EtIndonesia. Wall Street Journal melaporkan, Rabu (9/10) bahwa pemerintahan Biden berharap untuk menghindari terulangnya insiden seperti kematian pemimpin Hizbullah, tetapi Israel enggan berbagi rencana mereka tentang bagaimana mereka akan membalas Iran, yang menyebabkan para pejabat AS merasa kecewa.
Laporan tersebut menyebutkan bahwa pejabat AS mengungkapkan, Gedung Putih terus mendesak Israel untuk tidak menyerang fasilitas minyak Iran agar perang di kawasan tidak terus meluas, namun Israel menolak memberi tahu pemerintahan Biden bagaimana mereka akan membalas Teheran.
Operasi militer Israel di Jalur Gaza dan Lebanon terus membuat pejabat AS merasa terkejut. Beberapa pejabat AS sebelumnya mengharapkan bahwa saat Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant bertemu dengan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin di Pentagon pada Rabu (9/10), AS akan mendapatkan lebih banyak informasi tentang pasukan Israel. Namun, kunjungan Gallant telah ditunda.
Seorang pejabat Israel menyatakan bahwa Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menghentikan keberangkatan Gallant ke AS pada malam 8 Oktober, karena Israel sedang mempersiapkan pembalasan terhadap Iran. Pejabat AS menyatakan bahwa belum jelas kapan Israel akan memulai serangan balasan atau apa target serangan Israel.
Seorang pejabat Israel menyebutkan bahwa Presiden Biden dan Netanyahu akan berbicara melalui saluran telepon.
Pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, tewas dalam serangan udara Israel pada tanggal 27 September, dan Israel tidak memberi tahu AS sebelumnya. Serangan tersebut terjadi saat Washington sedang menengahi kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Lebanon, yang mengejutkan pejabat tinggi pemerintahan Biden.
Seorang pejabat AS mengatakan bahwa dalam percakapan telepon dengan Gallant, Austin menanyakan: “Maaf, apa yang baru saja Anda katakan?”
Dalam percakapan telepon kedua pada hari itu, Austin bertanya kepada Gallant apakah Israel berencana untuk “bertahan sendiri,” karena operasi tersebut dilakukan tanpa memberi tahu pihak AS sebelumnya.
Pejabat pertahanan menyebutkan bahwa kekecewaan Austin disebabkan oleh fakta bahwa AS tidak memiliki cukup waktu untuk mempersiapkan pertahanan bagi Israel atau melindungi pasukan AS yang berada di sekitar wilayah tersebut.
Setelah Iran meluncurkan hampir 200 rudal ke arah Israel, Israel mengancam akan membalas dendam. Laporan menyebutkan bahwa pembalasan Israel bisa menyebabkan keterlibatan militer AS lebih dalam, sehingga pejabat AS berharap bisa mendapatkan lebih banyak informasi tentang rencana balasan Israel kali ini.
Komandan Komando Pusat AS (US Central Command), Jenderal Erik Kurilla, mengunjungi Israel pada 6 Oktober lalu untuk bertemu dengan Gallant dan para petinggi militer Israel, dan memperingatkan Israel untuk tidak menyerang fasilitas nuklir atau minyak Iran.
Laporan tersebut menyebutkan bahwa pejabat AS tidak bersedia mengungkapkan apakah mereka telah mendapatkan janji dari Israel untuk memberi tahu Washington terlebih dahulu sebelum melancarkan serangan terhadap Iran.(jhn/yn)