oleh Qin Peng
Fokus kali ini McDonald’s, raksasa makanan cepat saji Amerika Serikat baru-baru ini masuk ke pusaran kontroversi pemilu 2024. Ternyata ada banyak cerita di baliknya, bahkan mungkin ada yang belum pernah kita ketahui.
Elon Musk, orang terkaya di dunia, baru-baru ini mengumumkan bahwa ia akan membagikan hadiah sebesar USD.1 juta setiap kepada para pemilih di negara bagian mengambang di AS, hal ini memicu sengketa legalitas.
Banyak cerita dari kentang goreng, McDonald’s terdesak untuk memberikan klarifikasi
Hari Minggu, mantan Presiden AS Trump menggoreng kentang goreng di McDonald’s Pennsylvania, menyebabkan sensasi viral dan mendesak McDonald’s untuk memberikan klarifikasi.
Sebuah rekaman video komedi yang konyol, memperlihatkan Donald Trump sedang menggoreng kentang di McDonald’s. Namun, video yang seakan-akan mentertawakan mantan presiden ini justru menonjolkan ciri khas demokrasi Amerika Serikat, yaitu siapa pun bisa saja mengolok-olok presiden atau politisi lain tanpa perlu rasa takut ditangkap atau dipenjara.
Asal mula sampai Trump pergi ke McDonald’s untuk menggorong kentang adalah gegara pernyataan Wakil Presiden saat ini Kamala Harris yang mengklaim bahwa dirinya pernah bekerja di McDonald’s selama musim panas saat masih kuliah di tahun 1983. Dari sanalah citra kelas menengahnya tercipta. Dan itu kemudian ia gunakan untuk mengkritik Trump, yang katanya lahir dari keluarga kaya, mungkin tidak pernah mengalami kesusahan.
Misalnya, Perwakilan Demokrat Texas Jasmine Crockett menggambarkan keduanya seperti ini: “Salah satu kandidat bekerja di McDonald’s, sedangkan yang lainnya dilahirkan dalam keluarga yang sendok-garpunya saja terbuat dari emas”. Tim Walz, pasangan dalam pemilu Harris juga mengatakan: “Dapatkah Anda membayangkan adegan Trump yang bekerja di McDonald’s?”
Kamala Harris berbohong, ia tidak pernah bekerja di McDonald’s, kata Trump sebagai tanggapannya, setelah itu ia pergi ke McDonald’s untuk mempertontonkan adegannya yang sedang menggoreng kentang. Dengan nada bercanda Trump mengatakan bahwa dirinya hanya perlu bekerja selama 15 menit, itu sudah lebih lama dari jam kerja Kamala Harris.
Seperti yang kita ketahui bahwa McDonald’s adalah makanan cepat saji nasional yang memiliki lebih dari 13.500 toko di seluruh Amerika Serikat dengan puluhan juta orang yang pernah bekerja di sana. Melalui adegan trump yang telah menanggalkan jas, hanya dengan mengenakan celemek berwarna hitam dan kuning, bekerja di dapur McDonald’s ia berharap dapat menarik kedekatannya dengan para pemilihnya. Trump memilih McDonald’s di Pennsylvania karena ada pesan yang tidak kalah penting, yaitu ia ingin menekankan bahwa dirinya menaruh perhatian terhadap masyarakat dan lapangan kerja di negara bagian mengambang.
Meskipun Trump telah menunjukkan semangatnya dalam melakukan pekerjaan di McDonald’s selama waktu 1 shift dan mengatakan akan kembali lagi, tentu saja itu hanya pertunjukan yang perlu melibatkan banyak orang dalam pengaturannya, karena Trump telah 2 kali mengalami percobaan pembunuhan. Ia sekarang berada di bawah perlindungan ketat dari Dinas Rahasia AS. Memang banyak warga masyarakat yang sebelumnya sudah tahu bahwa Trump akan muncul, dan mereka yang membeli McDonald’s melalui jendela Drive Thru rela dengan sabar menjalani pemeriksaan keamanan yang ketat.
Ada beberapa hal yang menarik dalam penampilan Trump kali ini. Salah satunya adalah saat dirinya mengetahui bahwa hari itu adalah hari ulang tahun ke-60 Kamala Harris. Dia langsung mengatakan bahwa dirinya ingin mengirimnya seikat bunga segar sebagai ucapan selamat ulang tahun.
Selain itu, seorang imigran asal Brasil berkata kepada Presiden Trump: “Tuan Presiden, mohon jangan membiarkan Amerika Serikat berubah menjadi Brasil”. Ini sebenarnya adalah suatu sindiran, Brazil, yang sama juga seperti Afrika Selatan, dulunya adalah negara kaya, namun karena menerapkan sosialisme, kini negara tersebut merosot menjadi negara berkembang yang terbelakang.
