EtIndonesia. Seorang prajurit Rusia yang ditawan oleh pasukan Ukraina mengklaim bahwa ketika pasukannya dan pasukan Korea Utara yang datang untuk mendukung berada di medan perang di negara bagian Kursk, Rusia dan bertempur dengan pasukan Ukraina, tiba-tiba terjadi insiden di mana pasukan Korea Utara menembak ke arah pasukannya, dan banyak yang terkena tembakan. Dia berpikir bahwa lebih baik menyerah kepada musuh daripada dibunuh oleh “teman sendiri”.
Menurut laporan dari “Daily Express” Inggris, sebuah video yang diposting oleh agensi intelijen militer Ukraina di media sosial menunjukkan seorang prajurit Rusia menjelaskan kronologi pasukan Korea Utara menembak ke arah pasukannya.
Prajurit Rusia itu mengatakan, mereka membawa 10 orang Korea Utara dan mengirim kami ke hutan untuk menggali parit. Mereka memberikan semua pakaian tebal dan makanan kepada orang-orang Korea tersebut. Namun, selama serangan, orang-orang Korea tersebut tiba-tiba menembak kami.
Dia menuturkan, kami mencoba menjelaskan ke mana harus membidik, tetapi saya pikir mereka telah membunuh dua orang kami sendiri. Saya merasa dalam situasi seperti ini, menyerah jauh lebih baik daripada dibunuh oleh peluru kami sendiri. Namun, media tidak dapat memverifikasi keaslian video ini secara independen.
Pada tanggal 4 November, Andrii Kovalenko, kepala departemen anti-informasi palsu Dewan Keamanan Nasional dan Pertahanan Ukraina, mengungkapkan di media sosial Telegram bahwa kontingen pertama pasukan Korea Utara telah diserang oleh artileri Ukraina di wilayah Kursk.
Pada tanggal 5 November, Menteri Pertahanan Ukraina, Rustem Umerov, saat diwawancarai oleh perusahaan penyiaran Korea selatan, KBS mengonfirmasi berita tersebut.
Umerov menyatakan bahwa pasukan Ukraina telah terlibat dalam pertempuran skala kecil dengan pasukan campuran dari prajurit Korea Utara dan Rusia. Ini berarti Korea Utara secara resmi telah bergabung dalam perang.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy juga mengonfirmasi hal ini dalam pidatonya pada tanggal 5 November, menyatakan bahwa pasukan Ukraina telah bertempur dengan pasukan Korea Utara yang dikirim ke Rusia dan meminta komunitas internasional untuk mendukung Ukraina.
Analis geopolitik dan veteran militer Ukraina, Kovalenko, kepada Newsweek mengatakan bahwa sebenarnya Presiden Rusia Vladimir Putin mencari bantuan dari pasukan Korea Utara bukan sebagai alat untuk memenangkan perang, tetapi sebagai alat untuk menangani masalah kebijakan mendesak dan untuk tujuan propaganda. Rekaman suara prajurit Rusia yang mengkritik prajurit Korea Utara telah bocor.
Baru-baru ini, Biro Intelijen Pertahanan Ukraina (Defense Intelligence of Ukraine) telah merilis konten komunikasi yang mereka tangkap.
Pada tanggal 25 Oktober, menurut laporan dari CNN, seorang prajurit Rusia berbicara dengan merendahkan tentang prajurit Korea Utara ini yang mereka sebut sebagai “Batalyon K” (K Battalion), bahkan kadang-kadang menyebut mereka sebagai “the f**king Chinese”.
Dalam potongan konten yang sama, seorang prajurit Rusia mendeskripsikan seorang prajurit lain yang diperintahkan untuk “menyambut” berkata: “Dia hanya berdiri di sana, dengan mata melotot seakan bergumam… sial.”
Ketika tiba di sana, prajurit Rusia tersebut juga mengatakan…: “sial, bagaimana sebaiknya menangani orang-orang ini.”
