sekali dewa di dunia ini, mengapa tidak boleh demi memuaskan nafsu keinginan manusia lalu menjebolnya? Mereka tidak berani! Itu karena Sang Pencipta menciptakannya demi untuk menyelamatkan badan langit dan semua makhluk hidup, ini merupakan harapan bagi semua makhluk hidup untuk terselamatkan.

Shifu  Li Hongzhi
30 September 2024