Hainan, Tiongkok Dilanda Banjir Parah; 100 Lebih Desa Terendam Akibat Bendungan Meluap

ETIndonesia. Dampak Topan Tramy menyebabkan beberapa wilayah di Provinsi Hainan, Tiongkok  mengalami hujan lebat terus-menerus sejak 26 Oktober 2024, yang berujung pada banjir besar di pulau bagian selatan Tiongkok tersebut. Lebih dari 100 desa terendam dan beberapa orang meninggal ketika otoritas setempat membuka bendungan untuk melepaskan kelebihan air hujan.

Hingga 30 Oktober 2024, sebagian besar wilayah di Hainan mencatat curah hujan melebihi 100 mm, dengan beberapa daerah seperti Kabupaten Otonom Li dan Miao Qiongzhong, Kabupaten Tunchang, dan Kota Qionghai mencatat curah hujan lebih dari 250 mm. Karena kenaikan cepat permukaan air di Sungai Wanquan, otoritas memutuskan untuk melepaskan air dari Bendungan Niuluoling dan Bendungan Hongling guna menurunkan permukaan air di hulu.

Pada 30 Oktober pukul 5:00 pagi, pelepasan air dari Bendungan Niuluoling dan Hongling dimulai, menyebabkan banjir di 123 desa di tujuh kota yang terletak di hilir Sungai Wanquan. Area yang paling parah terdampak adalah Kota Shibi dan Longjiang di Qionghai, di mana komunikasi terputus, jalan-jalan rusak, dan telekomunikasi terhenti sementara. Akibat pelepasan air ini, 42 saluran listrik di Qionghai terganggu, ini berdampak terhadap 25.700 rumah tangga; 22 jalan tidak dapat dilalui. Pihak kota mengambil langkah darurat dengan mengevakuasi 7.154 orang.

Qionghai adalah sebuah kota di pantai timur pulau Hainan, dengan sekitar 500.000 penduduk. Provinsi Hainan, yang berpenduduk sekitar 10 juta jiwa, adalah tujuan liburan yang populer karena iklim tropis dan pantainya.

Pemandangan banjir di Qionghai, provinsi pulau Hainan di selatan Tiongkok, setelah Topan Tramy pada akhir Oktober 2024. (Gambar: Vision Times Jepang via Gan Jing World)

Video yang diposting di media sosial menunjukkan pemandangan banjir parah di wilayah Qionghai, dengan banyak jalan dan kendaraan yang terendam. Beberapa warga melaporkan bahwa ketinggian air sudah melebihi dua meter  dan masih terus naik.

Seorang pengguna mengeluh, “Kali ini, Qionghai benar-benar parah; dengan dilepaskannya air bendungan, tidak ada tempat untuk berlindung.”

Pelepasan air ini menyebabkan kerusakan luas pada pertanian, perikanan, dan harta benda warga, dengan banyak yang menyesalkan kehilangan “jutaan yuan, semuanya terendam air.”

Di sebuah desa, warga terpaksa berlindung di atap karena naiknya permukaan air, menunggu penyelamatan. Beberapa daerah masih mengalami kekurangan air, listrik, dan makanan, dengan rekaman bencana menunjukkan seluruh desa terendam dan mobil-mobil yang tenggelam.

Selain itu, pada 30 Oktober pagi, tanah longsor yang dipicu oleh hujan deras menghantam Kabupaten Otonom Li dan Miao Qiongzhong, menyebabkan setidaknya tiga kematian dan empat luka-luka.

Beberapa warga dan pihak oposisi berpendapat bahwa seharusnya permukaan air di bendungan diturunkan sebelum kedatangan topan, mempertanyakan keputusan untuk melepaskan air.

Liu Yinquan, ketua Partai Sosial Demokrat Tiongkok, mengkritik pihak berwenang dengan mengatakan bahwa kurangnya persiapan pelepasan air sebelumnya menunjukkan ketidakpedulian terhadap nyawa dan harta benda masyarakat.

Sheng Xue, wakil ketua Federasi untuk Tiongkok Demokratis yang berbasis di Kanada, juga menyatakan bahwa kelalaian pemerintah membuat warga rentan dalam menghadapi bencana. (asr)

Sumber : Vision Times