Musisi Hong Kong dan Ukraina Bersama-sama Mengadakan Konser Perlawanan

EtIndonesia. Seniman Kanada – Hong Kong Ricker Choi akan mengadakan konser “THE PEOPLE UNITED” di Meridian Arts Center Concert Hall di North York,  pada pukul 7 malam pada tanggal 2 November 2024.

Pada tanggal 2 November 2024 pukul 19.00, di Meridian Arts Centre, Toronto, Kanada, akan diadakan sebuah konser yang sangat spesial berjudul “THE PEOPLE UNITED”. Konser ini diadakan oleh seniman Hong Kong – Kanada, Ricker Choi, bersama seniman dari Ukraina. Tujuan konser ini adalah untuk memperingati lima tahun gerakan perlawanan amandemen Undang-Undang Hong Kong, sepuluh tahun gerakan payung, serta tiga puluh lima tahun peristiwa Tiananmen.

Ricker Choi, yang telah mengadakan banyak konser, mengatakan bahwa dia memilih untuk berkolaborasi dengan seniman Ukraina berdasarkan hubungan pribadi dan pengalaman perlawanan bersama.

“Saya telah mengenal pianis Ukraina Oksana selama bertahun-tahun, gerakan kebebasan Ukraina tahun 2014 menginspirasi perlawanan Hong Kong tahun 2019. Tahun ini menandai 35 tahun peristiwa Tiananmen, dan saya ingin memperingati mereka yang berkorban demi kebebasan melalui konser ini. Selain itu, dengan larangan kegiatan peringatan Tiananmen di Hong Kong, saya merasa penting untuk melanjutkan memori ini,” katanya kepada secret china news. “Rezim otoriter saat ini merupakan ancaman bagi perdamaian global, dan konser ini adalah kesempatan yang baik untuk menggabungkan suara dari Hong Kong, Tiongkok, dan Ukraina dalam mendukung kebebasan.”

Sopran Antonina Ermolenko mencatat bahwa perang Rusia-Ukraina telah berlangsung lebih dari dua setengah tahun, dan dia secara khusus memilih karya-karya komposer Ukraina yang tertindas selama era Soviet, sebagai penghormatan kepada kegigihan budaya dan rakyat Ukraina.

Keterangan gambar: Seniman sopran Antonina Ermolenko (kanan bawah), seniman Hong Kong Kanada Ricker Choi (kanan atas), dan pianis Oksana Hahn.

Pianis Oksana Hahn mengatakan bahwa konser ini mengingatkan kita bahwa perjuangan untuk kebebasan adalah universal: “Musik memungkinkan kita untuk terhubung dalam cara yang melampaui batas bahasa, menyatukan orang-orang dari budaya dan latar belakang yang berbeda.”

Dalam konser tersebut, Ricker Choi akan memainkan “Hong Kong Rhapsody” aransemennya sendiri, yang mencakup lagu-lagu klasik yang melambangkan semangat perlawanan Hong Kong, seperti “Glory to Hong Kong”, ” Below the Lion Rock”, dan lainnya. Melodi-melodi ini tidak hanya mencerminkan gerakan perlawanan di Hong Kong, tetapi juga keinginan kolektif untuk kebebasan. 

“Glory to Hong Kong mewakili keyakinan kuat kami dalam memperjuangkan kebebasan, banyak orang menganggapnya sebagai lagu kebangsaan tidak resmi Hong Kong. Di konser sebelumnya, setiap kali lagu ini dimainkan, selalu ada penonton yang menangis, beberapa bahkan bernyanyi bersama,” kata Choi.

Choi juga akan memainkan “Flower of Freedom”, sebuah lagu yang diciptakan untuk memperingati peristiwa Tiananmen. 

“Selama lebih dari tiga puluh tahun, ribuan orang di Hong Kong berkumpul untuk menyanyikan lagu ini dalam peringatan korban Tiananmen. Namun sekarang, pertemuan semacam itu telah dilarang, bahkan menyalakan lilin bisa mengakibatkan penangkapan,” ujarnya dengan nada sedih.

Seniman Loretta Lau akan secara khsusus terbang dari Belanda untuk tampil menari dengan latar belakang lagu yang diadaptasi dari tahun 1940-an melawan rezim otoriter di Chili, “El pueblo unido jamás será vencido”, yang menggabungkan pertunjukan piano, tarian, dan seni visual sebagai penghormatan kepada martir dari pembantaian Tiananmen dan Revolusi Kertas Putih.

