EtIndonesia. Pada saat pasukan Korea Utara memasuki Rusia dan perang Rusia-Ukraina mencapai titik kritis, Menteri Luar Negeri Korea Utara Choe Son Hui tiba di Rusia pada hari Selasa (29/10) untuk melakukan pembicaraan dengan pemerintahan Putin, sementara NATO dan Korea Selatan mengutuk kemungkinan pasukan Korea Utara segera bergabung dengan militer Rusia dalam perang.
Bukti baru-baru ini menunjukkan bahwa sekitar 12.000 tentara Korea Utara telah diperintahkan untuk pergi ke Rusia dan akan segera memasuki medan perang Ukraina. NATO juga telah mencatat gerakan penting ini.
Kiev menyatakan bahwa sanksi terhadap Korea Utara dan Rusia perlu diperkuat dan menyerukan kepada komunitas internasional untuk menyediakan lebih banyak senjata kepada Ukraina serta merancang rencana untuk menghentikan pasukan Korea Utara memasuki medan perang Ukraina. Korea Selatan mengutuk tindakan militer Korea Utara yang mendukung Rusia.
Pejabat Korea Selatan merasa sangat tidak nyaman tentang apa yang mungkin ditawarkan Moskow kepada Korea Utara sebagai ganti pengiriman pasukannya untuk mendukung Rusia. Ada kabar bahwa Rusia mungkin akan menyediakan teknologi nuklir dan misil yang canggih kepada Korea Utara.
Kunjungan Menteri Luar Negeri Korea Utara ke Rusia
Media resmi Korea Utara, KCNA, melaporkan bahwa Choe Son Hui dan rombongannya berangkat dari Bandara Internasional Pyongyang pada hari Senin (28/10), dengan Duta Besar Rusia untuk Pyongyang, Alexander Matsegora, mengantar keberangkatan mereka. Kementerian Luar Negeri Korea Utara mengatakan, kunjungan ini “dilakukan dalam kerangka dialog strategis (antara Korea Utara dan Rusia).
Sebelumnya, pemimpin kedua negara telah mencapai kesepakatan untuk memperkuat hubungan bilateral selama pertemuan puncak pada Juni 2024.
Media resmi Rusia, TASS, melaporkan bahwa Choe Son Hui tiba di kota pelabuhan timur jauh Rusia, Vladivostok, pada hari Selasa dan akan melanjutkan ke Moskow pada hari Rabu. Ini adalah kunjungan kedua Choe Son Hui ke Rusia dalam enam bulan. Namun, media Rusia melaporkan bahwa belum diketahui dengan siapa Choe Son Hui akan bertemu pejabat tinggi Rusia kali ini. Kremlin mengatakan bahwa saat ini tidak ada rencana pertemuan antara Putin dan Choe Son Hui.
Percakapan Zelenskyy dengan Yoon Suk-yeol
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, berbicara dengan Presiden Korea Selatan, Yoon Suk-yeol, pada hari Selasa. Zelenskyy mengatakan, keterlibatan pasukan Korea Utara dalam perang Rusia-Ukraina telah mendorong konflik ke tahap yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Reuters mengutip kata-kata Zelenskyy: “Hasilnya jelas, perang ini menuju ke arah internasionalisasi, melampaui batas dua negara.”
Zelenskyy menyatakan bahwa dia dan Yoon Suk-yeol setuju untuk memperkuat kontak di semua tingkatan untuk merumuskan rencana dan tindakan untuk menanggapi pengiriman pasukan Korea Utara yang mendukung Rusia.
Zelenskyy mengatakan, kedua pihak setuju untuk memperkuat pertukaran intelijen: “Ukraina dan Korea Selatan setuju untuk segera mengirim delegasi untuk koordinasi tindakan terkait,” katanya.
Kantor Presiden Korea Selatan menyatakan bahwa Yoon Suk-yeol memberitahu Zelenskyy bahwa jika Korea Utara menerima bantuan dari Rusia dan mendapatkan pengalaman serta pengetahuan militer dari partisipasinya dalam perang, hal ini akan menjadi “ancaman besar” bagi keamanan Korea Selatan. Korea Selatan telah menyatakan secara jelas bahwa jika pasukan Korea Utara bergabung dalam perang Rusia-Ukraina, Korea Selatan akan menyediakan senjata kepada Ukraina.
Pentagon menyatakan pada hari Senin bahwa jika Korea Utara terlibat dalam perang, AS akan mencabut pembatasan terhadap penggunaan senjata Amerika oleh Ukraina.
Presiden Rusia, Vladimir Putin, pada hari Kamis (24/10) tidak menyangkal bahwa Korea Utara telah mengirimkan pasukan ke Rusia, menyatakan bahwa bagaimana pasukan Korea Utara dikerahkan adalah keputusan Moskow, termasuk kemungkinan mengirim mereka ke garis depan untuk bertempur melawan Ukraina. Peran apa yang akan dimainkan oleh pasukan Korea Utara dalam perang Rusia-Ukraina masih belum jelas.
Para analis mengatakan bahwa jumlah pasukan Korea Utara tidak banyak dan kemampuannya terbatas, sehingga kemungkinan tidak akan berperan penting. Namun, mereka memiliki kemampuan untuk membantu tentara Rusia dengan menyediakan tenaga kerja dan menjaga posisi pertahanan.
Diplomat dan analis Barat mengatakan bahwa kehadiran militer Korea Utara di Rusia juga dapat berperan politik bagi Rusia dan Korea Utara, memperkuat posisi mereka dalam berurusan dengan Tiongkok, yang hubungan kemitraannya tidak harmonis, dan mengirim pesan kepada Washington serta sekutunya.
Reuters mengutip Gilbert Rozman, editor-in-chief dari Forum Asia, mengatakan: “Semakin erat hubungan antara Moskow dan Pyongyang, semakin besar pengaruhnya terhadap sekutu Amerika dan Tiongkok.”
Rozman menyatakan bahwa Moskow membutuhkan mitra yang tidak puas dengan status quo, waspada terhadap Tiongkok tetapi tidak ingin memprovokasi, dan dapat membantu memenuhi kebutuhan senjata atau tenaga kerja.
Seorang diplomat anonim mengatakan kepada Reuters bahwa beberapa ribu tentara Korea Utara tidak akan mengubah arah perang, dan ini mungkin adalah cara Rusia untuk menunjukkan kepada Amerika bahwa Moskow, jika diinginkan, masih memiliki kemampuan besar dalam memperkeruh situasi. (jhn/yn)