oleh Yang Wei
Pada 8 Oktober, sebagai tanggapan terhadap masalah Timur Tengah, Mao Ning, juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok tiba-tiba mengatakan : “Masalah keamanan nasional Israel wajar untuk ditanggapi secara serius”, ia juga menegaskan : “Dua bangsa yaitu Arab dan Yahudi perlu hidup berdampingan secara Harmonis”….
Sebenarnya, Partai Komunis Tiongkok tidak benar-benar berharap kedua bangsa tersebut hidup berdampingan secara harmonis. Sebaliknya, Partai Komunis Tiongkok lebih berharap perang di Timur Tengah terus berlanjut demi membendung “campur tangan” Amerika Serikat di Asia Pasifik. Sekarang, apa gerangan yang membuat Partai Komunis Tiongkok (PKT) tiba-tiba berubah sikap ? Apa saja alasan di baliknya ?
Kementerian Luar Negeri Tiongkok dengan cepat mengubah nada bicaranya
Pada konferensi pers Kementerian Luar Negeri Tiongkok 8 Oktober. Media Partai Komunis Tiongkok telah diatur sebelumnya untuk mengajukan pertanyaan tentang peringatan 1 tahun serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober tahun lalu. Kemudian Juru bicara Mao Ning memberikan tanggapan tentang isu Timur Tengah yang isinya bertolak belakang dengan pernyataan sebelumnya.
Mao Ning mengatakan : “Hak-hak nasional yang sah dari rakyat Palestina harus diwujudkan, dan masalah keamanan nasional Israel wajar untuk ditanggapi secara serius…. Yang pada akhirnya, kedua negara Palestina dan Israel akan hidup berdampingan secara damai, dan kedua negara, Arab dan Israel, akan hidup berdampingan secara damai“.
Dunia luar tahu bahwa selama ini PKT terus berusaha menimbulkan masalah di Timur Tengah. Tidak ada yang percaya bahwa PKT benar-benar berharap orang Arab dan orang Yahudi berdamai dan hidup berdampingan secara harmonis.
Selama ini pula PKT telah bertindak sebagai juru bicara Palestina untuk menutupi fakta bahwa PKT bertindak sebagai juru bicara Hamas. Bahkan dengan sengaja menyalahartikan sebagai perang antara Israel dan Palestina, mengingat Hamas adalah organisasi teroris yang tidak mewakili Palestina.
PKT tidak pernah mengecam Hamas atas serangan teroris berskala besar yang dilancarkan pada 7 Oktober 2023. Setelah melihat Hamas lumpuh terpukul, pihaknya berulang kali meminta Israel untuk menghentikan serangan. Namun, Kementerian Luar Negeri Tiongkok kini malahan berbalik mengatakan: “Masalah keamanan nasional Israel wajar untuk ditanggapi secara serius” yang cukup menonjol perubahan sikapnya.
Seorang reporter media asing yang memperhatikan perubahan sikap yang drastis ini bertanya: Saya hanya ingin mengkonfirmasi komentar yang Anda sampaikan tadi. Ketika Anda mengomentari peringatan 1 tahun pecahnya konflik di Gaza pada 7 Oktober tahun lalu, apakah Anda menyebutkan bahwa masalah keamanan nasional Israel wajar untuk ditanggapi secara serius? Bisakah Anda menjelaskan hal ini lebih detail? Apakah Kementerian Luar Negeri pernah mengeluarkan pernyataan seperti itu sebelumnya? Saya ingin memahami latar belakang pernyataan tersebut.
Mao Ning menjawab: “Anda tidak salah dengar, saya memang mengatakan… masalah keamanan nasional Israel wajar untuk ditanggapi secara serius. Ini adalah posisi konsisten Tiongkok…Kedua negara, Arab dan Yahudi, seharusnya hidup berdampingan secara harmonis”.
Untuk memastikan perubahan sikap PKT yang cepat, Mao Ning bahkan secara khusus menegaskan: “Anda tidak salah dengar, saya memang mengatakannya. Namun dia juga jelas-jelas berbohong, karena pernyataan ini bukanlah “posisi konsisten” PKT. Tentu saja wartawan media asing mendengar perbedaannya, sehingga mereka buru-buru bertanya, dan secara khusus menanyakan apakah Kementerian Luar Negeri Tiongkok pernah mengeluarkan pernyataan seperti itu sebelumnya. Mao Ning hanya bisa berbohong dan menyatakan bahwa ini adalah “posisi konsisten” PKT.
