Forum Elite
Revolusi Kebudayaan yang dimotori oleh Mao Zedong telah mengalami titik perubahan yang sangat mendasar pada 13 September 1971. Pada hari itu, Lin Biao, Wakil Ketua Komite Sentral Partai Komunis Tiongkok (PKT) yang resmi ditunjuk sebagai penerus Mao Zedong, dikabarkan melarikan diri bersama istri dan putranya dengan menumpang pesawat, lalu jatuh dan tewas di Mongolia. Setelah itu, situasi politik Partai Komunis Tiongkok dan sentimen publik di Tiongkok mengalami perubahan dramatis.
Namun 50-an tahun kemudian, PKT yang dipimpin oleh Xi Jinping terus menjalankan politiknya yang menganut ideologi kiri, menciptakan suasana seperti saat Revolusi Kebudayaan sedang berkobar di Tiongkok.
Oleh karena itu, berbagai fenomena Revolusi Kebudayaan PKT di saat itu dapat ditemukan pada peristiwa yang sama di Tiongkok sekarang. Sehingga banyak orang bertanya-tanya, apakah “momen Lin Biao” juga akan muncul di era kepemimpinan Xi Jinping? Dan siapa “Lin Biao” yang sekarang?
Insiden Lin Biao Membingungkan. Apakah Lin Liguo adalah Generasi Pertama Aktivis Pro Demokrasi di Tiongkok?
Guo Jun, pemimpin redaksi “The Epoch Times” menjelaskan melalui program “Forum Elite” NTDTV, bahwa pernyataan resminya adalah bahwa pada 13 September 1971, pesawat Trident yang membawa Lin Biao beserta anggota lainnya jatuh saat terbang di atas langit Wendur Khan, Mongolia. Tetapi terdapat banyak cerita tidak resmi yang menyebutkan bahwa pesawat jatuh karena ditembak oleh PKT.
Ia juga mengatakan, setelah pesawat Lin Biao lepas landas dari Bandara Shanhaiguan, Zhou Enlai memerintahkan agar tidak ada pesawat baik komersial atau militer yang boleh lepas landas atau mendarat di bandara di seluruh negeri, dengan maksud untuk mengawasi ke mana pesawat tersebut terbang. Setelah mengetahui bahwa pesawat telah terbang keluar perbatasan maka sebuah rudal diluncurkan.
Lalu, kata Guo Jun, Uni Soviet mengirim petugasnya untuk mempelajari secara cermat pesawat Lin Biao tersebut mengatakan bahwa api langsung membakar pesawat sesaat kecelakaan terjadi sehingga semua orang dalam pesawat hangus terbakar dan tidak dapat dikenali lagi.
Tentu saja, ada juga teori yang menyebutkan bahwa terjadi baku tembak di dalam pesawat, atau seseorang dalam pesawat yang meledakkan pesawat. Artinya setelah ada petugas dalam pesawat tersebut yang tidak ingin melarikan diri mengetahui fakta bahwa pesawat sedang digunakan untuk pelarian ke luar negeri lalu menggunakan kekerasan untuk menghentikan tindakan tersebut, sehingga pesawat jatuh dan menewaskan semua orang.
Cerita yang paling aneh adalah Lin Biao dan istrinya Ye Qun sama sekali tidak berada di dalam pesawat, yang ada hanya Lin Liguo (putra Lin Biao) beserta anggota kelompoknya. Laporan dari Uni Soviet malahan menyebutkan bahwa ada alat KB dan peninggalan lainnya yang ditemukan dalam tas mayat wanita yang diduga adalah Ye Qun, padahal Ye Qun saat itu sudah berusia 54 tahun. Sedangkan Lin Biao yang sakit-sakitan dulunya pernah cukup lama berobat di Uni Soviet. Karena itu, pihak Uni Soviet memiliki informasi medis, termasuk informasi perawatan gigi Lin Biao.
Ada kabar yang menyebutkan bahwa Uni Soviet memastikan Lin Biao tidak berada di dalam pesawat, namun Partai Komunis Tiongkok juga memiliki informasi yang menunjukkan bahwa Uni Sovietlah yang memastikan jika Lin Biao berada di dalam pesawat yang jatuh dan terbakar tersebut.
Setelah puluhan tahun berlalu, hingga kini pun baik Uni Soviet maupun Rusia tetap bungkam, tidak pernah secara terbuka mengumumkan hasil investigasi tentang pesawat itu. Jika Lin Biao memang tidak berada dalam pesawat naas itu, lalu di manakah dia sekarang? Ada teori beredar yang menyebutkan bahwa dia sudah dibunuh di Beijing, tetapi tidak ada bukti yang bisa mendukungnya.
