EtIndonesia. Elon Musk, orang terkaya sedunia dan pemilik platform X, baru-baru ini menyatakan dalam sebuah podcast bahwa jika Wakil Presiden Kamala Harris terpilih sebagai presiden, pemerintahannya kemungkinan besar akan menggunakan kekuatan Departemen Kehakiman untuk menutup platform X.
Menurut laporan New York Post, dalam acara The Joe Rogan Experience yang ditayangkan pada hari Senin (4/11), Musk dengan gamblang mengungkapkan kekhawatirannya: “Di bawah rezim boneka seperti Kamala Harris, platform X tidak mungkin terus bertahan.”
Sebagai pendiri Tesla, Musk mengungkapkan bahwa sejak akuisisi Twitter pada 2022, dia menghadapi berbagai tekanan, terutama dari organisasi non-pemerintah berhaluan kiri yang mendorong pemboikotan oleh para pengiklan.
Berbicara mengenai prospek ke depan, Musk mengatakan: “Meskipun beberapa boikot telah mulai mereda, namun jika Trump menang, saya yakin sebagian besar boikot akan berakhir.”
“Tetapi jika Kamala Harris terpilih situasinya akan berbalik. Intensitas boikot akan meningkat, dan mereka pada akhirnya akan mencari cara untuk menutup platform X,” tambahnya.
Ketika ditanya apakah pemerintahan Kamala Harris benar-benar memiliki cara untuk menutup platform tersebut, Musk yang sudah menyatakan dukungan untuk Trump dengan tegas menjawab: “Pasti bisa.”
“Mereka sepenuhnya bisa memanfaatkan Departemen Kehakiman untuk menghadapi kami,” katanya. “Mereka sering menggunakan alasan ‘ujaran kebencian’ dan ‘informasi palsu’ untuk menekan kami, namun ironisnya, mereka sendirilah yang justru menyebarkan informasi palsu. Namun, ini tidak menghalangi mereka untuk melakukan tuntutan besar dan memanfaatkan kekuatan Departemen Kehakiman.”
Dalam bagian lain wawancara, pemimpin SpaceX ini juga mengakui bahwa akuisisi platform media sosial ini dengan harga fantastis sebesar 44 miliar dolar memang merupakan keputusan yang “gila” dan harga yang dibayarkan “terlalu tinggi”. Namun, dia merasa bahwa keputusan itu perlu diambil untuk menghadapi ancaman sensor yang semakin parah.
Mengenang keputusannya untuk membeli platform ini, Musk mengatakan: “Saya ingat pernah berkata, ‘Ini tentang kelangsungan hidup Amerika, tentang nasib demokrasi.'”
Di akhir program, Musk menekankan pentingnya kebebasan berbicara. “Tanpa kebebasan berbicara, tidak ada demokrasi sejati. Tanpa kebebasan berbicara, pemilih tidak bisa membuat keputusan yang bijak. Jika orang hanya menerima propaganda dan tidak dapat berbicara dengan bebas, maka demokrasi hanyalah ilusi,” ujarnya.(jhn/yn)