Cerita Bisu dari De Javasche Bank Salah Satu Kekayaan Sejarah

Artikel ini akan membahas gedung-gedung peninggalan Belanda di Indonesia yang kemudian difungsikan sebagai gedung Bank Indonesia di berbagai daerah, serta pemanfaatan beberapa gedung tersebut saat ini.

Gedung Peninggalan Belanda sebagai Kantor Bank Indonesia

Sejak berdirinya Bank Indonesia pasca-nasionalisasi De Javasche Bank (DJB) pada 1953, banyak gedung peninggalan Belanda yang digunakan sebagai kantor perwakilan. Gedung-gedung tersebut merupakan karya arsitektur yang dirancang untuk menampilkan kebesaran dan kemegahan bank pada masa Hindia Belanda, serta berfungsi sebagai kantor yang menunjang operasional DJB di berbagai daerah.

Sebagai contoh, gedung De Javasche Bank di Jakarta yang kini menjadi Museum Bank Indonesia adalah salah satu peninggalan penting yang masih berdiri dan diresmikan sebagai museum pada tahun 2009. Peninggalan lainnya tersebar di kota-kota besar seperti Bandung, Surabaya, Medan, dan Semarang. Gedung-gedung tersebut awalnya dirancang dengan gaya arsitektur yang sangat dipengaruhi oleh langgam Eropa seperti Renaisans, Gotik, dan Klasik, serta disesuaikan dengan kondisi tropis Indonesia.

Renovasi dan Fungsi Baru

Seiring dengan perkembangan dan kebutuhan akan fasilitas modern, beberapa gedung lama yang sebelumnya difungsikan sebagai kantor Bank Indonesia telah direnovasi atau dialihkan fungsinya. Sebagai contoh, gedung lama Bank Indonesia di Kediri, setelah difungsikan sebagai ruang kerja pimpinan dan ruang rapat, kini digunakan sebagai museum kecil serta ruang pamer produk usaha mikro.

Di Manado, gedung lama eks De Javasche Bank setelah digunakan oleh Bank Indonesia, kini dialihfungsikan sebagian sebagai ruang koperasi dan pameran produk UMKM. Meskipun tidak lagi digunakan sebagai kantor pusat, gedung ini tetap dipertahankan sebagai cagar budaya.

Salah satu contoh renovasi besar terjadi di Banda Aceh, di mana gedung DJB mengalami perbaikan pasca-tsunami 2004 dan kini kembali digunakan oleh Bank Indonesia. Sebelum renovasi, gedung ini sempat difungsikan sebagai kantor sementara.

Pemanfaatan Sebagai Museum

Banyak gedung eks DJB yang kini difungsikan sebagai museum, seperti yang terjadi di Padang, di mana gedung lama Bank Indonesia yang sudah tidak lagi digunakan sebagai kantor diresmikan menjadi Museum Bank Indonesia pada tahun 2011. Fungsi museum ini penting dalam melestarikan sejarah perbankan di Indonesia serta sebagai sarana edukasi publik mengenai peran Bank Indonesia.

Museum Bank Indonesia di Jakarta juga berfungsi sebagai sarana komunikasi kebijakan Bank Indonesia kepada masyarakat. Melalui museum ini, masyarakat dapat memahami peran penting Bank Indonesia dalam sejarah perekonomian Indonesia.

Gedung-gedung peninggalan Belanda yang difungsikan sebagai kantor Bank Indonesia menyimpan nilai sejarah dan budaya yang penting. Seiring dengan waktu, beberapa gedung dialihfungsikan menjadi museum atau tempat kegiatan komunitas, sedangkan yang lainnya tetap mempertahankan fungsinya sebagai kantor Bank Indonesia. Upaya pelestarian ini menunjukkan komitmen Bank Indonesia dalam menjaga warisan arsitektur kolonial yang kini menjadi bagian dari identitas bangsa.

Gedung Bank Indonesia di Surabaya, yang sebelumnya merupakan Gedung De Javasche Bank, kini difungsikan sebagai Museum Bank Indonesia Surabaya. Gedung ini menyimpan sejarah panjang sebagai pusat aktivitas perbankan kolonial Belanda, dibangun dengan gaya arsitektur neoklasik yang megah pada awal abad ke-20.

Renovasi besar-besaran dilakukan untuk mempertahankan keaslian arsitekturnya, termasuk bagian penting seperti pintu putar dan kaca patri yang indah. Setelah bertahun-tahun menjadi kantor perbankan, gedung ini resmi dialihfungsikan sebagai museum, dengan pemugaran terakhir dilakukan pada tahun 2010. Museum ini diresmikan sebagai bangunan cagar budaya pada 27 Januari 2012.

Museum Bank Indonesia Surabaya kini menjadi destinasi wisata sejarah di Kota Pahlawan, dengan koleksi yang menjelaskan peran Bank Indonesia dalam sejarah perbankan nasional serta mengangkat kembali keindahan arsitektur kolonial yang tetap dipertahankan hingga kini.

“Museum juga merupakan salah satu alat literasi sejarah, agar masyarakat mau berkunjung dan belajar dari apa yang ada di museum, maka kami bekerjasama dengan berbagai instansi pemerintah dan swasta agar mereka dapat memanfaatkan museum ini sebagai tempat edukasi dan lumayan terjadi peningkatan pengunjung mulai dari angka 2000 pengunjung per bulan sudah meningkat menjadi 6000 pengunjung,” jelas Risky Jayanto, Staf BI sebagai Pengelola Museum De Javasche Bank Surabaya.

Museum Bank Indonesia di Surabaya memiliki beragam koleksi menarik yang menggabungkan sejarah perbankan dan budaya numismatik Indonesia. Beberapa koleksi yang ditampilkan di museum ini meliputi:

1. Koleksi Numismatik: Beragam mata uang yang pernah digunakan di Indonesia sejak masa awal hingga modern, termasuk uang logam, kertas, serta alat tukar lainnya yang menggambarkan sejarah moneter bangsa.

 2. Ruang Khazanah: Di sini, pengunjung bisa melihat replika cadangan emas batangan yang dahulu digunakan sebagai cadangan kekayaan Bank Indonesia. Menariknya, pengunjung dapat menyentuh dan mengangkat batangan emas ini, menciptakan pengalaman interaktif yang unik.

3. Mesin kliring, mesin penghitung uang kertas dan koin dan lain-lain: Museum ini juga menampilkan teknologi mesin kliring uang pada masa lampau serta sistem distribusinya ke berbagai wilayah Indonesia, memberikan pemahaman lebih dalam tentang sejarah ekonomi Indonesia.