Juga dalam “Forum Elit” tersebut Wang Juntao, ketua Partai Demokrat Tiongkok mengatakan bahwa ketika insiden Lin Biao terungkap, pihaknya tahu ada trik-trik tipuan di dalamnya. Karena banyak kasus yang menjadi misteri, sehingga banyak cendekiawan yang mempelajari sejarah politik pun sulit untuk menentukan kebenarannya.
Ketika itu, ayah Wang Juntao yang memimpin penelitian sejarah partai di Universitas Militer dan Politik sudah menemui banyak aspek tentang kasus Lin Biao yang membingungkan. Setelah tahun 1980-an dan 1990-an, terjadi lagi suatu titik balik, saat itu sudah tidak lagi ada orang yang mengatakan bahwa Lin Biao-lah orang yang ingin menjatuhkan Ketua Mao Zedong, tetapi seseorang lain menjebaknya, seperti Zhou Enlai yang memang berada di tengah keduanya.
Wang Juntao berpikir agak tidak mungkin kalau Zhou Enlai yang melakukan (pembunuhan terhadap Lin Biao). Menurut Ji Dengkui, mantan wakil perdana menteri Partai Komunis Tiongkok, Zhou tiba-tiba menangis dengan keras usai menangani masalah Lin Biao.
Pada masa Revolusi Kebudayaan, ada 2 kelompok yang berkuasa di Tiongkok, yaitu kelompok Lin Biao dan kelompok Gang Empat. Orang-orang pro Lin Biao masih menghargai prestasi dan senioritas militernya. Oleh karena itu, selama Revolusi Kebudayaan, tak jarang Zhou Enlai meminta dukungan militer kepada Lin Biao, seperti minta pengiriman tentara untuk menenangkan kerusuhan yang terjadi di tengah masyarakat. Dan, selalu dipenuhi oleh Lin Biao. Namun, lain dengan Geng Empat yang selalu berlawanan dengan Zhou Enlai.
Belakangan, orang-orang merasa bahwa perpecahan antara Lin dan Mao memang harus terjadi karena itu merupakan fenomena dalam otokrasi yang sulit dihindari. Fakta apa yang dapat kita petik dari masalah ini ? Seyogyanya tidak kita nilai dari sudut pandangan kita saja, Memang insiden Lin Biao merupakan peristiwa besar. Dan, peristiwa besar inilah justru yang membalikkan politik modern Tiongkok dan sejarah politik Tiongkok di bawah kepemimpinan Mao Zedong.
Menurut Wang Juntao, bahwa sebuah argumen lain muncul setelah Peristiwa Tiananmen 4 Juni 1989 dimana PKT menembaki mahasiswa. Argumen tersebut berbunyi bahwa putra Lin Biao, Lin Liguo, adalah generasi pertama aktivis demokrasi Tiongkok, dan rancangan Proyek 571 adalah deklarasi gerakan demokrasi. Dari sudut pandang ini, kiranya layak untuk menempatkan Lin Liguo sebagai pelopor bagi gerakan demokrasi di Tiongkok.
Namun, Mao pasti akan menindak, melakukan pembersihan terhadap kelompok Lin Biao yang dituduh membelot, menggambarkan Lin Biao sebagai orang yang keji, pengkhianat dan seterusnya. Jadi menurut sWang, rancangan Proyek 571 bisa sengaja dibesar-besarkan. Saya pernah berbincang-bincang dengan Gao Yu, seorang jurnalis independen ternama di Tiongkok yang suaminya merupakan anggota kelompok Lin Liguo.
Tetapi ternyata suaminya itu tidak tahu menahu soal insiden pelarian Lin Biao Bersama keluarganya. Setelah insiden Lin Biao, banyak orang yang ditangkap oleh Mao Zedong karena dituduh terlibat dilepaskan tak lama kemudian.
Hal ini menunjukkan bahwa “ada udang di balik batu” dari peristiwa ini. Mengapa kritikan terhadap Mao yang tertulis dalam rancangan Proyek 571 berbunyi sangat mirip dengan apa yang pernah Mao sendiri katakan di tahun-tahun awal, seperti ada beberapa orang mengatakan bahwa Mao adalah Qin Shi Huang kontemporer, dan Mao Zedong adalah Karl Marx ditambah Qin Shi Huang.
