EtIndonesia. Pada Kamis (31/10), Vietnam mengajukan protes terhadap tindakan Tiongkok di Kepulauan Paracel, wilayah yang disengketakan di Laut China Selatan, serta menuntut Beijing segera membebaskan semua nelayan dan kapal Vietnam yang “ditahan secara ilegal”.
Menurut laporan VnExpress, Wakil Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Vietnam, Doan Khac Viet, menyatakan dalam konferensi pers bahwa pihak berwenang Tiongkok, termasuk penjaga pantai Tiongkok, melakukan penahanan ilegal terhadap nelayan dan kapal Vietnam di perairan Kepulauan Paracel, yang melanggar hak-hak sah nelayan Vietnam.
“Vietnam dengan tegas menolak tindakan Tiongkok, mendesak Tiongkok untuk sepenuhnya menghormati hak Vietnam atas Kepulauan Paracel, membebaskan semua nelayan dan kapal Vietnam yang ditahan secara ilegal, memberikan kompensasi atas kerugian, serta menghentikan dan tidak lagi melakukan gangguan dan penahanan ilegal terhadap kapal dan nelayan Vietnam di wilayah Paracel,” kata Doan Khac Viet.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Vietnam tidak mengungkapkan jumlah nelayan dan kapal yang ditahan oleh Tiongkok, maupun kapan insiden tersebut terjadi.
Kepulauan Paracel terletak di perairan Laut China Selatan yang kaya sumber daya, yang diklaim oleh beberapa negara, termasuk Tiongkok, Vietnam, Philipina, Taiwan, Malaysia, dan Brunei.
Menanggapi protes pemerintah Vietnam pada Kamis, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Lin Jian, pada Jumat, kembali menegaskan klaim Beijing atas Kepulauan Paracel. Lin juga mendesak pihak Vietnam untuk meningkatkan edukasi dan pengawasan terhadap nelayan mereka agar tidak melakukan aktivitas ilegal di wilayah perairan yang dikendalikan Tiongkok.
Tiongkok menggunakan “garis sembilan putus” untuk mengklaim hampir seluruh wilayah Laut China Selatan. Namun, sebagian wilayah tersebut tumpang tindih dengan zona ekonomi eksklusif (ZEE) negara lain, seperti Pilipina dan Vietnam, yang telah memicu sengketa. Pada 12 Juli 2016, Pengadilan Internasional di Den Haag memutuskan bahwa klaim Tiongkok atas Laut China Selatan melalui “garis sembilan putus” tidak memiliki dasar hukum. Tiongkok sendiri menyatakan tidak mengakui putusan tersebut.
Saat ini, ketegangan antara Tiongkok dan Philipina di Laut China Selatan semakin meningkat, sementara ketegangan dengan Vietnam juga semakin sering terjadi.
Pada 29 September, pasukan Tiongkok menggunakan tongkat besi untuk memukul nelayan Vietnam yang sedang menangkap ikan di perairan Kepulauan Paracel dan merampas ikan serta peralatan senilai ribuan dolar.
Menurut laporan dari Tien Phong, surat kabar milik negara Vietnam, sepuluh nelayan Vietnam diserang oleh sekitar 40 orang selama tiga jam. Rekaman video menunjukkan para nelayan Vietnam dievakuasi dari kapal menggunakan tandu. Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa satu orang mengalami patah tulang kaki, dan dua orang mengalami patah tulang lengan. Empat awak kapal lainnya dilarikan ke rumah sakit.
Pada 2 Oktober, Kementerian Luar Negeri Vietnam mengutuk serangan kekerasan oleh Tiongkok terhadap nelayan Vietnam, menyebutnya sebagai “tindakan kejam.”
Kementerian Luar Negeri Tiongkok pada waktu itu menyatakan bahwa kapal nelayan Vietnam melakukan penangkapan ikan secara “ilegal” di wilayah Kepulauan Paracel tanpa izin dari Beijing, dan otoritas terkait telah mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menghentikan aktivitas tersebut.(jhn/yn)