- Baru-baru ini, pasar saham Tiongkok mengalami lonjakan dan penurunan tajam. Beberapa lembaga memperingatkan bahwa krisis pasar saham Tiongkok tahun 2015 mungkin akan terulang kembali. Beberapa analis percaya bahwa intervensi pemerintah Tiongkok dalam pasar saham saat ini jelas menyimpang dari esensi transaksi keuangan. Jika tidak diambil tindakan untuk menghentikan tren ini, pada akhirnya bisa mengarah pada “Minsky moment”
- “Minsky moment”, yang dinamai sesuai ekonom Amerika Hyman Minsky, menggambarkan krisis pasar keuangan (terutama pasar kredit) yang terjadi ketika harga aset tiba-tiba runtuh secara sistematis—yaitu, pecahnya gelembung ekonomi yang umum diketahui
New Tang Dynasty TV
Pada 24 September 2024, pemerintah Tiongkok mengumumkan serangkaian langkah untuk menyelamatkan pasar, seperti penurunan suku bunga, pengurangan persyaratan uang muka pembelian rumah, dan penyuntikan dana likuiditas jangka panjang sekitar 1 triliun yuan (RMB), serta mengalokasikan 800 miliar yuan untuk mendukung pasar saham. Setelah itu, pasar saham Tiongkok melonjak drastis hingga sehari sebelum liburan Hari Nasional (1 Oktober).
Selama hampir empat tahun terakhir, pasar saham A-share mengalami penurunan yang berkepanjangan selama tiga tahun. Dalam lonjakan terbaru ini, indeks A-share naik dari 2.600 poin ke lebih dari 3.600 poin hanya dalam waktu satu minggu. Sementara itu, pemerintah Tiongkok juga gencar mempromosikan kedatangan “bull market”.
Menurut statistik media daratan Tiongkok, selama liburan Hari Nasional, jumlah pembukaan akun baru mungkin mencapai satu juta. Salah satu perusahaan sekuritas utama mencatat hampir 300.000 akun baru yang dibuka. Perusahaan sekuritas juga melaporkan bahwa generasi 80-an dan 90-an adalah kekuatan utama dalam gelombang pembukaan akun ini, bahkan beberapa dari generasi 2000-an turut serta.
Pada 8 Oktober, Komisi Pengembangan dan Reformasi Nasional Tiongkok mengadakan konferensi pers, tetapi tidak mengumumkan paket stimulus ekonomi triliunan yuan seperti yang diharapkan oleh pasar. Sebaliknya, mereka hanya menegaskan kembali kebijakan yang sudah ada, mengecewakan banyak pihak. Setelah itu, pasar saham Hong Kong dan Tiongkok langsung anjlok, dengan investor menggambarkannya seperti sedang menaiki roller coaster.
Pada 9 Oktober, seorang penulis independen, Shangguan Luan, menulis di “Shang Bao” bahwa banyak akademisi luar negeri tetap tenang. Pasalnya, sejak tahun 1990-an, pemerintah Tiongkok telah berulang kali menggunakan metode ini untuk mendorong pasar saham, yang paling mencolok terjadi pada tahun 2008 dan 2015.
Kali ini, tujuan pemerintah Tiongkok adalah untuk merangsang pasar saham guna mengangkat ekonomi dari kelesuan, namun mereka tidak ingin masyarakat berfokus pada spekulasi jangka pendek. Namun, bagi investor biasa di Tiongkok, siapa yang bisa menahan diri? Bahkan jika mereka mengetahui ini hanya rebound sementara, mereka tetap akan berinvestasi dan berharap bukan menjadi orang terakhir yang “memegang bunga mekar” (kalah dalam permainan cepat). Inilah sifat umum pasar saham Tiongkok.
Artikel tersebut juga menyatakan bahwa lingkungan saat ini sangat berbeda dari tahun 2008 dan 2015. Kebijakan moneter saat ini berisiko memperburuk perangkap utang Ponzi dan akhirnya bisa mengarah pada “Minsky moment”.
Dibandingkan dengan pasar saham AS, A-share Tiongkok memiliki banyak kelemahan inheren, terutama dalam struktur investor. Pasar saham AS adalah pasar institusional, di mana institusi memiliki porsi besar, yang memberikan fondasi kuat untuk pasar. Sebaliknya, pasar A-share Tiongkok didominasi oleh investor ritel, yang cenderung fokus pada perdagangan jangka pendek. Bahkan lembaga investasi di Tiongkok pun cenderung berpikiran jangka pendek.
Isi artikel Shangguan Luan juga menekankan bahwa langkah pemerintah untuk mendorong pasar saham jelas menunjukkan bahwa mereka tidak memulihkan likuiditas pasar saham atau mengurangi larangan IPO, tetapi hanya memanfaatkan kebijakan real estat dan menyebarkan uang dalam skala kecil. Langkah-langkah ini tidak memenuhi kebutuhan nyata untuk menjalankan pasar saham dengan sehat.
Artikel tersebut juga menyatakan bahwa langkah pemerintah Tiongkok untuk merangsang pasar saham dan properti kali ini jelas menyimpang dari esensi transaksi keuangan. Mereka terus memperbesar leverage dan risiko tanpa henti. Jika tidak dihentikan, ini bisa mengarah pada “Minsky moment”.
Laporan terbaru dari Nomura Securities menunjukkan bahwa setelah euforia di pasar saham Tiongkok, kemungkinan besar akan terjadi keruntuhan yang dapat mengulang tragedi tahun 2015.
Pada 9 Oktober, tiga indeks utama A-share mengalami penurunan tajam. Indeks Shanghai anjlok hampir 7%, turun di bawah 3.300 poin, dan akhirnya turun 6,62%, ditutup pada 3.258,86 poin, mencatat penurunan harian terbesar sejak Februari 2020, sekaligus mengakhiri tren kenaikan selama 10 hari berturut-turut. Indeks Shenzhen turun 8,15%, sedangkan indeks ChiNext anjlok 10,59%.
Pengamat politik Li Xin, dalam program “Xin News Perspective”, menyatakan bahwa penurunan ini sudah diprediksi sebelumnya. Dia mengatakan sebelumnya bahwa lonjakan pasar saham ini adalah jebakan yang dibuat oleh Partai Komunis Tiongkok (PKT) untuk menarik RMB.147 triliun simpanan rakyat, memancing rakyat untuk menginvestasikan tabungan terakhir mereka guna menyelamatkan ekonomi Tiongkok yang hampir runtuh.
Li Xin juga berpendapat bahwa ekonomi Tiongkok sudah sangat kritis. Selain dari bank sentral mencetak uang untuk mengurangi nilai kekayaan rakyat, PKT tidak memiliki solusi nyata untuk menyembuhkan masalah mendasar ekonomi tersebut. PKT tidak memiliki keinginan atau tekad untuk benar-benar menyelesaikan masalah ekonomi yang mendalam ini. (hui)