Israel Hingga Korea: Perang Hibrida dan Disinformasi Menjerat Dunia

Et.Indonesia.  Pada tanggal 29 Oktober 2024, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy melakukan panggilan telepon dengan Presiden Korea Selatan Yoon Seok-yeol. Dalam percakapan tersebut, kedua pemimpin menyepakati peningkatan kerja sama keamanan, seiring meningkatnya ancaman dari berbagai pihak yang mengganggu stabilitas kawasan. Langkah ini diambil di tengah laporan dari intelijen Korea Selatan yang mengungkap bahwa pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, telah menyadari risiko terhadap keselamatannya, yang menyebabkan pengamanan di sekitar dirinya semakin diperketat.

Media Amerika Serikat juga melaporkan persiapan perang nuklir yang dilakukan Presiden Rusia Vladimir Putin. Menurut laporan Agence France-Presse, Zelenskyy menyebut bahwa konflik Rusia-Ukraina kini telah menjadi isu internasional, melampaui sekadar perang antara dua negara. Sementara itu, Presiden Yoon menggambarkan tindakan Korea Utara sebagai belum pernah terjadi sebelumnya dan berbahaya. Yoon menegaskan bahwa Korea Selatan akan terus berkomunikasi erat dengan Ukraina dan mengambil langkah-langkah efektif untuk menangani ancaman tersebut.

Kantor Kepresidenan Korea Selatan mengonfirmasi bahwa dukungan terhadap Ukraina akan terus berlanjut, termasuk menjalin kerja sama dengan negara-negara mitra untuk membantu rakyat Ukraina melalui langkah-langkah yang lebih intensif. Untuk memperkuat kemitraan, kedua negara berencana untuk segera saling mengirim delegasi guna membahas koordinasi lebih lanjut serta memperdalam kerja sama di bidang keamanan dan intelijen.

Tentara Korea Utara yang Terlibat dalam Perang di Rusia

Dalam perkembangan lain, intelijen Korea Selatan melaporkan bahwa sebagian besar tentara Korea Utara yang bertempur di Rusia berusia sekitar 20 tahun, bahkan beberapa di antaranya masih berusia belasan. Menurut laporan dari South China Morning Post, sekelompok tentara Korea Utara yang membelot telah menawarkan diri untuk bergabung dengan pasukan Ukraina, dengan tujuan menggunakan keahlian mereka dalam perang informasi dan psikologis untuk memengaruhi tentara Korea Utara yang sedang berada di Rusia.

Latihan Nuklir Besar-besaran Rusia dan Permintaan Ukraina untuk Senjata Jarak Jauh

Pada hari yang sama, Putin memulai latihan kekuatan nuklir besar-besaran yang mencakup peluncuran rudal serta simulasi serangan balasan. Berdasarkan laporan dari Associated Press, latihan ini dianggap sebagai sinyal peningkatan kesiapan Rusia terhadap ancaman nuklir. New York Times mengungkap bahwa dalam rencana rahasia Ukraina, Zelenskyy meminta akses ke rudal Tomahawk berjangkauan 2.400 kilometer—tujuh kali lebih jauh daripada rudal taktis angkatan darat Ukraina—untuk memperkuat kapasitas pertahanan negaranya.

Sementara itu, Yonhap melaporkan bahwa aktivitas publik Kim Jong-un di Korea Utara meningkat hingga 60% sejak awal tahun ini, dan untuk mengantisipasi ancaman terhadap dirinya, Korea Utara menggunakan kendaraan pengganggu sinyal serta peralatan pendeteksi drone untuk memperkuat keamanan. Putri Kim Jong-un, Kim Ju-ae, kini sering tampil di berbagai kegiatan partai dan didampingi oleh saudara perempuannya, Kim Yo-jong, serta Menteri Luar Negeri Choe Son-hui. Kim Ju-ae, yang kini berusia sekitar 12 tahun, kerap muncul dalam acara-acara militer, yang diduga sebagai upaya penanaman citra sebagai calon penerus kepemimpinan.

Israel Larang Aktivitas UNRWA dan Deportasi Keluarga Ekstremis ke Gaza

Di Israel, parlemen mengesahkan dua undang-undang yang melarang aktivitas Badan Bantuan dan Pekerjaan untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA) di wilayah yang dikontrol Israel, serta memutuskan seluruh hubungan organisasi tersebut dengan Pemerintah Israel. Undang-undang ini juga menetapkan bahwa UNRWA adalah organisasi ekstremis. Keluarga ekstremis yang diketahui atau menyatakan dukungan terhadap aksi kekerasan akan dideportasi ke Gaza.

Warga Korea di Tiongkok Ditahan dengan Tuduhan Spionase

Seorang pria Korea Selatan berusia 50-an yang tinggal di Tiongkok menjadi orang pertama dari negaranya yang didakwa di bawah undang-undang anti-spionase Tiongkok, dengan dugaan bahwa ia membocorkan informasi terkait semikonduktor ke Korea Selatan. Keluarga pria tersebut belum mendapat kejelasan mengenai tuduhan yang dikenakan, sementara ia masih berada dalam penahanan.

Perang Informasi: Rusia dan Tiongkok Sebarkan Berita Palsu terkait Badai di AS

Di tengah meningkatnya bencana badai di AS, Rusia dan Tiongkok diduga menyebarkan berita palsu untuk mencoreng citra Pemerintah AS. Melalui berbagai platform seperti Telegram, kantor berita Rusia bahkan mengunggah gambar hasil AI yang menunjukkan Disneyland Florida kebanjiran, dan unggahan tersebut telah dilihat lebih dari 500.000 kali. Beberapa influencer Rusia menyebarkan kabar bahwa pemerintah AS menolak aplikasi bantuan bencana. Tak hanya Rusia, influencer asal Tiongkok juga menyebarkan berita serupa, dengan tuduhan bahwa sementara AS meningkatkan bantuan luar negeri, mereka justru mengurangi bantuan bagi warga terdampak bencana di dalam negeri.

Salah satu unggahan bahkan menunjukkan gambar Wakil Presiden AS Kamala Harris sedang memantau daerah banjir, dengan tulisan yang menyatakan bahwa “semua uang AS dihabiskan untuk Ukraina, Israel, dan Taiwan.” Unggahan ini juga dibagikan oleh media di Kuba, dengan klaim bahwa AS memprioritaskan bantuan luar negeri daripada membantu korban bencana domestik, yang bertujuan untuk memprovokasi masyarakat AS agar menentang pemerintah.

Gedung Putih mengeluarkan kecaman keras terhadap propaganda ini dan memperingatkan masyarakat AS agar tidak termakan oleh kampanye disinformasi yang dilakukan oleh negara-negara yang bersikap memusuhi Amerika Serikat.