Semarang – Ketika bertamu ke kantor OJK Provinsi Jawa Tengah, banyak yang menarik dan memberikan kesan yang berbeda. Mulai gedungnya yang bercorak tempo dulu unik dan elegan. Selain itu juga pimpinan beserta staf menggunakan busana daerah Jawa melengkapi kesan humanis dan anggun. Serasa berada di zaman Jawa masa lampau, benar-benar istimewa.
“Gedung ini merupakan salah satu peninggalan Oei Tiong Ham seorang konglomerat peranakan yang sangat kaya. Tidak hanya di Semarang, namun juga di Indonesia bahkan Asia Tenggara. Kisahnya lumayan melegenda. Dan gedung ini dikenal sebagai Istana Gergaji, karena berada di daerah Gergaji,” jelas Kepala OJK Provinsi Jawa Tengah, Sumarjono saat menyambut saat menyambut awak media dari Jawa Timur, Kamis (3/10).
Jejak Bisnis yang Mendunia
Ketika Oei Tiong Ham adalah seorang pengusaha Tionghoa peranakan yang dikenal sebagai Raja Gula dari Semarang. Lahir pada 19 November 1866, Oei tumbuh menjadi konglomerat terkemuka di Hindia Belanda dan Asia Tenggara pada awal abad ke-20. Ia adalah pewaris perusahaan perdagangan Kian Gwan yang didirikan oleh ayahnya, Oei Tjie Sien. Dalam kepemimpinannya, Oei Tiong Ham memperluas bisnis keluarga menjadi konglomerasi multinasional, yang dikenal sebagai Oei Tiong Ham Concern (OTHC).
Di bawah kepemimpinan Oei Tiong Ham, OTHC berkembang pesat dan mendominasi industri gula, kapuk, karet, opium, serta perdagangan komoditas lainnya. Dengan strategi bisnis yang inovatif, seperti mengakuisisi pabrik gula dan ladang tebu, Oei Tiong Ham mengokohkan posisinya sebagai pengusaha paling berpengaruh di kawasan tersebut. Bahkan, ia menjadi salah satu pengusaha pertama yang memperkenalkan praktik manajemen modern di perusahaan-perusahaannya, seperti penggunaan kontrak hukum tertulis dan perekrutan tenaga profesional non-keluarga untuk posisi-posisi penting.
Keberhasilan Oei Tiong Ham tidak hanya terbatas pada Jawa dan Asia Tenggara. Perusahaannya memiliki cabang di kota-kota besar seperti Singapura, London, Amsterdam, dan New York. Pada tahun 1920-an, OTHC menjadi salah satu perusahaan terbesar di Asia Tenggara, dan Oei dijuluki sebagai “Rockefeller dari Asia” karena kekayaannya yang luar biasa, yang diperkirakan mencapai 200 juta gulden pada saat kematiannya.
Oei Tiong Ham di Semarang
Warisan Oei Tiong Ham di Semarang masih terasa hingga saat ini. Salah satu peninggalannya yang paling terkenal adalah **Istana Gergaji**, sebuah rumah mewah yang dibangun di kawasan Gergaji, Semarang. Rumah megah ini dahulu merupakan bagian dari kompleks yang sangat luas, mencakup 81 hektar tanah. Saat ini, sisa dari kawasan ini telah berkembang menjadi pusat perkantoran dan permukiman, termasuk area sekitar Simpang Lima.
Salah satu bangunan warisan Oei Tiong Ham yang masih berdiri megah adalah gedung yang kini digunakan sebagai kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Jawa Tengah di Jalan Kyai Saleh, Semarang. Gedung ini resmi dibeli oleh OJK pada tahun 2018 setelah sebelumnya disewa sejak 2016. Bangunan cagar budaya ini telah direnovasi beberapa kali, dengan tetap mempertahankan keasliannya. Saat ini, selain berfungsi sebagai kantor OJK, gedung tersebut juga menjadi pusat edukasi dan layanan keuangan bagi masyarakat.
Kejayaan dan Kemunduran
Puncak kejayaan Oei Tiong Ham dicapai pada awal abad ke-20, namun warisannya mengalami masa sulit setelah kematiannya pada 1924. OTHC terus beroperasi di bawah kepemimpinan putra-putranya, namun pada 1960-an, aset-aset perusahaan di Indonesia disita oleh pemerintah. Pemerintah Indonesia menasionalisasi perusahaan dan mendirikan PT Perusahaan Perkembangan Ekonomi Indonesia Nasional (PPEN) Rajawali Nusantara Indonesia untuk mengelola aset tersebut.
Oei Tiong Ham adalah simbol kejayaan dan inovasi dalam dunia bisnis Asia Tenggara. Meskipun jejak fisiknya seperti Istana Gergaji kini berubah fungsi, kontribusinya terhadap dunia bisnis dan ekonomi tetap abadi. Gedung-gedung peninggalannya, seperti yang kini digunakan oleh OJK di Semarang, menjadi pengingat akan warisan salah satu konglomerat terbesar dari Nusantara.