Menurut Biro Intelijen Pertahanan Ukraina, rekaman audio ini disadap pada malam tanggal 23 Oktober dari saluran komunikasi terenkripsi Rusia. Analisis Ukraina atas konten yang disadap menyebutkan bahwa, sesuai dengan rencana, pasukan Korea Utara tiba di Desa Postoyalye Dvory di negara bagian Kursk Rusia (Kursk Oblast) pada tanggal 24 Oktober. Rekaman yang disadap juga mengungkapkan bahwa setiap 30 tentara Korea Utara disertai satu penerjemah dan tiga perwira, namun tentara Rusia mengeluh tentang pengaturan ini dan meragukan di mana mereka bisa menemukan orang-orang tersebut. Dalam rekaman lain yang disadap, seorang tentara Rusia mengatakan: “Sial, saya katakan padamu, besok akan datang 77 komandan batalyon, serta beberapa komandan dan wakil komandan.”
Rumor Pasukan Korea Utara yang dikirim untuk membantu Rusia hampir mengalami Kehancuran Total
Menurut laporan “Central Daily News”, pada tanggal 28 Oktober, Jonas Ohman, wakil dari organisasi non-pemerintah Lithuania “Blue/Yellow”, dalam wawancara dengan media lokal LRT, mengungkapkan berdasarkan sumber terpercaya bahwa kontingen pertama tentara Korea Utara yang dikirim untuk mendukung Rusia hampir sepenuhnya telah tewas dalam pertempuran, hanya satu tentara yang selamat.
Sejak tahun 2014, “Blue/Yellow” telah mendukung tentara Ukraina dan mempertahankan hubungan erat dengan para pembuat keputusan tingkat atas Ukraina dan sumber dari garis depan. Ohman mengatakan, pada tanggal 25 Oktober, di wilayah barat Rusia, Kursk, pasukan Ukraina dan pasukan Korea Utara terlibat dalam pertempuran pertama mereka, di mana hampir semua tentara Korea Utara tewas, hanya satu yang selamat. Konon, satu-satunya tentara Korut yang selamat ini membawa dokumen identitas yang membuktikan bahwa dia adalah “orang Buryat”, salah satu suku asli di Siberia.
Orang Buryat adalah penduduk asli Mongol yang tinggal di Republik Otonomi Buryat di Federasi Rusia. Sebelumnya telah ada laporan bahwa Rusia mungkin mengeluarkan identitas dari daerah tersebut kepada tentara Korea Utara, memungkinkan mereka menyamar sebagai warga negara Rusia dalam pertempuran.
Selain itu, Ohman mengatakan bahwa jumlah tentara Korea Utara yang mendukung Rusia bisa meningkat menjadi 88.000 orang, dan Korea Utara memiliki empat basis militer di Rusia, yang mengirim tentara ke zona perang melalui transportasi laut dan udara seperti kapal dan pesawat.
Dia menyatakan bahwa dia masih berusaha mendapatkan waktu untuk menunda mobilisasi total Rusia, atau menunggu hasil pemilihan presiden AS untuk kemudian melakukan negosiasi perjanjian damai.
Pada tanggal 3 November, “the Korea Herald” melaporkan bahwa Wi Sung-Lac, seorang anggota parlemen Korea yang pernah menjadi duta besar Korea untuk Rusia, mengutip laporan dari Badan Intelijen Nasional Korea, mengatakan bahwa Korea Utara mengirim pasukan untuk membantu Rusia sebagai imbalan atas dana, makanan, dan teknologi antariksa yang disediakan oleh Rusia.
Dia mengatakan, setiap tentara Korea Utara bisa mendapatkan gaji bulanan sebesar 2.000 dolar AS. Jika Rusia menempatkan 10.000 tentara Korea Utara, maka biaya tahunannya kira-kira 240 juta dolar AS.
Sergiy Kyslytsya, perwakilan tetap Ukraina untuk PBB, pernah mengatakan bahwa Rusia berencana membentuk setidaknya lima unit yang terdiri dari tentara Korea Utara dan minoritas etnik dari wilayah Timur Jauh, untuk menyembunyikan keberadaan mereka. Setiap unit terdiri dari 2.000 hingga lebih dari 3.000 orang. (jhn/yn)