Meme, Pop Culture, dan Ekonomi: Bagaimana Pemilih Muda Membantu Kemenangan Trump

Trump meraih lonjakan secara signifikan dengan dukungan dari Gen Z, kelompok ini memiliki banyak perbedaan dengan generasi Milenial

Analisis Berita

Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump memiliki banyak kalangan yang mana perlu ia berikan ucapan terima kasih atas kemenangannya, tetapi salah satu paling penting adalah para pemilih muda yang beralih dalam jumlah besar ke Partai Republik sejak pemilu terakhir pada 2020.

Empat tahun  lalu, Gen Z—usia 18–29 tahun—memilih Presiden Joe Biden dengan selisih 25 poin, tetapi kali ini, mereka memilih Wakil Presiden Kamala Harris dengan selisih hanya enam poin, menurut jajak pendapat  AP VoteCast. Sebagian kecil pria Gen Z, 49–47, memilih Trump, menurut jajak pendapat  Edison Research.

Ada beberapa faktor kemungkinan besar menyebabkan perubahan ini. Beberapa faktor bisa diukur, sementara lainnya masih sulit diukur.

Elon Musk

Elon Musk, CEO SpaceX dan X, berbicara dalam sebuah rapat umum kampanye untuk calon presiden dari Partai Republik, Donald Trump, di Madison Square Garden, New York City, Amerika Serikat, pada 27 Oktober 2024. Samira Bouaou / The Epoch Times

Meskipun miliarder Elon Musk sempat kehilangan sebagian popularitasnya dengan mendukung Trump, akan tetapi tetap populer di kalangan Gen Z dengan net favorability 25 poin dalam survei YouGov pada Oktober dibandingkan dengan net favorability 5 poin secara keseluruhan.

Namun, kemungkinan yang membuat dirinya disukai dari kalangan pemilih muda bukanlah prestasi teknologinya seperti Tesla dan SpaceX, tetapi lebih kepada persona onlinenya. 

Musk sering menyampaikan pandangannya melalui meme dan referensi budaya pop yang populer di kalangan Gen Z. Dia juga sangat menghargai otentisitas—sifat yang menarik bagi kalangan Gen Z.

Tahun lalu, saat diwawancarai oleh CNBC, Musk ditanya mengapa ia tetap berbagi pendapat secara daring meskipun mengetahui banyak orang tidak menyukainya, bahkan berdampak negatif pada perusahaannya. Musk berhenti selama 12 detik dan kemudian menjawab:
“Kamu tahu, saya teringat adegan dalam film The Princess Bride—film yang luar biasa—di mana dia menghadapi orang yang membunuh ayahnya dan berkata, ‘Tawarkan saya uang, tawarkan saya kekuasaan. Saya tidak peduli.’ … Saya akan mengatakan apa yang ingin saya katakan, dan jika konsekuensinya adalah kehilangan uang, biarlah begitu.”

Meskipun film tahun 1987 itu dirilis jauh sebelum Gen Z lahir, itu adalah sumber dari sejumlah meme populer yang familiar bagi Gen Z.

Musk juga memiliki reputasi baik di komunitas gamer. Sehari sebelum pemilu, dia mengungkapkan dalam wawancaranya dengan podcaster Joe Rogan bahwa dirinya termasuk salah satu pemain Diablo 4 dengan peringkat tertinggi, meskipun peringkatnya tidak resmi.

Meme

Trump tampaknya memiliki kemampuan luar biasa  menciptakan konten yang mudah dijadikan sebagai meme. Mulai dari slogan “you’re fired” di acara realitas The Apprentice, hingga sindiran “kamu akan masuk penjara” dalam debat presiden 2016 dengan mantan Menteri Luar Negeri Hillary Clinton, hingga tariannya di lagu YMCA yang mana sering diulanginya di panggung selama kampanye, ia sudah menjadi bagian dari budaya meme.

Dalam debatnya dengan Harris, Trump mengatakan bahwa imigran Haiti memakan anjing dan kucing, klaim yang didasarkan pada sejumlah anekdot yang tidak dikonfirmasi. Orang-orang mengubah komentarnya menjadi lagu dan meme serta langsung viral. Meskipun niat awalnya untuk mengejek Trump, para pendukungnya menerima meme tersebut dan kemudian menjadi sorotan dari seluruh debat.

