EtIndonesia. Dalam pernyataan mengejutkan, Dewan Keamanan Nasional AS menyebutkan bahwa pemimpin Chechnya, Ramzan Kadyrov, berencana mengirimkan 84.000 tentara Chechnya ke Ukraina. Pasukan ini dikirim berdasarkan sumber daya Chechnya, bukan sebagai bagian dari mobilisasi umum.
Pada 2 November 2024, akun X milik Mikhail Khodorkovsky melaporkan bahwa di bawah kendali Kadyrov, pabrik baja di Mariupol telah dibongkar untuk mengambil asetnya, termasuk peralatan bernilai jutaan dolar yang dijual dan dikirim ke Rusia.
Khodorkovsky juga mengungkapkan bahwa pabrik baja Azov dan Ilyich kini dikendalikan oleh ajudan tepercaya Kadyrov, Gela Glemeyev. Aset-aset pabrik ini diduga digunakan perusahaan-perusahaan Rusia untuk produksi kendaraan militer.
Sejumlah pengguna media sosial mengomentari: “Setelah tentara bayaran Wagner dan Korea Utara, kini Rusia mulai mengerahkan ‘pasukan Chechnya’.”
Korea Utara Kirim Pasukan ke Rusia, Hadapi Kekalahan Besar dalam Pertempuran Pertama
Sebelumnya, AS memperkirakan sekitar 10.000 tentara Korea Utara telah dikirim ke Rusia, sementara sumber di Korea Selatan dan Ukraina memperkirakan angka tersebut mencapai 12.000 orang. Pasukan ini dilaporkan mengalami kekalahan besar dalam pertempuran pertama akibat kurangnya pengalaman dalam menghadapi perang modern. Beberapa video yang tersebar memperlihatkan pasukan Korea Utara yang tampak tidak siap menghadapi serangan drone. Salah satu video menunjukkan pasukan yang bersembunyi di parit lalu dihancurkan oleh serangan drone yang tiba-tiba.
Israel Tangkap Agen Hizbullah di Lebanon
Pada 2 November 2024, militer Israel mengonfirmasi bahwa pasukan komando angkatan laut berhasil menangkap seorang pejabat tinggi Hizbullah dalam operasi rahasia di Lebanon utara. Agen yang ditangkap ini diidentifikasi sebagai Amhaz, seorang pakar operasi angkatan laut Hizbullah, yang kini menjalani pemeriksaan intensif di Israel. Penangkapan ini merupakan yang pertama sejak konflik bersenjata antara Israel dan Hizbullah kembali memanas pada September lalu.
Media Lebanon melaporkan bahwa pasukan komando bersenjata Israel datang melalui jalur laut dan menyergap pondok tempat tinggal Amhaz di Batroun, selatan Tripoli. Amhaz kini ditahan oleh unit intelijen Israel, Divisi 504, yang khusus menangani intelijen manusia.
Ukraina Perketat Perekrutan Militer, Mobilisasi Baru Capai 160.000 Tentara
Sementara Rusia mendapat dukungan dari sekutunya, Ukraina terus meningkatkan kekuatan militernya untuk menghadapi serangan yang semakin intensif. Pada April lalu, Ukraina menurunkan usia wajib militer dari 27 menjadi 25 tahun, dan pada Oktober diturunkan lagi menjadi 18 tahun. Menurut laporan akun X “Yanti Berita Terkini”, Ukraina kini telah membuka kantor perekrutan baru di Polandia sebagai upaya merekrut lebih banyak tentara.
Pada 29 Oktober 2024, Ukraina mengumumkan akan mengerahkan 160.000 tentara tambahan. Beberapa video di media sosial menunjukkan tentara wanita Ukraina yang sedang menjalani latihan keras di lapangan militer, menandakan tekad Ukraina untuk memperkuat pertahanan negara. Langkah ini mencerminkan upaya Ukraina untuk melawan kekuatan militer Rusia yang terus mendominasi berbagai wilayah.
Gedung Putih Bersiap Hadapi Ancaman dari “Poros Kejahatan” Baru
Seiring dengan meningkatnya dukungan negara-negara sekutu terhadap Rusia, Gedung Putih terus memantau dan menyiapkan langkah untuk mencegah potensi ancaman dari “Poros Kejahatan” baru. Amerika Serikat khawatir bahwa kolaborasi militer antara Rusia, Korea Utara, dan sekutu lainnya, termasuk Chechnya, dapat memperburuk situasi keamanan global dan menciptakan instabilitas baru. Pemerintahan AS menilai bahwa aliansi semacam ini berpotensi membawa eskalasi konflik ke wilayah-wilayah yang lebih luas dan lebih sulit dikendalikan.
Kesimpulan: Eskalasi Konflik Global dan Kekhawatiran Keamanan
Berbagai laporan yang tersebar dari Chechnya, Korea Utara, hingga Timur Tengah memperlihatkan tren meningkatnya dukungan militer dan perekrutan tentara baru untuk memperkuat masing-masing pihak dalam konflik Rusia-Ukraina. Dukungan dari negara-negara seperti Chechnya dan Korea Utara kepada Rusia menambah kompleksitas konflik, sementara di sisi lain, AS dan sekutunya tetap waspada terhadap gerakan aliansi “Poros Kejahatan”.