Suara yang Melintasi Batas Negara

Antonina Ermolenko dalam wawancara menyebutkan bahwa dia memilih untuk menyanyikan lagu-lagu klasik Ukraina seperti Dear Mother dan Beautiful Brown Eyes karena lagu-lagu ini menyimpan kerinduan dan kebanggaan rakyat Ukraina, sekaligus mengingatkan dunia akan aspirasi kebebasan rakyat Ukraina. 

“Kami memilih lagu-lagu dengan gaya yang berbeda untuk merefleksikan budaya Ukraina dan mengekspresikan kerinduan banyak orang Ukraina akan tanah air mereka. Karya latihan vokal Rachmaninoff, misalnya, mencerminkan perasaan kehilangan dan kerinduan yang mendalam,” ujarnya.

Pianis Oksana mengatakan kepada secret china news bahwa lagu Dear Mother memiliki makna khusus di tengah situasi saat ini. “Banyak ibu yang melepas anak-anak mereka ke medan perang. Lagu ini menangkap rasa cinta, kekhawatiran, dan kepedihan mereka.” 

Ia juga membagikan pemahamannya yang mendalam tentang musik

 “Kekuatan musik melampaui bahasa, dan ketika melodi-melodi ini terdengar, setiap orang bisa merasakan tekad dan harapan dari dalamnya. Musik menyatukan kita tanpa perlu kata-kata, karena musik itu sendiri adalah bahasa universal,” katanya. “Setiap kali saya memainkan lagu-lagu ini, saya merasa jiwa kita terhubung erat dengan tanah air. Saya berharap nada-nada ini dapat menyentuh hati setiap pendengar, membuat mereka memahami apa arti perang ini bagi setiap orang Ukraina.” 

Baginya, musik tidak hanya merupakan cara untuk mengekspresikan diri, tetapi juga sarana untuk menyampaikan keyakinan.

Ricker Choi menyatakan bahwa konser ini adalah bentuk dukungan bagi mereka yang memperjuangkan kebebasan di berbagai wilayah. 

Antonina menambahkan: “Dalam konteks perlawanan dan perang, musik menjadi dukungan yang senyap dan memberikan kita sebuah bahasa yang bisa menyatukan perasaan.” 

Semangat kebersamaan ini menjadi inti dari konser tersebut, memungkinkan setiap orang untuk menemukan suara mereka sendiri melalui musik.

Mewariskan Semangat Perlawanan: Mendidik Generasi Mendatang dengan Musik

Konser THE PEOPLE UNITED juga memikul misi untuk meneruskan semangat perlawanan. Ricker Choi menjelaskan bahwa bagi dirinya, konser ini merupakan kesempatan pendidikan yang penting. Ia berkata, walaupun sudah pindah ke Kanada sejak 1988, perasaan sedih dan solidaritas yang dirasakannya saat melihat berita tentang protes di Hong Kong pada tahun 2019 membuatnya ingin turut mendukung melalui seni di luar negeri.

Oksana mengatakan kepada Looking at China bahwa musik bukan hanya sarana untuk mengekspresikan diri, tetapi juga alat pendidikan. Ia berharap, konser ini bisa menjadi jembatan bagi generasi muda untuk memahami perjuangan rakyat Hong Kong, peristiwa di Lapangan Tiananmen, dan kisah-kisah perjuangan dari berbagai wilayah, serta menyadari nilai kebebasan dan hak asasi manusia.

“Tanggung jawab kita adalah mewariskan semangat perlawanan dan nilai-nilai kebebasan kepada generasi berikutnya,” ujarnya.

Sebanyak 70% dari hasil konser akan disumbangkan ke Bonham Tree Aid, sebuah organisasi yang mendukung tahanan politik di Hong Kong dan keluarga mereka, sedangkan 30% lainnya akan disumbangkan ke Amnesty International

“Banyak tahanan politik di Hong Kong yang ditahan secara tidak adil, bahkan ada yang selama bertahun-tahun tidak mendapatkan pengadilan yang layak. Saya berharap melalui konser ini, kami dapat mendukung mereka. Saya juga berharap sumbangan ini dapat memperkuat perjuangan hak asasi manusia secara global,” pungkasnya.(jhn/yn)