Setelah kemenangan pemilihannya, beberapa orang menyampaikan di media sosial bahwa meskipun mereka mungkin tidak setuju dengan Trump, mereka senang dengan meme yang mungkin akan muncul selama masa jabatannya.

Podcast

Selama bulan-bulan terakhir kampanyenya, Trump bertandang lebih dari selusin wawancara podcast, termasuk percakapan panjang dengan Lex Fridman dan Rogan. Dia juga tampil di acara Bussin’ With The Boys dan Theo Von.

Podcast adalah sumber informasi populer bagi Gen Z. Mereka menyediakan suasana yang kurang terstruktur serta sesuai dengan preferensi Gen Z terhadap otentisitas. 

Harris juga hadir pada beberapa wawancara serupa, tampil di acara Call Her Daddy dengan Alex Cooper, serta podcast All the Smoke dan beberapa acara radio. Namun, penampilannya lebih singkat dan sporadis.

Kebutuhan akan Otentisitas

Tangkapan layar menunjukkan peta game Wakil Presiden Kamala Harris untuk Fortnite di situs web kampanyenya di tahun 2024. Situs web kampanye Harris, tangkapan layar melalui The Epoch Times

Harris menekankan kampanyenya pada “kegembiraan”—sesuatu yang tidak sesuai dengan Gen Z yang mana sering dianggap sebagai generasi paling sinis.

Wawancara dan penampilannya di media sering kali menampilkan pidato terstruktur dan jawaban  disiapkan untuk pertanyaan yang telah disetujui sebelumnya. Meskipun penyampaiannya  meningkat sejak kampanye presiden terakhirnya pada 2020, ia masih kesulitan terlihat otentik dan nyaman dengan dirinya sendiri.

Beberapa hari sebelum pemilu, kampanye Harris bahkan merilis peta Game khususnya untuk game online Fortnite. Upaya memasukkan kandidat ke dalam subkultur gaming anak muda bisa dengan mudah terlihat seperti dipaksakan. Bahkan, tidak pada tempatnya.

Fokus kampanye Harris pada konser dan dukungan para pesohor juga kurang berpengaruh bagi Gen Z. Pasalnya, mereka cenderung lebih mempercayai influencer daring daripada kalangan pesohor.

Ketidakpercayaan dan Pemberontakan

Gen Z tumbuh di tengah proliferasi budaya woke. Terutama bagi pria muda, ini berarti diberitahukan bahwa mereka adalah penerima patriarki dan penindas de facto.

Sementara itu, beberapa penelitian menunjukkan bahwa Gen Z terkena dampak pandemi COVID-19 dan secara khusus melemahkan kepercayaan mereka kepada pemerintah, otoritas, dan lembaga secara umum.

Posisi anti-kemapanan Trump tampaknya lebih selaras dengan ketidakpercayaan tersebut dan mendorong pemberontakan terhadap ortodoksi woke.

Calon Wakil Presiden Amerika Serikat dari Partai Demokrat, Kamala Harris, berbicara di Wings Event Center di Kalamazoo, Michigan, pada 26 Oktober 2024. Madalina Vasiliu / The Epoch Times

Ekonomi

Meskipun anak muda cenderung kurang peduli terhadap ekonomi dibandingkan dengan para orang tua, mereka tetap menganggapnya sebagai masalah penting bagi pilihan mereka, lebih dari masalah kesehatan atau aborsi, menurut jajak pendapat Gallup pada Oktober lalu.

Gen Z, khususnya, cenderung lebih berhati-hati dalam mengeluarkan uang, ini mungkin membuat mereka lebih rentan terhadap kekhawatiran ekonomi. Inflasi adalah salah satu kekhawatiran ekonomi utama dalam beberapa tahun terakhir, inilah yang paling memukul pekerja berpenghasilan rendah, dan anak muda cenderung berpenghasilan rendah. (asr)

Sumber : The Epoch Times