Namun, ketika berita terkait berkembang pesat, McDonald’s juga dibuat kelabakan. Pada hari Senin, McDonald’s mengeluarkan pernyataan dalam upayanya untuk menghindari merek dagangannya terseret ke dalam pusaran opini publik, ia buru-buru menyatakan: ” Sesuai dugaan kami, merek dagangan kami dapat menjadi salah satu topik hangat pada pemilu kali ini. Meski ini bukan hasil yang kami kejar. McDonald’s tidak pernah mendukung kandidat yang mencalonkan diri, tidak terkecuali dalam pemilihan presiden kali ini”.
“Meskipun kami bukan merek politik, kami bangga mendengar tentang kecintaan mantan Presiden Trump terhadap McDonald’s dan kenangan indah Wakil Presiden Kamala Harris yang pernah bekerja di Golden Arches”, kata McDonald’s dan pemilik waralaba yang mengoperasikan toko tersebut. McDonald’s membuka pintunya untuk “semua orang”.
Pada tahun 2020, McDonald’s secara terbuka mendukung gerakan Black Lives Matter, namun selama bertahun-tahun mereka telah berusaha membentuk dirinya sebagai merek dagang yang tidak ikut berpolitik, agar tidak “kehilangan pasar” karena sikapnya.
Hal ini sebenarnya sejalan dengan pandangan sebagian besar masyarakat Amerika Serikat saat ini. Menurut penelitian dari lembaga jajak pendapat “Gallup” dan “University of Massachusetts Bentley”, hanya 38% orang dewasa Amerika Serikat yang sekarang percaya bahwa perusahaan harus mengungkapkan sikap politik mereka secara terbuka. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan 48% yang tercatat pada tahun 2022.
Kennedy Jr yang pernah mencalonkan dirinya dalam pemilu 2024 segera memanfaatkan kesempatan tersebut untuk berbicara tentang topik kesehatan yang sangat ia promosikan. Dia mengatakan: “Tahukah Anda bahwa McDonald’s telah menggunakan mentega untuk membuat kentang goreng sejak tahun 1940, hingga produk tersebut dihentikan secara bertahap pada tahun 1990 dan beralih ke minyak biji-bijian? Peralihan ini dilakukan karena lemak jenuh hewani dianggap tidak sehat, namun kami kemudian menemukan bahwa minyak biji-bijian adalah salah satu penyebab terjadinya obesitas”. Dia menunjukkan bahwa sudah waktunya bagi para peneliti untuk membuat minyak goreng yang lebih baik bagi kesehatan.
Namun, dewan editorial “Wall Street Journal” percaya bahwa pertunjukan Trump pada hari Minggu itu cukup menarik, tetapi Trump telah melewatkan sebuah kesempatan besar untuk menyoroti bagaimana agenda Harris membahayakan lapangan kerja dan restoran waralaba.
Dewan redaksi percaya bahwa pekerjaan di restoran cepat saji memberikan pelajaran kepada generasi muda tentang bagaimana memperlakukan pelanggan dengan sopan, datang tepat waktu, dan menerima serta mengikuti pesanan pelanggan yang tentunya dapat berpengaruh positif terhadap karier mereka. Namun Wakil Presiden Kamala Harris malah membuat hal ini menjadi sulit.
Pertama, Dewan Hubungan Perburuhan Nasional pada masa pemerintahan Biden telah menerapkan aturan pemberi kerja baru yang mengurangi otonomi pewaralaba dan meningkatkan biaya, katanya dalam upaya untuk memudahkan serikat pekerja mengorganisir para pekerja waralaba. Dengan demikian peluang kerja bagi kaum muda menjadi berkurang.
Musim semi ini, Senat dan Dewan Perwakilan Rakyat AS mengeluarkan resolusi bipartisan untuk memblokir peraturan tersebut. Namun, Presiden Biden memveto RUU tersebut.
