Disinyalir Terjadi Kudeta Gegara Ada Gerak-Gerik Tak Lazim di Militer Tiongkok

Forum Elite

Hal yang menarik perhatian dan menimbulkan banyak interpretasi politik dari berbagai kalangan adalah soal resepsi peringatan 75 tahun berdirinya Republik Rakyat Tiongkok (RRT) yang memperlihatkan kedua orang mantan pemimpin Partai Komunis Tiongkok (PKT) yakni Wen Jiabao dan Li Ruihuan yang penempatan duduknya sengaja diatur di sisi kanan dan kiri Sekjen PKT Xi Jinping. 

Baru-baru ini, juga santer diberitakan di Internet bahwa dua rekan dekat Xi Jinping di militer yang berpangkat jenderal, yakni Qin Shengxiang dan Qin Shutong, telah dilengserkan dari jabatan mereka di militer. Hal mana menunjukkan bahwa ada beberapa gerakan tak lazim dalam tubuh pusat kekuasaan Tiongkok yang terjadi secara diam-diam.

Apakah Hak Pengendalian atas militer Xi Jinping terancam karena pencopotan kroninya di militer?

Produser TV independen Li Jun mengatakan, bahwa jika berita pencopotan Qin Shengxiang dan Qin Shutong itu benar, maka ini bisa dikatakan sebagai berita berat, membuktikan bahwa Xi Jinping sedang menghadapi tantangan serius di militer, atau mungkin ia telah kehilangan haknya untuk mengendalikan militer Tiongkok.

Li Jun mengatakan bahwa Jenderal Qin Shengxiang adalah mantan direktur Kantor Umum Komite Tetap Pusat. Kabarnya, dia dibawa pergi oleh pihak berwenang pada 6 Oktober. Qin Shengxiang pernah menjadi komisaris politik Angkatan Darat ke-38, yang juga merupakan kelompok tentara sandaran Xi Jinping. 

Segera setelah Kongres Nasional ke-18, Xi langsung mempromosikan Qin Shengxiang menjadi direktur Kantor Umum Komisi Militer dan direktur Kantor Reformasi Militer. Bagi Xi Jinping, reformasi militer adalah hal terpenting baginya dalam upaya untuk mengendalikan militer. Qin Shengxiang bertanggung jawab terhadap Xi Jinping terhadap tugas-tugas khusus reformasi militer.

Begitu pula Jenderal Qin Shutong yang pernah menjadi direktur departemen politik Angkatan Darat ke-31 Fujian. Angkatan ini tidak bedanya dengan tentaranya keluarga Xi Jinping. Qin Shutong kemudian dipromosi menjadi komisaris politik tentara. 

Mantan Letnan Kolonel Angkatan Laut Yao Cheng yang kini tinggal di AS mengatakan, bahwa Qin Shutong adalah rekan dekat orang kepercayaan Xi Jinping, yaitu Miao Hua yang menjadi anggota Komisi Militer Pusat, jadi hanya Zhang Youxia, wakil ketua Komisi Militer Pusat saja orang yang dapat menggoyahkan kedudukannya kalau mau.

Singkatnya, kroni-kroni Xi Jinping di militer dalam 1 atau 2 bulan terakhir ini menjadi “tidak berkutik”. Penulis berpikir setelah Xi Jinping menangkap Li Shangfu, wibawanya di militer telah menurun tajam. Kecil kemungkinan Xi akan memanfaatkan tentara jalur langsungnya sekarang. Karena hal itu dapat semakin menurunkan wibawanya, jadi saya menduga bahwa pasti ada gerak-gerik tidak lazim yang sedang terjadi.

Belakangan ini, juga ada beberapa mutasi pejabat lain yang tampak tidak biasa. Pertama, terhadap Chen Guoqiang yang menjabat sebagai wakil sekretaris Komisi Militer Pusat untuk Inspeksi Disiplin, tiba-tiba pada 28 September tahun ini ia dipindahkan dari Komisi Militer Pusat untuk Inspeksi Disiplin ke Kantor Komisaris Politik di Universitas Nasional Teknologi Pertahanan. Chen Guoqiang adalah anggota inti tim pemberantas korupsi di militer. 

Kabarnya ia adalah orang yang membuat kasus korupsi Li Shangfu, Wei Fenghe, dan Li Yuchao terungkap di depan Xi Jinping, Jadi, ia tampaknya telah diperankan sebagai “tukang pukul” oleh Xi Jinping. Komisi Militer untuk Inspeksi Disiplin adalah departemen dengan kekuasaan nyata yang mutlak, dan komisaris politik Universitas Pertahanan Nasional adalah tempat pensiun bagi para pejabat militer. Dengan demikian kelihatannya mutasi atau rotasi itu bukan merupakan inisiatif Xi Jinping.

