Seberapa Penting Protein bagi Lansia? Setelah Usia 55 Tahun, Konsumsi 3 Jenis Makanan Berprotein Tinggi Ini untuk Hidup Sehat

EtIndonesia. Suatu hari seorang dokter sedang melakukan inspeksi di bangsal, seorang anggota keluarga pasien dengan wajah cemas mendekati saya dan menarik saya ke samping. Ia tampak gelisah dan cemas.

Keluarga pasien itu sambil tersenyum pahit, berkata:
“Dokter, ibu saya sekarang tidak mau makan apa pun yang bernutrisi. Kami sudah mencoba membujuknya, tapi sama sekali tidak berhasil. Kondisinya sudah tidak baik sejak awal, dan kini semakin memburuk. Sistem pencernaannya juga ikut terganggu. Saya benar-benar bingung harus bagaimana. Dia tidak mau makan, tidak suka bergerak, sekarang bahkan tidak bisa bangun dari tempat tidur. Untuk sekadar berbalik badan saja harus dibantu orang lain. Tubuhnya kurus kering, dan saking kurusnya bisa roboh jika terkena angin. Kondisinya membuat saya stres berat, saya tidak tahu lagi bagaimana memberinya nutrisi.”

Seberapa penting protein bagi lansia? Setelah usia 55 tahun, konsumsi 3 jenis makanan berprotein tinggi berikut ini untuk hidup sehat.


Mendengar keluhan itu dengan hati terenyuh, dokter itu lalu segera menenangkannya:
“Jangan khawatir. Dalam situasi seperti ini, kita perlu bertindak secara perlahan. Pertama-tama, penting untuk membuat beliau sadar bahwa pola makan yang seimbang dan aktivitas fisik yang cukup sangat membantu pemulihan tubuhnya. Kita harus mencari cara agar beliau mengubah gaya hidupnya sekarang.”

Saat itu, anggota keluarga lain yang mendengar percakapan itu turut bergabung:
“Dokter, tolong bantu kami juga! Ibu mertua saya tidak mau makan apa pun. Saya dan suami sudah mencoba berbagai cara untuk membuat makanan yang bervariasi, tetapi dia tetap mengatakan tidak ingin makan atau merasa tidak nafsu makan. Kondisinya semakin memburuk, dan kami tidak berdaya!”

Keluarga lain pun ikut menambahkan:
“Ayah saya juga begitu! Dia sangat pilih-pilih makanan, tidak mau makan daging, telur, susu, atau tahu. Ditambah lagi dia punya diabetes, sehingga asupan karbohidrat harus dibatasi. Dia makan sangat sedikit setiap hari, sekarang bahkan tidak bisa berjalan dengan stabil. Saya benar-benar tidak tahu harus bagaimana!”

Dari keluhan para keluarga ini, sang dokter pun menyadari banyak lansia yang belum memahami betapa pentingnya protein.

Dalam artikel edisi hidup sehat ini, sang dokter menjelaskan dampak kekurangan protein serta bagaimana cara lansia dapat mencukupi kebutuhan protein.

1. Seberapa Penting Protein ?

Wang Yuedan, Wakil Kepala Departemen Imunologi di Fakultas Kedokteran Universitas Peking, pernah menyebutkan bahwa protein adalah “bahan bangunan” bagi sistem imun tubuh.

Sel imun dalam tubuh, antibodi untuk melawan virus dan bakteri, sitokin, enzim lisozim, serta protein C-reaktif semuanya terbuat dari protein.

Lalu, apa yang terjadi jika tubuh kekurangan protein dalam jangka panjang?

Yang paling jelas terlihat adalah penurunan daya tahan tubuh. Lansia menjadi lebih mudah sakit dan proses pemulihan mereka melambat, sehingga kondisi tubuh secara keseluruhan menjadi lebih rapuh.

Selain itu, mereka sering merasa lelah, fungsi otot melemah, sulit berjalan, dan lebih rentan jatuh. Risiko ini bisa menjadi serius bagi lansia, karena setelah usia 65 tahun, jatuh bisa menjadi “jatuh terakhir”, yang berisiko menyebabkan komplikasi serius.

Oleh karena itu, untuk hidup lebih sehat dan panjang umur, lansia perlu memastikan asupan protein yang cukup. Jika ada penurunan berat badan, kelemahan otot, kuku rapuh, atau rambut rontok yang semakin banyak, perlu diwaspadai apakah tubuh sedang kekurangan protein.

2. Jangan melebihi jumlah protein ini, jika tidak, diabetes akan menghampiri Anda

Menurut Pedoman Asupan Nutrisi Penduduk Tiongkok, orang dewasa disarankan mengonsumsi 0,8 gram protein per kilogram berat badan setiap hari.

Rekomendasi ini juga didukung oleh organisasi internasional seperti Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Universitas Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan Otoritas Keamanan Pangan Eropa.

Misalnya, seseorang dengan berat badan 70 kg membutuhkan sekitar 58 gram protein setiap harinya.

3. Makanan Berprotein Tinggi untuk Lansia

Untuk memastikan kebutuhan protein terpenuhi, bujuklah lansia untuk mengonsumsi beberapa jenis makanan berikut:

1. Telur

Bagi mereka yang tidak suka daging atau vegetarian, telur adalah pilihan yang baik. Satu telur rebus biasa mengandung sekitar 6 gram protein. Selain itu, telur juga kaya akan vitamin dan mineral, seperti vitamin A dan vitamin B kompleks.

2. Kacang-kacangan

Almond, kacang tanah, pistachio, kenari, dan mete tidak hanya mengandung protein, tetapi juga menyediakan asam lemak tak jenuh dan serat makanan yang baik untuk kesehatan.

3. Produk Olahan Kedelai

Kacang-kacangan dan produk kedelai merupakan gudang protein, dan juga kaya akan serat, mineral, vitamin, dan zat lainnya, yang dapat melengkapi tubuh dengan berbagai nutrisi, dan mineral yang bermanfaat bagi tubuh.

 Kesimpulan:
Protein adalah nutrisi esensial yang sangat penting bagi lansia untuk menjaga kesehatan dan daya tahan tubuh. Namun, konsumsinya harus sesuai kebutuhan agar tidak menimbulkan risiko kesehatan lain. Dengan memperhatikan asupan protein dari sumber makanan seperti telur, kacang-kacangan, dan produk kedelai, lansia dapat menjalani hidup yang lebih sehat dan aktif.

Namun, konsumsi protein tidak selalu semakin banyak semakin baik. Profesor Luigi Fontana dari Universitas Sydney, yang ahli dalam bidang kedokteran dan nutrisi, memperingatkan bahwa asupan protein yang berlebihan dapat menimbulkan risiko berikut:

1.  Meningkatkan Risiko Diabetes dan Penyakit Kardiovaskular
Jika konsumsi protein harian melebihi 64 gram, setiap tambahan 10 gram dapat meningkatkan risiko terkena diabetes tipe 2 sebesar 20% hingga 40%.

2.  Meningkatkan Angka Kematian
Sebuah studi National Health and Nutrition Examination Survey di Amerika Serikat yang melibatkan orang dewasa berusia 50 hingga 65 tahun menemukan bahwa pola makan tinggi protein meningkatkan angka kematian total sebesar 75%. Selain itu, risiko kanker dan obesitas meningkat hingga empat kali lipat.

Oleh karena itu, sangat disarankan untuk menyesuaikan asupan protein dengan kondisi tubuh masing-masing agar lebih sehat dan efektif.(jhn/yn)