Ratusan Ribu Mahasiswa di Zhengzhou, Tiongkok  Gowes ke Kaifeng, Dihentikan Secara Darurat—Apa yang Ditakuti oleh Partai Komunis Tiongkok?

Ratusan ribu mahasiswa di Zhengzhou, Tiongkok pada 8 November malam  mengikuti kegiatan bersepeda malam yang semakin membesar. Kegiatan ini jelas mengganggu saraf sensitif “penjagaan stabilitas” Partai Komunis Tiongkok, sehingga aktivitas tersebut dihentikan secara darurat. Beberapa universitas di daerah tersebut menutup kampus.  Bahkan ada yang mengeluarkan pemberitahuan yang menuduh kegiatan bersepeda sebagai “gerakan politik.”

ETIndonesia. Baru-baru ini, mahasiswa di Zhengzhou, Tiongkok bergabung dalam tren kegiatan bersepeda malam ke Kaifeng. Mereka mengendarai sepeda bersama selama sekitar 5 jam, menuju Kaifeng yang berjarak 50 kilometer. Mereka bermain seharian dan kembali ke Zhengzhou dengan kereta api keesokan harinya. Slogan “Pemuda tidak memiliki harga, bersepeda malam di saat ini” menjadi viral di internet daratan Tiongkok. 

Pada  8 November malam, kegiatan bersepeda mencapai puncaknya. Ribuan peserta membentuk barisan yang panjang dan membesar.

Seorang warga Zhengzhou, Chen, mengatakan, “Ini menunjukkan bahwa waktu yang lama tertekan membuat mahasiswa, kebanyakan dari mereka adalah generasi  Z (lahir setelah 2000), mengorganisir kegiatan bersepeda secara spontan. Mereka tidak memiliki kegiatan lain dan sudah kehabisan uang, jadi ini adalah ‘perjalanan murah’, mengendarai sepeda bersama ke Kaifeng untuk melepaskan emosi.”

Meskipun banyak kelompok bersepeda yang mengibarkan bendera “patriotisme” tanpa menyatakan ketidakpuasan, ini justru tetap menimbulkan kepanikan di kalangan pihak berwenang, yang mana segera memerintahkan penghentian secara total kegiatan ini.

Dalam sebuah video, pihak berwenang mengumumkan, “Kaifeng sudah tidak mampu menerima lebih banyak orang, harap semua orang kembali dengan aman dan tertib.”

Informasi yang beredar menunjukkan bahwa banyak universitas di Henan  mengeluarkan pemberitahuan kepada mahasiswa untuk segera kembali ke kampus dan bahkan menutup kampus, melarang mahasiswa keluar. 

Salah satu universitas mengeluarkan pemberitahuan yang mengklaim bahwa jumlah peserta yang bersepeda ke Kaifeng telah melebihi 200.000, dengan banyak orang dari luar yang ikut serta, termasuk “individu dengan niat buruk dan orang-orang musuh dari luar negeri.”

Beberapa universitas bahkan memperingatkan mahasiswa melalui grup WeChat: “Kantor sudah menghubungi,  kegiatan ini telah berkembang menjadi gerakan politik. Jika Anda terlibat, Anda akan dihukum seumur hidup.”

Seorang warga Zhengzhou, Li, berkata, “Partai Komunis pada dasarnya takut terhadap kerumunan orang, takut orang berkumpul. Kegiatan ini (bersepeda oleh mahasiswa) tanpa tujuan yang jelas telah membentuk semacam gerakan, mirip dengan gerakan kertas putih. Itulah yang mereka takutkan, karena mereka takut dengan orang banyak, berkumpul, dan situasi yang tak terkendali.”

Kegiatan bersepeda malam ke Kaifeng bermula pada Juni lalu, ketika empat mahasiswi bersepeda dari Zhengzhou ke Kaifeng untuk mencoba dim sum terkenal di sana. Mereka  membagikan perjalanan mereka di internet. Kemudian langsung menjadi viral di sosial media daratan Tiongkok. 

Pada awal November, popularitas kegiatan “Gowes malam ke Kaifeng” semakin meningkat di kalangan mahasiswa Zhengzhou. Pihak berwenang bahkan mendukungnya sebagai keuntungan komersial, dengan Pemerintah Kota Kaifeng mengumumkan beberapa kebijakan promosi, termasuk pembukaan gratis banyak tempat wisata di malam hari untuk mahasiswa.

Chen menambahkan, “Banyak sukarelawan membantu mereka, memberikan bantuan kepada para mahasiswa. Banyak orang dari berbagai tempat juga ikut bersepeda, ini menjadi semakin besar. Ada banyak veteran militer dan orang tua yang ikut serta untuk bersenang-senang.”

Video yang beredar di internet menunjukkan bahwa kegiatan bersepeda malam ke Kaifeng ini telah ditiru oleh mahasiswa dari berbagai daerah di seluruh negeri, dengan mahasiswa dari sekitar Beijing juga mulai mengorganisir kegiatan bersepeda menuju Tiananmen.

Warga Zhengzhou menjelaskan, “Ini adalah semacam gerakan, sebenarnya gerakan mahasiswa. Ini adalah aktivitas fisik, tetapi juga secara sengaja atau tidak sengaja merupakan bentuk aksi protes, atau sebuah demonstrasi. Protes apa? Protes terhadap era yang menyesakkan, terhadap masyarakat yang menekan.”

Li juga menyatakan bahwa di bawah pemerintahan Partai Komunis, sekolah-sekolah di daratan Tiongkok  seperti penjara, membatasi tubuh dan pikiran seseorang, sehingga mahasiswa merasa tertekan dan putus asa. Bagi mereka, keluar dari situasi ini adalah bentuk pelepasan, dan merupakan aktivitas sosial yang positif.

Li menambahkan, “Pendidikan dari Partai Komunis ingin membuat setiap orang menjadi atomisasi, bekerja dalam isolasi tanpa komunikasi atau diskusi lebih lanjut, sementara praktik sosial justru mengharuskan individu untuk melakukannya sendiri. Semua ini terjadi karena mereka takut generasi muda menghasilkan gerakan apa pun, termasuk insiden Gerakan Kertas Putih.”

Pada akhir 2022, daratan Tiongkok diterjang  “Gerakan Kertas Putih,” di mana orang-orang secara spontan turun ke jalan dengan membawa kertas putih, untuk mengenang korban kebakaran di Urumqi, Xinjiang, dan memprotes kebijakan “nol COVID” yang ketat dari Partai Komunis. Pengunjuk rasa bahkan menyerukan  menjatuhkan Partai Komunis, yang mana pada akhirnya membuat pemerintah terpaksa mencabut kebijakan pembatasan yang diberlakukan secara ketat.

Kini, semakin membesarnya skala kegiatan bersepeda malam ke Kaifeng, Partai Komunis semakin ketakutan. Bahkan,  pihak berwenang hampir dalam semalam mengubah kebijakan mereka dan melarang kegiatan ini. (hui)

Sumber : NTDTV.com