Kedua, Kamala Harris mendukung kenaikan upah minimum federal yang berlaku saat ini sebesar USD.7,25 per jam. Pemerintah federal juga telah menaikkan upah minimum untuk kontraktor federal menjadi USD.15,- sementara beberapa kelompok sayap kiri ingin menaikkannya menjadi USD.20,-. Namun, karena remaja biasanya memiliki pengalaman dan keterampilan yang kurang memadai, jadi upah minimum yang tinggi mudah membuat kaum muda terdepak dari pasar kerja, sehingga ada kekhawatiran bahwa pendekatan ini dapat menaikkan tingkat pengangguran kaum muda.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa 20 negara bagian di AS dengan upah minimum USD.7,25 memiliki tingkat pengangguran sebesar 3,1%, sedangkan di 15 negara bagian dengan upah minimum antara USD.14,- hingga USD.17,- memiliki tingkat pengangguran rata-rata sebesar 4,2%. Pada tahun 2020, kampung halaman Harris di California yang menaikkan upah minimum per jam dari USD.12,- menjadi USD.16,- telah membuat tingkat pengangguran bagi kaum muda berusia 16 hingga 19 tahun melonjak dari 10,8% menjadi 19,2%. Sementara pada periode yang sama tingkat pengangguran di seluruh Amerika Serikat juga tercatat naik dari 10,5% menjadi 11,9%.
Hadiah USD.1 juta Elon Musk memicu sengketa legalitas
Menurut saya bahwa sejauh ini ada empat “kejutan bulan Oktober” terkait pemilu AS yang sedang ramai dibicarakan masyarakat. Yang pertama adalah debat calon wakil presiden, yang memungkinkan Trump membalikkan situasi yang kurang menguntungkan dirinya. Kedua adalah Ketika terjadi serangan badai, Harris mengkritik Gubernur Florida lantaran tidak menjawab panggilannya.
Akibatnya, Biden dengan cepat mengatakan bahwa dia sedang berbicara dengan DeSantis dan memuji Florida karena melakukan pekerjaannya dengan baik. Sebelumnya, Biden bahkan mengenakan topi berwarna merah yang bertuliskan MAGA (Make America Great Again).
Ketiga, Elon Musk yang menyatakan akan secara All in berpartisipasi dalam pemilu AS, ditambah dengan keberhasilan peluncuran serta pemulihan SpaceX-nya telah menarik perhatian sejumlah besar pemilih menengah dan kaum muda. Keempat, Kamala Harris yang secara tak terduga berpartisipasi dalam wawancara “Fox News” tetapi karena jawaban yang buruk terhadap beberapa pertanyaan, justru membalikkan harapannya untuk meraih dukungan dari pemilih menengah.
Elon Musk yang tidak hanya menyediakan tenaga, uang tetapi juga sebagai donator, secara pribadi mengorganisir banyak pertemuan dan memberikan pidato secara langsung, menceritakan proses perkembangan pikirannya mengenai kepemimpinan yang jarang terjadi dan mengejutkan dunia luar tentu saja akan menjadi pemain kunci terpenting jika Trump berhasil memenangkan pemilu tahun ini.
Sejujurnya, di Amerika Serikat, hampir semua orang pandai berpidato karena memang sudah terlatih sejak kecil, tapi bagi Elon Musk yang lahir di Afrika Selatan, ia adalah pengecualian. Meski demikian, pidato Musk tetap menyentuh hati jutaan warga Amerika Serikat. Karena setiap kata yang diucapkan dalam pidatonya datang dari hati, dan setiap kalimatnya tepat sasaran.
Di antara mereka, pidatonya yang beredar luas adalah: “Kami jelas menginginkan perbatasan yang aman, kami ingin kota yang aman, pengeluaran yang wajar sehingga tidak terjadi inflasi yang gila-gilaan, kami ingin kebebasan berpendapat, kami ingin konstitusi ditegakkan. Saya diberitahu bahwa ini adalah nilai-nilai sayap kanan. Saya berpikir, ‘Apakah Anda gila?’ Siapa pun yang menentang hal-hal ini pada dasarnya adalah anti-Amerika Serikat, jadi persetan dengan mereka”.
Musk tidak memberikan donasi langsung kepada Trump, namun ia membentuk sebuah komite politik “Political Action Committee. PAC”, dan menyumbangkan USD.75 juta untuk mencapai tujuannya yang antara lain adalah untuk mendorong pendaftaran pemilih di negara-negara bagian yang menjadi medan pertempuran utama. Musk juga memposting di platform X dengan menyebutkan bahwa dia akan memberikan USD.47,- kepada orang-orang yang merekomendasikan orang lain untuk mendaftar dan menandatangani petisi PAC untuk memperoleh dukungan konstitusi. Kemudian, ia menaikkan jumlah hadiahnya menjadi USD.100,- per orang.
Pada 19 Oktober, Elon Musk kembali mengeluarkan hadiah besar lainnya dengan pengumuman yang berbunyi “mulai sekarang hingga pemilu, kami akan memberikan bonus sebesar satu juta dolar AS setiap harinya”. Satu-satunya syarat untuk memenangkan hadiah tersebut adalah bahwa para pemilih di negara bagian mengambang harus menandatangani petisi yang mendukung Amandemen Pertama dan Kedua Konstitusi.