Oleh karena itu, menurut Wang, bahwa meskipun rancangan Proyek 571 ditulis dengan baik, tetapi isinya mungkin tidak sepenuhnya benar, karena Mao Zedong ingin menghukum Lin Biao, bisa jadi isinya dikarang. Ya, cuma itu yang bisa dirinya katakan saat ini.
Shi Shan, editor senior dan kepala penulis “The Epoch Times” mengatakan di Forum Elite, bahwa rancangan Proyek 571 adalah dokumen yang dibuat oleh PKT untuk menindak Lin Biao. Dokumen yang pada dasarnya berisikan kritikan terhadap Mao Zedong ini konon dibuat di bawah arahan Lin Biao.
Ada beberapa ungkapan yang berbunyi di dalam rancangan itu, seperti Mao Zedong menerapkan tirani, kebijakan Partai Komunis Tiongkok adalah memperkaya negara dan membuat rakyat miskin, dan rakyat sudah terlalu miskin sekarang, anak-anak muda terpelajar yang mengikuti Gerakan Turun ke Pedesaan itu sama dengan para pengangguran terselubung, dan para kader yang dikirim ke pedesaan adalah reformasi melalui tenaga kerja yang terselubung.
Tentu saja, rancangan tersebut juga banyak mengungkapkan masalah kediktatoran pribadi Mao Zedong, pengabaiannya terhadap kepemimpinan kolektif, yang dapat menyebabkan bencana nasional, dan sebagainya. Yang terpenting adalah istilah 571 yang diartikan sebagai pemberontakan bersenjata, Oleh karena itu, di kemudian hari, banyak orang yang mempublikasikan bahwa ini adalah sesuatu yang dipimpin oleh Lin Liguo, sehingga kini banyak orang yang mengatakan bahwa Lin Liguo adalah generasi pertama aktivis demokrasi di Tiongkok.
Untuk menghadapi Mao Zedong, Lin Liguo membentuk gengnya sendiri. Anggotanya sebagian besar terdiri dari perwira muda dan paruh baya, terutama perwira di Angkatan Udara Tiongkok. Mereka menamakan kelompok ini “armada kecil”. Sedangkan Mao Zedong dinamakan kapal induk.
Sasaran dari “armada kecil” ini adalah menenggelamkan kapal induk. Dikemudian hari, banyak dari anggota “armada kecil” ini yang melarikan diri ke Hong Kong karena gencar dan kejamnya para petugas yang menangkap mereka. Seluruh kejadian ini menyebabkan guncangan besar di dalam tubuh PKT dan sangat mengguncang moral militer.
Insiden Lin Biao Mengubah Lanskap Politik Internal PKT
Wang Juntao mengatakan bahwa Mao Zedong berhasil mendirikan kediktatoran absolutnya sejak ia merebut kekuasaan, dan otoritas absolut berada dalam genggamannya selama Revolusi Kebudayaan berkobar. Sampai-sampai semua orang dalam partai termasuk para pejabat senior Tiongkok di kala itu sangat memujanya.
Dampak langsung dari insiden Lin Biao adalah, pertama Mao Zedong terpaksa membebaskan beberapa orang pejabat senior yang tengah menjalani penganiayaan mental karena mereka dibuang ke pedesaan untuk menjalani pendidikan ulang lewat tenaga kerja selama Revolusi Kebudayaan, tujuannya adalah biar para komandan senior ini bisa diandalkan untuk memegang jabatan yang dikehendaki Mao.
Lewat kesempatan inilah Deng Xiaoping muncul lagi di panggung politik, sekaligus membuka jalan baginya untuk menggulingkan Revolusi Kebudayaan yang dipimpin oleh Mao Zedong.
Hal kedua adalah, menjadi pukulan bagi prestise pribadi Mao Zedong, menyebabkan para kader veteran Partai Komunis Tiongkok memiliki keraguan besar terhadap Mao Zedong sejak mereka mempelajari sejarah partai, dan mulai meragukan semua kasus yang terjadi selama kepemimpinan Mao.
Ketiga, sekelompok anak muda seperti He Yanguang, yang lulus dari sekolah menengah pertama di Beijing tahun 1966 dan bergabung dengan Korps Timur Laut, merupakan generasi yang menjadi insaf mulai ada Gerakan 5 April tahun 1976, dan insiden Lin Biao membuat mereka semua semakin sadar terhadap tipu muslihatnya PKT.