 Beberapa analis berpendapat bahwa pemindahan itu mungkin adalah inisiatif Zhang Youxia. Bagaimanapun Li Shangfu adalah orang yang dipromosikan oleh Zhang, jadi tindakan Zhang sekarang ini merupakan “balas memukul setelah dipukul”. Karena lazim berlaku di kalangan militer Tiongkok “tidak memukul jika tidak mau dipukul”.

Li Jun mengatakan bahwa Jing Junhai, orang yang berjasa untuk memperjuangkan perluasan pemakaman ayah Xi Jinping, Xi Zhongxun, di Shaanxi, juga seorang mantan Sekretaris Komite Partai Provinsi Jilin, pada 13 September tahun ini tiba-tiba diangkat sebagai wakil direktur Pendidikan, Sains, Kebudayaan dan Kesehatan Kongres Rakyat Nasional. 

Jing Junhai selalu dianggap sebagai orang kepercayaannya Xi Jinping. Awalnya, semua orang mengira dia akan dipromosikan masuk Politbiro, tapi sekarang dia tiba-tiba digeser dari garis depan, yang sepertinya bukan keinginan Xi Jinping. Oleh karena itu, perubahan kroni Xi Jinping membuat orang mempertanyakan apakah situasi politik PKT telah berubah akhir-akhir ini.

Para Sesepuh Partai Mendukung Pidato Xi Jinping yang Mengandung Konotasi Politik yang Mendalam 

Kolumnis Epoch Times Wang He mengatakan bahwa pada resepsi perayaan 75 tahun berdirinya Republik Rakyat Tiongkok pada 1 Oktober tahun ini, mendudukkan Li Ruihuan dan Wen Jiabao di kedua sisi Xi Jinping memiliki arti yang mendalam. 

Dulu, semua orang mengira Wen Jiabao adalah seorang reformis. Wen Jiabao meluncurkan 4 triliun yuan selama perekonomian Tiongkok menghadapi krisis keuangan pada tahun 2008. Dan banyak orang menantikan apakah pihak berwenang sekarang akan mengeluarkan 4 triliun yuan lagi untuk melakukan sesuatu yang lebih besar karena perekonomiannya yang lesu? Dalam situasi seperti ini, sengaja menampilkan Wen Jiabao tentu memiliki arti yang sugestif. 

Selain itu, dunia luar memperhatikan bahwa Xi Jinping mengatakan sesuatu yang belum pernah ia ucapkan sebelumnya. Ia mengatakan, melalui kesempatan ini dirinya merasa sangat perlu untuk menyampaikan rasa terima kasih kepada para pemimpin generasi tua dan sesepuh partai. Kalimat ini baru 1 kali ia ucapkan ketika menyambut HUT ke-65 tahun berdirinya RRT tahun 2014. Apakah kalimat ini diucapkan atau tidak memiliki arti yang dalam. Pasalnya, tahun 2014 merupakan masa pergulatan hidup dan mati antara Xi Jinping dan faksi Jiang Zemin.

 Tahun itu, mantan anggota Komite Tetap Politbiro Zhou Yongkang diberhentikan. Ketika Xi Jinping berkuasa pada tahun 2012, pertikaian antara berbagai faksi berlangsung sengit, dan Xi tidak yakin bisa meraih kemenangan yang menentukan. Lalu bagaimana Xi dapat secara aman melewati bahaya yang mengancam? Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan memanfaatkan kekuasaan para sesepuh PKT. 

Jadi, saat dia mengucapkan kata-kata itu dalam pidato I Oktober 2014, yang dia maksudkan adalah berterima kasih kepada mereka yang sudah mendukungnya.

Adapun situasi yang dihadapi Xi Jinping saat ini jauh lebih rumit dari sebelumnya, sekarang Xi sudah sangat pasif. 

Pada tahun 2014, semua orang masih menaruh harapan kepadanya, merasa bahwa orang tersebut telah membawa situasi baru dan memiliki keberanian. Namun setelah 10 tahun, semua orang menyadari bahwa Xi ternyata lebih memilih untuk menempuh kembali jalan komunisme. 