Langkah ini menimbulkan kontroversi besar. Tiga ahli mengatakan kepada NBC News bahwa hal ini termasuk dalam wilayah abu-abu hukum dan dapat melanggar undang-undang pemilu. Karena menurut undang-undang pemilu federal, memberikan hadiah uang kepada seseorang untuk memilih atau mendaftar untuk memilih adalah tindakan ilegal.
Namun, Musk dapat terhindar dari tuntutan undang-undang karena Musk dan PAC mengatakan bahwa petisi tersebut hanya menyerukan dukungan terhadap hak konstitusional AS dan bahwa penandatangannya tidak memerlukan afiliasi partai tertentu.
Dengan kata lain, apakah mereka adalah pendukung Partai Republik atau Demokrat, atau merupakan pemilih berhaluan tengah, mereka mungkin saja memenangkan hadian sebesar satu juta dolar yang diundi secara acak. Bahkan yang bersangkutan tidak disyaratkan harus ikut memilih.
Jadi, apakah ini ilegal atau tidak? Nate Persily, profesor di Stanford Law School mengatakan bahwa ini adalah topik baru yang belum pernah terjadi sebelumnya karena berada di area abu-abu.
“Saya belum pernah mendengar adanya lotere jutaan dolar yang diadakan pada minggu-minggu terakhir kampanye presiden, baik untuk menandatangani petisi atau untuk mendorong orang agar mendaftar, jadi kita sedang berada di wilayah hukum baru”, katanya.
Rick Hasen, direktur Preserving Democracy Project di UCLA School of Law dan analis hukum pemilu untuk NBC News, menyebut rencana Musk “jelas ilegal” karena petisi tersebut mengharuskan penandatangan untuk terdaftar adalah pemilih dari negara bagian tertentu.
Rick Hasen mengungkapkan bahwa Manual Kejahatan Pemilu yang diterbitkan oleh Kementerian Kehakiman secara eksplisit menyebutkan “peluang lotere” sebagai contoh suap ilegal jika dirancang untuk membujuk atau memberi penghargaan kepada pemilih atas satu atau lebih tindakan yang diperlukan untuk berpartisipasi dalam pemungutan suara.
Gubernur Pennsylvania Joshua David Shapiro yang seorang Demokrat mengatakan dalam pertemuannya dengan media pada hari Minggu, bahwa undian yang berhadiah “sangat memprihatinkan” dan merekomendasikan agar penegak hukum dapat melakukan penyelidikan.
Namun, para ahli tidak berpikir Kementerian Kehakiman AS akan menghentikan lotere Musk atau mendenda Musk sebelum pemilu.
Menariknya, Kementerian Kehakiman AS, Kantor Kejaksaan Agung Pennsylvania, dan Komisi Pemilihan Umum Federal semuanya menolak memberikan komentar tentang ini. Saya berpendapat, bahwa hal ini menunjukkan lembaga penegak hukum tidak menganggap tindakan Musk itu ilegal. Jika hal ini terpaksa ditegakkan, maka dapat menyebabkan perselisihan hukum yang berlarut-larut, dan pada akhirnya mereka mungkin perlu meminta pengadilan federal untuk menafsirkan undang-undang tersebut.
Faktanya, Jeremy Paul, seorang profesor hukum tata negara dari Fakultas Hukum Universitas Northeastern dalam emailnya yang dikirim kepada BBC mengatakan, bahwa meskipun beberapa pihak berpendapat usulan tersebut mungkin ilegal, namun karena selain lotere itu bertarget juga dirancang untuk menghindari ketentuan hukum, jadi membuat kasus ini sulit untuk disidangkan di pengadilan.
Brad Smith, mantan ketua Komisi Pemilihan Umum Federal kepada “New York Times” mengatakan, bahwa pemberian hadiah Musk ada di “area abu-abu” tetapi “belum sampai menyentuh garis bawah”.
“Dia tidak membayar mereka untuk mendaftar sebagai pemilih. Dia membayar mereka untuk menandatangani petisi, dan dia hanya ingin orang-orang yang terdaftar untuk memilih menandatangani petisi. Jadi saya pikir dia melakukan pekerjaannya dengan baik di sini”, kata Brad Smith.
Siapa nantinya yang akan menduduki kursi sebagai orang yang paling berkuasa di Amerika Serikat, pada akhirnya akan ditentukan lewat pemilu 5 November mendatang. Kisah besar apa lagi yang akan terjadi selanjutnya? Mari kita ikuti secara saksama. (sin)