EtIndonesia. Pada Selasa (5/11), Rusia berhasil meluncurkan sebuah roket yang membawa dua satelit Iran ke orbit. Peluncuran ini mencerminkan hubungan kerja sama yang semakin meningkat antara Rusia dan Iran.
Badan Antariksa Federal Rusia mengumumkan bahwa roket Soyuz berhasil lepas landas sesuai rencana dari landasan peluncuran di Vostochny, Rusia, dan berhasil mengirimkan muatan ke orbit yang ditetapkan sembilan menit setelah peluncuran. Roket tersebut membawa dua satelit observasi ionosfer buatan Rusia serta sejumlah satelit kecil lainnya, termasuk dua satelit Iran.
Dua satelit ini adalah satelit penginderaan resolusi tinggi bernama Kowsar dan satelit komunikasi kecil bernama Hodhod, yang diluncurkan atas nama sektor swasta Iran untuk pertama kalinya.
Pada tahun 2022, sebuah roket Rusia meluncurkan satelit observasi Bumi Iran, Khayyam, yang dipesan oleh Iran dan diproduksi di Rusia. Kemudian pada Februari tahun ini, Rusia kembali meluncurkan satelit Iran lainny, Pars-1 ke orbit.
Peluncuran ini terjadi di saat Rusia dan Iran memperkuat hubungan di berbagai bidang. Ukraina dan Barat menuduh Iran memasok ratusan drone eksplosif untuk digunakan di medan perang Ukraina, serta membantu produksi drone tersebut di Rusia. Moskow dan Teheran membantah tuduhan ini. Drone-drone Iran tersebut memungkinkan Rusia untuk terus menyerang infrastruktur Ukraina.
Rusia dan Iran berencana memperkuat hubungan melalui “kemitraan strategis komprehensif,” yang akan ditandatangani saat Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, mengunjungi Rusia. Tanggal kunjungan ini belum ditentukan, namun Kremlin menyatakan bahwa kunjungan tersebut mungkin akan segera terjadi.
Program antariksa sipil Iran dalam beberapa tahun terakhir mengalami sejumlah kegagalan peluncuran. Roket pembawa satelit proyek Simorgh telah gagal dalam lima peluncuran berturut-turut.
Pada Februari 2019, sebuah kebakaran terjadi di Bandar Antariksa Imam Khomeini, yang menyebabkan tiga peneliti tewas. Di akhir tahun yang sama, roket di landasan peluncuran meledak.
Sementara itu, program antariksa independen yang dioperasikan oleh Korps Pengawal Revolusi Iran berhasil melakukan peluncuran roket. Namun, gambar satelit yang dianalisis oleh Associated Press menunjukkan bahwa pangkalan militer yang melakukan peluncuran tersebut mungkin telah terkena serangan bom dalam serangan balasan Israel terhadap Iran pada 26 Oktober lalu.
Laporan penilaian ancaman global intelijen AS tahun ini menyebutkan bahwa pengembangan kendaraan peluncur satelit oleh Iran “akan mempercepat” jadwal pengembangan rudal balistik antarbenua, karena kedua teknologi ini menggunakan teknologi serupa.
Rudal balistik antarbenua dapat digunakan untuk meluncurkan senjata nuklir. Setelah perjanjian nuklir dengan negara-negara besar dunia gagal, Iran saat ini sedang memproduksi uranium yang mendekati tingkat senjata nuklir. Kepala Badan Energi Atom Internasional memperingatkan bahwa uranium yang diperkaya milik Iran cukup untuk memproduksi “beberapa” senjata nuklir.
Iran terus membantah sedang mengembangkan senjata nuklir dan menyatakan bahwa program antariksa dan nuklirnya murni untuk tujuan sipil. Namun, badan intelijen AS dan Badan Energi Atom Internasional menyatakan bahwa Iran memiliki program nuklir militer terorganisir sebelum tahun 2003.(jhn/yn)