Wartawan media asing juga bertanya tentang latar belakang pernyataan terbaru PKT, namun Mao Ning tidak menjawab sama sekali. Jadi apa konteks yang mungkin terjadi?
Kantor Berita Xinhua membocorkan kebenarannya
Pada 9 Oktober, Kantor Berita Xinhua mengeluarkan sebuah artikel berjudul: “Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Berbicara tentang Situasi di Timur Tengah: Negara Besar yang Berpengaruh Harus Memainkan Peran Konstruktif”. Dalam artikel tersebut juga mengutip sesi tanya jawab pada konferensi pers Kementerian Luar Negeri Tiongkok yang mengatakan: “Apa yang diperlukan untuk menyelesaikan konflik Palestina-Israel bukanlah senjata, amunisi dan sanksi sepihak, namun kemauan politik dan upaya diplomatik… Negara-negara besar seharusnya memainkan peran mereka sebagaimana mestinya”.
Masalah lain yang dikutip dalam laporan ini adalah, Israel berencana melancarkan tindakan pembalasan besar-besaran terhadap Iran, yang mungkin menargetkan fasilitas produksi minyak, fasilitas nuklir, dan sasaran strategis lainnya di Iran. Iran mengatakan bahwa pihaknya juga akan menanggapi setiap serangan Israel.
Dalam tanggapnya, juru bicara Mao Ning mengatakan: “Kami menentang peningkatan kontradiksi dan perluasan konflik, dan menyerukan semua pihak untuk menjaga perdamaian, stabilitas regional dan menangani situasi saat ini dengan sikap tenang, rasional dan bertanggung jawab. Komunitas internasional, terutama negara-negara yang memiliki pengaruh seharusnya secara efektif memainkan peran konstruktif untuk mencegah ketidakstabilan berkembang lebih lanjut”.
Kedua pertanyaan ini masih termasuk pertanyaan dan jawaban yang telah diatur sebelumnya oleh Kantor Berita Xinhua yang merupakan media corong PKT. Hamas yang sudah lumpuh saat ini tampaknya tidak mungkin lagi bisa dimanfaatkan oleh PKT untuk bertindak mengacaukan situasi di Timur Tengah, sedangkan Hizbullah juga sedang menghadapi kesulitannya sendiri. PKT jelas tidak ingin Israel melumpuhkan Hizbullah, bahkan lebih khawatir kalau-kalau Israel mengebom fasilitas nuklir Iran.
Kantor Berita Xinhua juga menerbitkan sebuah artikel lain berjudul “Melihat Dunia: Konflik Lebanon-Israel. Israel meningkatkan serangannya, apakah Hizbullah menyesuaikan pendiriannya?” Artikel tersebut menyebutkan: “Hizbullah menyangkal bahwa kemampuan tempurnya telah menurun drastis. Pada saat yang sama, ketika berbicara tentang mempromosikan gencatan senjata dengan tentara Israel di Lebanon, mereka tidak ‘mengikatnya’ pada gencatan senjata di Jalur Gaza Palestina. Hal ini memicu spekulasi dunia luar apakah pihaknya telah menyesuaikan pendiriannya”.
Melihat Hizbullah tidak bisa lagi melawan, mereka mulai menyerukan gencatan senjata terhadap Israel dan terang-terangan menyatakan pemisahan diri dari Hamas. Melihat Hizbullah melakukan “penyesuaian pendirian”, Partai Komunis Tiongkok pun terpaksa mengikutinya.
Di satu sisi, artikel tersebut menyebutkan bahwa tentara Israel terus melakukan operasi “pemenggalan” terhadap Hizbullah dan melakukan invasi dalam jumlah besar. Tetapi di sisi lain, artikel juga menggambarkan bahwa “Hizbullah sedang berada di bawah angin”.
Dengan mengutip ucapan Wakil Sekretaris Jenderal Hizbullah Naeem Qasim, laporan menyebutkan: “Kemampuan tempur Hizbullah masih utuh dan struktur kepemimpinannya masih berfungsi”. Namun, artikel tersebut secara khusus menekankan bahwa ” Untuk pertama kalinya, kepemimpinan Hizbullah tidak menetapkan prasyarat untuk gencatan senjata di Lebanon”. Artikel tersebut bahkan mengutip ucapan orang dalam Hizbullah melaporkan: “Nasib kami tidak bisa dikaitkan dengan nasib Gaza”.
