Pejabat Intelijen Amerika Serikat : Beijing Mengintervensi Pemilu AS 2024

EtIndonesia. Pada Senin (7/10), seorang pejabat intelijen Amerika Serikat mengungkapkan bahwa Beijing semakin meningkatkan upaya untuk mempengaruhi pemilu di Amerika Serikat, termasuk pemilihan negara bagian dan kongres. 

Seorang pejabat mengatakan bahwa jumlah kasus dugaan aktivitas pengaruh asing terhadap pejabat publik telah meningkat lebih dari tiga kali lipat. Mengutip laporan dari seorang pejabat intelijen anonim, Voice of America melaporkan: “Seiring mendekatnya hari pemilu, kami terus melihat para aktor asing memperkuat aktivitas (pengaruh) mereka.”

Pejabat tersebut menambahkan, aktor asing ini: “Menyadari bahwa orang Amerika sudah mulai memberikan suara, dan semakin mendekati hari pemilu, tindakan mereka mungkin akan mencoba memberikan pengaruh yang lebih besar.”

Dia juga menyatakan bahwa Tiongkok , Rusia, Iran, dan Kuba mencoba “membersihkan narasi mereka” dan menyusup ke dalam diskusi terkait topik pemilu, serta memperburuk perpecahan di antara rakyat Amerika melalui isu-isu sensitif seperti masalah imigrasi.

Laporan: Partai Komunis Tiongkok Menyerang Kandidat yang Mendukung Taiwan

Laporan yang dirilis oleh Direktur Intelijen Nasional Amerika Serikat (DNI) pada hari Senin(7/10) menyebutkan bahwa Tiongkok dan Rusia tidak hanya berusaha mengganggu pemilihan presiden AS, tetapi juga melancarkan kampanye untuk membantu atau merugikan kandidat kongres tertentu, mengganggu pemilihan di tingkat negara bagian dan lokal, serta memperluas penyebaran disinformasi secara daring.

Menurut Reuters, para aktor yang terkait dengan Beijing secara langsung mengintervensi “puluhan” pemilu tingkat bawah, terutama yang berkaitan dengan isu-isu yang paling menjadi perhatian Tiongkok, termasuk kandidat kongres yang mendukung Taiwan.

Pejabat intelijen AS menyebutkan bahwa para pemimpin Tiongkok dan Rusia sangat memahami sistem politik Amerika. Mereka memperhatikan bahwa lingkungan pemilu tahun ini sangat tegang dan kompetitif, yang mereka anggap menguntungkan penyebaran disinformasi serta memudahkan mereka mempengaruhi pandangan pemilih.

DNI telah memantau dengan cermat aktivitas campur tangan pemilu Amerika oleh pihak asing. Dalam dokumen intelijen yang dideklasifikasi pada Juli lalu, DNI menyebutkan bahwa sikap Beijing terhadap pemilu presiden AS kali ini lebih hati-hati dibandingkan Rusia. Beijing mungkin tidak berniat untuk mempengaruhi hasil pemilu, karena mereka melihat kedua partai berusaha untuk mengekang Tiongkok, sehingga usaha untuk mempengaruhi hasil pemilu tidak akan berdampak besar.

DNI juga mengamati bahwa Tiongkok sedang berupaya memperluas kemampuannya untuk mengumpulkan dan memantau data dari platform media sosial AS, dengan dugaan bahwa hal ini “mungkin bertujuan untuk lebih memahami—dan pada akhirnya memanipulasi—opini publik.”

Jumlah Kasus Dugaan Aktivitas Pengaruh Asing Meningkat Lebih dari Tiga Kali Lipat

NBC News melaporkan bahwa menurut hasil survei yang diperoleh dari pejabat negara bagian dan perusahaan riset pasar TargetSmart, meskipun masih ada empat minggu menjelang hari pemilu, hingga Selasa kemarin (8/10) lebih dari 16 juta warga Amerika telah mengajukan permohonan surat suara melalui pos atau memilih lebih awal.

Seorang pejabat menyatakan bahwa berbagai lembaga secara pribadi telah memberitahu kandidat presiden, senator, anggota kongres, dan gubernur tentang aktivitas pengaruh asing yang terdeteksi.

Pejabat lainnya menambahkan bahwa laporan tentang aktivitas pengaruh asing dalam pemilu tahun ini lebih banyak dibandingkan dengan pemilu tahun-tahun sebelumnya.

Ia mengatakan bahwa jumlah kasus dugaan aktivitas pengaruh asing terhadap pejabat publik “telah meningkat lebih dari tiga kali lipat.”

Banyak Negara Mencoba Mengganggu Pemilu AS


Laporan DNI pada hari Senin menyebutkan bahwa banyak negara yang mencoba mengganggu pemilu AS. Sebagai contoh, Rusia berusaha melemahkan dukungan terhadap kandidat kongres yang “mendukung Ukraina.”

Bahkan beberapa negara kecil juga berusaha mempengaruhi pemilu AS, termasuk Kuba. Laporan tersebut menyebutkan bahwa Kuba mencoba membantu kandidat yang kemungkinan akan memperbaiki hubungan AS-Kuba, dengan harapan dapat mengurangi sanksi ekonomi. Kuba fokus untuk mempengaruhi pemilih berbahasa Spanyol melalui media sosial guna mendukung kandidat pilihan mereka.

Selain serangan siber terhadap sistem pemilu, upaya asing untuk mengganggu pemilu AS juga meliputi penyebaran pernyataan yang salah atau provokatif, informasi palsu tentang prosedur pemilu, iklan, unggahan media sosial, serta menyesatkan pemilih mengenai kandidat, isu, atau pemilu, atau menggunakan intimidasi untuk menurunkan tingkat partisipasi pemilih.(jhn/yn)