Saat ini, Xi Jinping berada dalam periode tersulit dan menyebabkan perekonomian Tiongkok dalam kondisi amburadul. Sekarang meskipun para sesepuh partai berada di belakang, tetapi Xi Jinping tidak mungkin lagi bisa mengandalkan dukungan mereka seperti yang dilakukan di masa lalu. Oleh karena itu, Xi hanya bisa berupaya untuk menarik kedekatan hati mereka.

Wang He mengatakan bahwa ada 500 keluarga PKT yang telah memonopoli aset politik Tiongkok. Meskipun para sesepuh ini telah tersingkir dari panggung politik, tetapi mereka masih mempunyai potensi pengaruh. Mereka adalah bagian dari kelompok ini. Jika kelompok ini dihancurkan, maka mereka juga akan merasakan kehilangan tempat berlindung. 

Dalam keadaan ini, Xi Jinping jadi menghadapi tekanan dari para sesepuh partai yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan ia harus menjaga agar para sesepuh ini tidak bergejolak. 

Oleh karena itu, dalam pidato Hari Nasional tahun ini, ucapan penghormatan atau terima kasih Xi kepada para pemimpin generasi tua dan sesepuh partai sesungguhnya memiliki implikasi politik yang sangat spesifik dan realistis.

PKT telah memasuki tahap perubahan mendadak karena sedang menghadapi krisis ganda

Guo Jun, pemimpin redaksi The Epoch Times mengatakan bahwa kebijakan Xi Jinping banyak mengalami perubahan selama sekitar setahun terakhir. Putar balik sering kali dikaitkan dengan mengambil jalan sendiri dan menolak mendengarkan saran pendapat orang lain. 

Jika seseorang menemui jalan buntu dan diberitahu bahwa tidak ada jalan keluar, tetapi dia menolak untuk mendengarkan dan bersikeras untuk melanjutkan, pada akhirnya ia pasti akan berbelok kalau tidak ingin menabrak tembok. 

Dalam 10 tahun terakhir, Partai Komunis Tiongkok sering mengkritik pejabat di berbagai tingkat karena membahas dan mengkritik prinsip dan kebijakan partai tanpa mengikuti prosedur dan jalur hukum. Sedangkan jebakan terbesar yang dilakukan Li Zhanshu buat Xi Jinping ialah memandang satu orang sebagai otoritas tertinggi, Ini semua berarti bahwa keputusan-keputusan penting bisa saja salah sehingga menimbulkan masalah. 

Beberapa jalan memang tidak mungkin bisa dilalui, tetapi penguasa baru mau berbalik arah setelah menabrak tembok. Seperti kebijakan nol-kasus COVID-19, kebijakan untuk menekan industri real estate, kebijakan untuk menekan perusahaan swasta, dan diplomasi Serigala Perang, terus dijalankan karena mereka tidak mau mengakui kesalahannya. 

Biasanya kesalahan lain digunakan untuk menutupi kesalahan sebelumnya, yang pada akhirnya hanya membuat masalah semakin banyak dan rumit hingga tidak mungkin bisa diperbaiki. Dalam sistem otoriter ini, terutama dalam sistem kediktatoran pribadi yang otoriter, banyak masalah yang sering kali berkembang hingga tidak mungkin lagi bisa diatasi.

Ciri lain dari sistem ini adalah semua instruksi akan semakin besar tekanannya terhadap tingkat bawahan. Oleh karena itu, instruksi yang datang dari atas secara otomatis akan ditingkatkan intensitasnya, sehingga kebijakan pelaksanaannya menjadi ekstrem. 

Seperti halnya dalam pelaksanaan mengenai pembersihan industri bimbingan belajar, atau melarang investasi spekulatif di perumahan dalam 2 tahun terakhir, juga sejumlah kebijakan pengendalian politik semuanya ditetapkan secara ekstrem gegara sistem tersebut. 

Sistem otokratis sangat mirip dengan sistem operasi dengan toleransi kesalahan yang rendah dan sensitivitas yang berlebihan. Sistem ini mudah membuat pelaksana untuk bertindak ekstrem. Namun karena ia tidak memiliki mekanisme penyesuaian diri jadi system tersebut mudah mencapai kerusakan total. 

Begitu sistem tidak mungkin bisa dilanjutkan, maka kekuasaan tertinggi terpaksa turun tangan untuk mendistribusikan kembali tugas-tugas yang perlu dilakukan. Ini adalah warisan Mao Zedong yang masih tetap dipertahankan hingga saat ini.

Guo Jun mengatakan bahwa berdasarkan analisis fenomena saat ini, ada satu hal yang jelas, yaitu semua kebijakan Xi Jinping di masa lalu sedang mengalami perubahan, yang setidaknya menunjukkan bahwa sebagian dari kebijakan tersebut telah terdesentralisasi. 