Demi menyelamatkan diri, Hizbullah segera meninggalkan sekutunya, Hamas. Melihat bahwa Hamas tidak lagi mempunyai nilai guna, PKT hanya dapat berusaha mempertahankan Hizbullah, dan segera mengubah sikapnya dengan mengatakan bahwa masalah keamanan nasional Israel wajar untuk ditanggapi secara serius. Dengan kata lain, PKT mencoba untuk menyatakan posisinya kepada Israel bahwa PKT dapat meninggalkan Hamas, namun sebagai imbalannya ialah membiarkan Hizbullah tetap eksis. Hanya saja tidak jelas apakah Zhongnanhai bersedia secara terbuka memisahkan diri dari Hamas pada langkah selanjutnya.
Pada 9 Oktober 2024, sistem Iron Dome Israel mencegat roket yang ditembakkan dari Lebanon selatan di atas langit dekat kota Haifa. (Menahem Kahana/AFP/Getty Images)
Apakah Partai Komunis Tiongkok tidak mau menjadi “Negara besar yang berpengaruh”?
Kementerian Luar Negeri Tiongkok segera mengeluarkan pernyataan baru, yang mengatakan bahwa “Masalah keamanan nasional Israel wajar untuk ditanggapi secara serius”, yang sebenarnya bertujuan untuk menyelamatkan Hizbullah, selain itu juga untuk mencegah Israel melakukan pemboman terhadap fasilitas nuklir Iran. Namun, Partai Komunis Tiongkok tidak menunjukkan sikap ingin berpartisipasi aktif dalam mediasi, melainkan hanya berseru agar “negara-negara berpengaruh bersedia memainkan peran yang konstruktif”.
Selama ini PKT berdiri di pihak Hamas, Hizbullah dan Iran, mendukung mereka dari belakang untuk menyerang Israel dan menimbulkan ketidakstabilan di wilayah Timur Tengah. Hal ini telah lama membuat Israel marah. Kini PKT terpaksa berubah sikap menyinggung soal “masalah keamanan Israel wajib untuk ditanggapi secara serius”, namun PKT juga mengetahui bahwa Israel mungkin tidak akan menanggapinya. Perubahan sikap ini sepertinya ingin mewakili Hizbullah untuk memohon kepada Israel agar menghentikan serangan. Namun Israel tampaknya sudah bertekad untuk mengalahkan Hizbullah.
Iran meluncurkan 200 rudal ke Israel. Israel bersiap untuk membalas. Fasilitas nuklir Iran mungkin bisa menjadi sasaran serangan. Karena PKT tidak mampu mencegah Israel melakukan pembalasan sehingga hanya bisa berharap kepada Amerika Serikat untuk mempengaruhi Israel. Pemerintah AS secara terbuka menyatakan tidak menyetujui pemboman Israel terhadap fasilitas nuklir Iran, namun juga mengakui bahwa Israel belum membuat komitmen serupa. Dari sini terlihat bahwa PKT sudah cemas duluan.
Setelah Iran meluncurkan serangan rudal ke Israel pada 2 Oktober, Zhongnanhai terus menunda pemberian tanggapannya. Akhirnya Kementerian Luar Negeri Tiongkok mengeluarkan sebuah pernyataan namun secara jelas mengungkapkan sikap PKT terhadap serangan rudal Iran, kecuali menyerukan komunitas internasional, terutama negara-negara yang memiliki pengaruh seharusnya secara efektif memainkan peran konstruktif.
PKT pernah merasa senang dapat ikut campur tangan dalam urusan Timur Tengah, dan mengklaim berhasil membendung Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya melalui kekacauan situasi yang ditimbulkannya. Namun, tanpa diduga, situasinya kini telah berbalik, Zhongnanhai tahu bahwa kekuatannya sudah melemah sehingga harus berharap kepada Amerika Serikat untuk mencegah Israel terus menyerang Hizbullah dan Iran.
PKT yang menjadi poros kejahatan, terus bermitra dengan organisasi-organisasi teroris untuk menciptakan kekacauan. Saat ini ia khawatir Hizbullah dan Iran akan kehilangan nilai guna mereka, sehingga buru-buru mengubah sikap seakan-akan tidak ikut campur urusan di Timur Tengah, Masyarakat Arab dan Israel kini seharusnya semakin jelas dapat melihat bahwa Partai Komunis Tiongkok adalah penyebab utama memburuknya situasi di Timur Tengah. Jika dalam menjalin hubungan negara-negara masih memperlakukan Partai Komunis Tiongkok sebagai “negara yang berkekuatan besar”, maka Timur Tengah tidak akan pernah memiliki perdamaian. (sin)