Insiden Lin Biao menjadi titik balik bagi kepemimpinan Mao Zedong. Generasi muda mulai berpisah dengan Mao, mulai meragukan Mao dan Revolusi Kebudayaan. Jadi saya berpendapat bahwa insiden Lin Biao adalah sebuah jalan lurus menuju diakhirinya Revolusi Kebudayaan. Ini adalah titik balik dalam pemikiran sejumlah orang Tiongkok dari dua generasi, termasuk generasi yang mengikuti Mao Zedong untuk “menaklukkan dunia”, menggulingkan kepemimpinan Chiang Kai-sek, dan generasi yang tumbuh di bawah bendera merah, yang mengikuti Mao Zedong menjalankan pemberontakan-pemberontakan untuk mengukuhkan kekuasaannya.
Guo Jun mengatakan dalam “Forum Elite” bahwa otoritas Mao Zedong mengalami kerusakan yang sangat parah sejak terjadinya insiden Lin Biao, terutama di kalangan anak muda. Banyak mantan Pengawal Merah mulai meragukan Mao Zedong, dan situasi di dalam partai bahkan lebih buruk lagi. Sejumlah besar pejabat senior partai sangat tidak puas dengan Mao Zedong.
Guo Jun telah membaca informasi bahwa beberapa pejabat senior di suatu provinsi berdiskusi secara internal bahwa mereka akan melancarkan kudeta atau mendirikan separatisme lokal setelah kematian Mao.
Setelah Deng Xiaoping yang sepenuhnya menyangkal Revolusi Kebudayaan berkuasa, ia menyebutnya sebagai “bencana satu dekade”. Dapat dikatakan bahwa para pejabat senior tersebut sangat membenci Mao, hanya saja mereka tidak dapat sepenuhnya menyangkal Mao Zedong, karena takut komunisme tidak lagi dapat dimanfaatkan, bendera merah RRT tidak lagi bisa berkibar. Oleh karena itu, insiden Lin Biao dapat disebut sebagai “momen Lin Biao”. Sejak itu, ideologi komunis mulai mengalami kemunduran.
Gua Jun mengatakan bahwa momen seperti itu tidak hanya terjadi di PKT, tetapi juga kerap terjadi di sistem komunis negara lainnya. Leon Trotsky di era Uni Soviet dibunuh di Meksiko setelah melarikan diri. Di Korea Utara ada faksi Yan’an, sedangkan di Vietnam ada Hoang Van Hoan, seluruh politbiro Partai Komunis Vietnam melarikan diri ke Tiongkok. Di Tiongkok adalah Lin Biao.
Hal ini ada kaitannya yang erat dengan sistem otoriter Partai Komunis Tiongkok. Karena persoalan legitimasi kekuasaan tertinggi yang tidak mudah diatasi, memegang kekuasaan tertinggi itu pun bukan terjadi karena hubungan darah, dan juga bukan hasil pemilu, maka penguasa tertinggi selalu merasa bersalah, kurang percaya diri, dan menjadi neurotik.
Sekalipun kaisar di zaman dahulu yang memiliki legitimasi penuh, dia harus mencegah orang lain merebut kekuasaan, merebut takhtanya. Oleh karena itu, kedudukan ini selalu penuh bahaya, dan kebanyakan dari raja atau kaisar tidak mampu mengakhiri jabatannya dengan sempurna.
Hal ini bahkan lebih berlaku buat menggambarkan sistem otokratis saat ini, sehingga sebagian besar sistem otokratis modern pada akhirnya berubah menjadi oligarki, di mana sekelompok orang berbagi kekuasaan tertinggi.
Biasanya dimulai sebagai kediktatoran pribadi dan perlahan-lahan berubah menjadi oligarki. PKT yang sekarang malahan bergerak mundur dari kediktatoran oligarki menjadi kediktatoran personal, sehingga pasti akan menyebabkan timbulnya perebutan kekuasaan yang besar dan persaingan yang sengit.
Pada dasarnya Xi Jinping telah berhasil mewujudkan “momen Mao Zedong” kemudian melenyapkan Li Keqiang. Sedangkan pengusiran Hu Jintao dari Rapat Pleno dapat dinilai sebagai “momen Liu Shaoqi”. Ya, yang belum muncul adalah “Momen Lin Biao”. Begitu “Momen Lin Biao” terjadi maka berakhirlah riwayat PKT.
Akankah Xi Jinping menghadapi “momen Lin Biao”? Siapa figure tersebut?
