Beijing Dilanda Kabut Asap dan Longsor, Tingkat Air Sungai Yangtze Turun Tajam Hingga Mencapai Rekor Terendah

Baru-baru ini, Beijing mengalami kabut asap tebal dengan polusi udara berat sehingga menyebabkan jarak pandang sangat rendah. Namun demikian, pemerintah Tiongkok berusaha menutupi kondisi ini dan tetap melaksanakan maraton yang diikuti oleh 30.000 orang, meski banyak kritikan dari masyarakat. Sementara itu, penurunan drastis tingkat air di bagian tengah dan bawah Sungai Yangtze memicu kepanikan masyarakat.

ETIndonesia. Beijing dari 30 Oktober 2024 sore hingga 3 November 2024 terus-menerus dilanda kabut asap, dengan jarak pandang di siang hari hanya sekitar 500 meter di beberapa wilayah. Bahkan, beberapa tempat hanya 200 meter. Pada malam hari, jarak pandang semakin rendah, membuat banyak warga merasa takut dan enggan keluar rumah.

Sebuah rekaman video menampilkan seorang warga yang berkata, “Mari kita lihat persimpangan ini. Ke empat arah di persimpangan ini hampir tidak terlihat. Bahkan lampu merah tampak tidak terlalu merah.”

Pada 2 November, kabut asap mencapai tingkat terparah, membuat beberapa jalan tol di Beijing ditutup sementara. Beberapa penerbangan di Bandara Ibu Kota dan Bandara Daxing pun mengalami penundaan atau pembatalan.

Namun demikian, media pemerintah Tiongkok hanya melaporkan kondisi ini sebagai “kabut tebal,” dan hanya situs web China Environmental News yang menyebutkan kabut asap.

Pengamat politik Tang Hao mengatakan, “Jika media pemerintah menyebutkan ‘kabut asap,’ itu sama saja dengan mengakui kegagalan pemerintah dalam mengatasi polusi udara dan kegagalan kebijakan lingkungan. Jadi, media pemerintah hanya berani menyebutnya kabut untuk menutupi kegagalan kebijakan Partai Komunis dalam mengelola negara.”

Rekaman lain menunjukkan seorang warga  berkomentar, “Ini jelas kabut asap, bukan sekadar kabut. Polusi berat.”

Untuk menutupi fakta kabut asap, pemerintah Tiongkok tetap melaksanakan maraton yang diikuti 30.000 orang di depan Lapangan Tiananmen pada  Minggu (3 November), yang mengundang kritik keras dari warga Beijing.

Di saat yang sama, tingkat air di bagian tengah dan bawah Sungai Yangtze yang biasanya melimpah bahkan di musim kering turun tajam. Hal ini berdampak besar terhadap transportasi dan kebutuhan air masyarakat, serta menimbulkan kepanikan di kalangan pengguna internet.

Di wilayah Honghu di sepanjang Sungai Yangtze, dasar sungai yang penuh pasir terlihat sudah sepenuhnya terungkap. Di bagian Danau Poyang, dua bulan lalu daerah sekitar landmark terkenal “Batu Luoxing” yang biasanya terendam air sekarang telah berubah menjadi padang rumput.

Seorang warganet berkomentar, “Di paruh pertama tahun ini kami menghadapi banjir, sekarang kami justru menghadapi kekeringan.”

Warganet lainnya menganggap penurunan drastis tingkat air Sungai Yangtze dan banjir besar di pesisir bulan lalu sebagai pertanda buruk, dengan komentar, “Di satu sisi terjadi pasang laut dan banjir, sementara di sisi lain air Sungai Yangtze turun drastis. Semuanya kacau.”

Ada juga yang berkomentar tegas, “Inilah dampak negatif dari pembangunan Bendungan Tiga Ngarai. Akan semakin kering di masa depan.” (Hui)

Sumber :  Yu Liang, reporter New Tang Dynasty Television