EtIndonesia. Bill Emmott menganalisis bahwa terdapat dua faktor yang membuat Beijing yakin bahwa jika Trump kembali menduduki Gedung Putih, dia tidak akan bersikap lemah dalam isu terkait Tiongkok dan Taiwan serta tidak akan mengabaikan komitmennya terhadap Taiwan.
Bill Emmott, Ketua Dewan dari think tank Inggris “International Institute for Strategic Studies” (IISS) dan mantan pemimpin redaksi majalah The Economist, berbicara kepada Voice of America, menganalisis strategi militer Tiongkok terhadap Taiwan, dan menegaskan bahwa jika Trump terpilih kembali, dia tidak akan menunjukkan kelemahan terhadap Beijing.
Emmott menganalisis strategi dua sisi Tiongkok terhadap Taiwan. Di satu sisi, Tiongkok memperluas kekuatan militernya sehingga Amerika Serikat melihat biaya keterlibatan militer yang sangat tinggi; di sisi lain, Tiongkok berupaya meyakinkan Amerika Serikat bahwa Taiwan tidak begitu penting dan tidak perlu diintervensi. Emmott menyebutkan bahwa strategi “dua sisi” ini sebenarnya kontradiktif.
Menurut Emmott, di bawah kepemimpinan Biden, Pemerintah Amerika Serikat telah mencapai kemajuan dalam memperkuat aliansi. Jika Kamala Harris terpilih sebagai Presiden AS, dia akan membawa banyak anggota dari tim Biden dan Obama.
Mengenai Trump, Emmott mengatakan bahwa Tiongkok tidak terlalu memperhatikan apa yang dikatakan Trump secara verbal, tetapi lebih memperhatikan tindakan yang akan diambilnya. Meskipun Washington Post pernah melaporkan bahwa Trump mengatakan, jika Tiongkok menyerang Taiwan, dia akan membom Beijing, dan Trump juga pernah mempertanyakan kemampuan Amerika untuk mempertahankan Taiwan dalam Bloomberg Businessweek, mengatakan: “Taiwan berada di 9500 mil jauhnya, sedangkan jaraknya hanya 68 mil dari Tiongkok.”
Emmott menganalisis bahwa ada dua faktor yang membuat Beijing percaya bahwa jika Trump kembali ke Gedung Putih, dia tidak akan menunjukkan kelemahan dalam isu terkait Tiongkok dan Taiwan serta tidak akan mengabaikan komitmennya terhadap Taiwan.
Dia mengatakan: “Seluruh Partai Republik, termasuk orang-orang di sekitar Trump, memiliki sikap yang sangat keras terhadap Tiongkok.”
Dia menambahkan: “Trump bukan tipe orang yang ingin terlihat lemah.” Dia percaya bahwa Tiongkok juga memahami kedua hal ini.
Selain itu, Emmott menyoroti kelemahan besar Trump dalam strateginya, yaitu kebiasaannya untuk mengatakan akan mengenakan tarif hingga 10% atau bahkan 20% kepada negara-negara sekutu. Emmott percaya bahwa hal ini adalah sesuatu yang disukai oleh Tiongkok karena akan melemahkan aliansi strategis dan militer Amerika Serikat.
Dalam menganalisis kekuatan Tiongkok, Emmott berpendapat bahwa pengaruh Tiongkok di dunia internasional sangat berbeda dengan aliansi strategis dan militer yang sebenarnya. Menurutnya: “Dalam arti tertentu, selain Rusia dan Korea Utara, Tiongkok tidak memiliki sekutu. Yang dimiliki Tiongkok hanyalah hubungan diplomatik dan hubungan ekonomi.” (jhn/yn)