Kondisi ekonomi Tiongkok yang terus memburuk, ditambah kesulitan hidup yang semakin meningkat di kalangan masyarakat dan banyaknya ketidakadilan sosial, telah menyebabkan seringnya kejadian kekerasan yang memicu kepanikan di kalangan masyarakat. Beberapa analis berpendapat bahwa insiden kekerasan ini sedang menyalakan api pemberontakan rakyat di Tiongkok, dan ke depannya bisa terjadi apa saja di negara tersebut
ETIndonesia. Sepanjang tahun ini, kejadian kekerasan sering terjadi di berbagai tempat di Tiongkok. Pada 24 Oktober 2024, sebuah insiden mobil menabrak pejalan kaki terjadi di depan Perguruan Tinggi Jingdezhen, Jiangxi, yang menyebabkan 4 mahasiswa terluka.
Pada malam hari 23 Oktober, di Kota Qingdao, Shandong, sebuah truk molen berjalan melawan arus dan menabrak puluhan mobil secara beruntun, dengan pengemudi yang terus menabrak sambil berteriak, “Partai Komunis tidak membiarkan saya hidup, saya akan membunuh orang!”
Pada malam 21 Oktober, sebuah insiden serupa terjadi di Wuhan, yang mengakibatkan 7 orang tewas dan 11 orang mengalami luka berat.
Menurut laporan VOA mandarin, paling tidak telah terjadi tiga insiden ekstrem yang dilaporkan oleh media dan disangsikan sebagai tindakan balas dendam terhadap masyarakat pada Oktober. Pada bulan-bulan seperti September, Juni, Mei, dan Maret, di berbagai tempat seperti Shanghai, Guangdong, dan Hunan, terdapat laporan insiden kekerasan yang diduga sebagai balas dendam masyarakat, dengan bentuk utama meliputi menabrak orang dengan mobil dan menyerang orang dengan pisau. Pelaku melakukan pembunuhan tanpa memilih korban, khususnya menyasar kelompok rentan termasuk pelajar, yang memicu kepanikan sosial.
Laporan tersebut mengutip pendapat Li Qiang, pendiri dan direktur eksekutif China Labor Watch, yang menganalisis bahwa di tengah penurunan ekonomi Tiongkok yang serius, kesulitan kerja bagi pekerja, dan minimnya tabungan, memberi dampak pada kelas pekerja dan lebih mungkin mengekspresikan ketidakpuasan mereka melalui insiden kekerasan.
Li Qiang berpendapat bahwa Tiongkok membutuhkan kebebasan beragama, melalui keyakinan rakyat untuk memberikan dukungan.
“Hampir tidak ada orang yang percaya pada komunisme, Partai Komunis dan Xi Jinping tidak bisa menenangkan hati orang. Agama bisa melakukan banyak hal, dan memiliki efek menenangkan bagi banyak orang, memberikan dukungan melalui keyakinan rakyat, karena banyak orang itu sangat rapuh. Partai Komunis menganggap agama sebagai pembius, menindas agama, dan tidak menyeimbangkan kepentingan dengan baik, akibatnya adalah ibarat pribahasa “Menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri,” ujar Li
Gong Ping, seorang warga Hubei, mengatakan kepada VOA bahwa saat ini ekonomi buruk, beberapa orang tidak memiliki uang, tidak bisa bertahan hidup, dan kebencian di masyarakat sudah terlalu berat, sehingga insiden balas dendam terhadap masyarakat akan semakin sering terjadi: “Ini pasti, karena di Tiongkok tidak ada penegakan hukum, tidak ada perjanjian, tidak ada kepercayaan, apa saja bisa terjadi.”
Gong Ping telah banyak berurusan dengan polisi lokal selama beberapa tahun ini. Menurutnya, polisi juga sering mengungkapkan di depannya bahwa insiden ekstrem semacam ini sulit untuk dicegah, dan pekerjaan mereka di masa depan hanya akan semakin banyak dan semakin sulit.
Kejadian kekerasan yang sering terjadi di berbagai tempat di Tiongkok, dijuluki oleh netizen sebagai “insiden xianzhong,” dimana “xianzhong” mengacu pada pemimpin pemberontakan rakyat pada akhir Dinasti Ming, Zhang Xianzhong.
Netizen berpendapat bahwa insiden “xianzhong” ini sedang menyalakan api pemberontakan rakyat di Tiongkok, peningkatan serangkaian kasus ini mengungkapkan masalah-masalah mendalam masyarakat, penurunan ekonomi, ketidakadilan sosial, dan kesulitan hidup rakyat, insiden kekerasan yang sering terjadi akan memperburuk kontradiksi sosial, dan krisis mengancam masyarakat Tiongkok.
Gong Ping mengatakan, “Tiongkok telah memasuki masa sampah sejarah, semua pejabat termasuk pejabat tingkat dasar hanya berbaring dan menunggu bagaimana Anda akan berakhir. Bagaimanapun juga akan runtuh, semua orang tahu akan hancur. Dan sekarang sudah sampai pada tahap ini.” (Jhon)