Markas Hizbullah Terbakar, AS Dukung Israel Terus Mengejar Target Hizbullah

Pada Rabu (30/10/2024), Menteri Pertahanan Israel, Yoav Galant, mengunjungi pasukan di Gaza dan menyatakan akan memperkuat serangan untuk memaksa Hamas menyerahkan sandera; sementara itu, pemimpin baru Hizbullah Lebanon muncul di televisi untuk pertama kalinya sejak menjabat.

ETIndonesia. Pada  Rabu, Menteri Pertahanan Israel, Yoav Galant, mengunjungi pasukan Israel di kota Rafah di selatan Gaza dan koridor Philadelphia yang berdekatan dengan Mesir, seraya menyerukan intensifikasi serangan untuk memaksa Hamas membebaskan sandera.

“Inti dari masalah ini adalah terus memberikan tekanan militer sebanyak mungkin kepada Hamas untuk menciptakan kondisi yang diperlukan untuk menjamin kembalinya sandera ke rumah mereka,” ujarnya. 

Pada saat yang sama, pemimpin baru Hizbullah Lebanon, Naim Qassem, memberikan pidato video pertamanya pada Rabu, di mana dia menyatakan bahwa Hizbullah akan melanjutkan jalur perang yang ditempuh oleh pemimpin terdahulu mereka, Hassan Nasrallah, dalam melawan Israel.

Pada hari itu, Israel melancarkan serangan udara hebat terhadap target Hizbullah di kota Baalbek, Lebanon timur, yang menyebabkan ledakan besar dan bola api yang menembus langit, disertai dengan asap tebal yang bergulung. 

Tidak ada laporan mengenai korban jiwa. Hizbullah segera membalas dengan roket ke Israel, dan seorang pejabat rumah sakit di Haifa menyatakan bahwa dua penduduk kota perbatasan Metula terluka dalam serangan tersebut, dengan salah satunya mengalami luka serius.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller, menyatakan pada hari Rabu bahwa Amerika mendukung Israel mengejar target Hizbullah. 

Matthew Miller, mengatakan, “Kami mendukung hak Israel untuk mengejar target Hizbullah, tetapi pada saat yang sama, sangat penting bahwa tindakan Israel tidak mengancam nyawa sipil.” 

Selain itu, dikabarkan bahwa utusan khusus AS, Amos Hochstein, dan Brett McGurk, tiba di Israel pada 30 Oktober untuk membahas kesepakatan gencatan senjata dengan Hizbullah Lebanon. Rencana yang mungkin adalah mengumumkan gencatan senjata dan memasuki periode transisi 60 hari. 

Jika kesepakatan ini tercapai, ini akan menjadi penurunan pertama yang signifikan dalam konflik Timur Tengah sejak perang Israel-Hamas meletus tahun lalu. 

Sehari sebelumnya, juru bicara Hamas, Sami Abu Zuhri, mengklaim telah menerima proposal dan setuju untuk mendiskusikan gencatan senjata, pembebasan sandera, dan pertukaran tawanan perang Palestina dengan “skema baru”. (jhon)