Dalam pidatonya di hadapan para sesepuh partai pada acara resepsi Hari Nasional, Xi Jinping mengemukakan apa yang disebut empat keharusan, yang intinya adalah memperkuat kepemimpinan yang terpusat dan terpadu. 

Padahal prinsip yang dianut Partai Komunis Tiongkok adalah sentralisme demokratis, bukan kepemimpinan terpusat dan terpadu. Sentralisme demokrasi terdiri dari dua bagian. Tahap pengambilan keputusan adalah demokrasi, yang memerlukan saran dan pendapat dari para birokrat di semua tingkatan. 

Begitu keputusan diambil maka tahap pelaksanaannya harus bersifat komando terpusat, sehingga disebut sentralisme demokratis. Yang diusulkan Xi Jinping adalah kepemimpinan terpusat dan terpadu yang memperkuat kewenangan pemerintah pusat. Artinya, baik tahap pengambilan keputusan maupun tahap pelaksanaannya diputuskan oleh sekelompok kecil orang atau satu orang. Hal ini telah menyebabkan reaksi keras di dalam Partai Komunis Tiongkok. 

Masalahnya sekarang adalah Partai Komunis Tiongkok sedang menghadapi kesulitan internal dan eksternal, terutama tekanan  perekonomian. Pendapatan pemerintah di semua tingkatan terus menurun, yang pada akhirnya pemasukan negara hanya tinggal mengandalkan berbagai pendapatan bukan pajak. Padahal penerimaan dari non-pajak tidak dapat berlangsung lama, tidak mungkin bisa berkelanjutan. Para birokrat di semua tingkat kini telah memahami hal tersebut, sehingga tekanan terhadap sistem secara keseluruhan menjadi sangat besar, hal ini membuat inti pengambilan keputusan di Beijing terpaksa melakukan kompromi. 

Sistem PKT menentukan bahwa para sesepuh partai dapat berperan sebagai juru bicara bagi oposisi di internal partai. Oleh karena itu, dalam Sidang Paripurna Ketiga Komite Sentral dan kemudian di Beidaihe, para sesepuh ini sebenarnya menjadi kekuatan utama dalam desentralisasi kekuasaan. Saya pikir situasi di militer juga sama seriusnya. 

Kunjungan Penasihat Keamanan Gedung Putih Jake Sullivan ke Beijing dan bertemu dengan Zhang Youxia, menunjukkan bahwa pengaruh Xi dalam sistem militer mulai menurun. Saat ini PKT sedang menghadapi terlalu banyak masalah serius. Meskipun para sesepuh kini mendapatkan kekuasaan, tampaknya mereka juga tidak mampu berbuat banyak dalam situasi seperti ini.

Wang He mengatakan bahwa Tiongkok kini telah memasuki tahap di mana perubahan mendadak sangat mungkin terjadi sewaktu-waktu. Partai Komunis Tiongkok terjebak dalam krisis ganda. Krisis pertama adalah krisis kepemimpinan yang dilakukan oleh Xi Jinping, krisis kedua adalah krisis pemerintahan yang dilakukan oleh Partai Komunis Tiongkok sendiri. 

Di masa lalu, pemimpin lain dapat terus memerintah, tetapi sekarang masalahnya adalah ketika Xi Jinping jatuh maka seluruh partai akan ikut runtuh. Oleh karena itu, dalam situasi saat ini, PKT terpaksa harus mendukung Xi Jinping, meskipun di internal, PKT sudah melakukan beberapa penyesuaian, tidak hanya pada beberapa kebijakan militer dan ekonomi, tetapi juga pada beberapa pengaturan personel politik. Namun hal itu tidak terlihat oleh kita karena ditutup-tutupi oleh PKT sehingga di permukaan yang kita lihat adalah situasinya bagus.

Shi Shan, editor senior dan kepala penulis The Epoch Times, mengatakan, menurut perkiraan dirinya bahwa kompromi kekuasaan PKT dapat tercermin dengan baik dari 500 keluarga PKT yang telah memonopoli aset politik Tiongkok itu. Kita dapat memperhatikan dengan cermat keluarga-keluarga besar ini, situasi mereka, dan tren mereka. Karena semua pemahaman dan kompromi bisa saja dicapai di antara kelompok orang di kelas ini secara diam-diam. Tentu saja, para sesepuh politik itu juga termasuk dalam barisan ini. (lin)