Wang Juntao mengatakan di “Forum Elit” bahwa hal serupa akan terjadi tidak hanya di dalam tubuh PKT, tetapi juga di Partai Komunis Uni Soviet dan Partai Komunis Vietnam, dan di semua negara komunis. Jika kaisar bersifat otokratis, maka orang-orang yang berada di sekitarnya dapat diibaratkan seperti menemani harimau, yang sewaktu-waktu dapat mengancam jiwa mereka. Misalnya, ketika seorang diktator merasa tidak aman dan curiga, dia akan terus menerus melakukan pembersihan terhadap orang-orang di sekitarnya.
Lihat saja, Xi Jinping membersihkan Qin Gang dan pejabat Tingkat tinggi lainnya. Padahal mereka itu dia sendiri yang mempromosikan, tetapi harus tersingkir juga olehnya. Ketika kekuasaan pemimpin puncak mulai goyah, akan terjadi pertarungan besar mengenai siapa yang akan mengambil alih.
Kajian mengenai transisi politik secara umum meyakini bahwa ketika rezim otoriter dan rezim totaliter bersaing, suatu negara rentan terhadap transisi politik. Deng Xiaoping membangun Tembok Demokrasi hanya demi menjatuhkan Hua Guofeng. Namun ketika Deng sudah berkuasa, Tembok Demokrasi itu segera dia robohkan, karena Tembok tersebut akan mengancam kekuasaannya.
Li Jun, seorang produser TV independen dalam “Forum Elit” mengatakan bahwa topik hari ini mengingatkan saya terhadap gambar ke 46 dari buku ramalan Tiongkok kuno “Tui bei tu” dimana digambarkan ada seorang prajurit membawa busur (弓) yang hanya mengatakan bahwa dirinya adalah seorang pria (翁) berambut putih (白頭翁).
Ada pedang emas tersembunyi di pintu sebelah timur (東). Dan prajurit pemberani (勇士) akan memasuki istana kekaisaran melalui pintu belakang. Banyak orang yang meramalkan bahwa gambar ke 46 “Tui bei tu” ini mengisyaratkan kejadian yang akan menimpah diri Xi Jinping, karena pria berambut putih (白頭翁) jika diambil (羽) dan (白) kemudian digabungkanm maka akan membentuk huruf yang dibaca Xi (習), yaitu nama marga Xi Jinping.
Hanya saja belum seorang pun yang tahu siapakah “prajurit pemberani” yang dimaksud dalam ramalan? Kabar yang beredar menyebutkan bahwa Xi Jinping percaya terhadap ramalah tersebut, jadi ini mungkin yang menjadi kekhawatiran Xi Jinping selama ini.
Saat ini, di antara para prajurit membawa busur, yang paling dikenal oleh orang luar adalah Zhang Youxia (張又俠)[Pada huruf Zhang 張 terdapat busur 弓], ia adalah Wakil Ketua Komisi Militer PKT, dan He Weidong (何衛東) [terdapat huruf timur 東], juga Wakil Ketua Komisi Militer. Tapi kita mungkin tidak perlu terlalu peduli siapa prajurit yang dimaksud oleh ramalan, orang yang bisa memasuki istana kekhaisaran melalui pintu belakang pasti adalah orang-orang yang berada di sekitar Xi.
Beberapa orang yang menganalisis ramalan itu kemudian berpendapat bahwa yang disebut “pintu sebelah timur dalam istana” itu mengacu pada pewaris tahta (putra/i pangeran). Yang dalam istilah sekarang disebut “penerus”, dan penerus inilah yang diramalkan akan menggulingkan “kaisar”.
Jadi semua orang yang disebut-sebut sebagai “penerus” Xi Jinping akan menemui banyak masalah termasuk disingkirkan. Itulah sebabnya Xi Jinping sangat antipasti terhadap “penerus”.
Li Jun mengatakan, masalah terbesar yang dihadapi Xi Jinping adalah siapa penerusnya. Jika dia menunjuk penerus kemungkinan besar insiden Lin Biao kedua akan muncul.
Jika dia tidak menunjuk penerusnya, hal yang paling mengkhawatirkan yaitu tentang kesehatannya yang tidak lagi prima, dan kekacauan besar dalam tubuh PKT bisa terjadi sewaktu-waktu.
Apalagi sekarang perekonomian Tiongkok sangat buruk dan lingkungan internasional juga tidak mendukung, jika sampai terjadi lagi kekacauan besar dalam tubuh PKT, maka PKT bisa runtuh. (Sin)