EtIndonesia. Polandia mengambil langkah strategis dengan membangun aliansi militer anti-Rusia bersama beberapa negara anggota NATO. Langkah ini diikuti oleh Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) yang juga membentuk aliansi serupa untuk menghadapi ancaman Rusia. Wakil Menteri Luar Negeri AS untuk Pengendalian Senjata dan Keamanan Internasional, Jenkins, mengungkapkan kekhawatirannya terkait kemungkinan transfer teknologi nuklir dari Rusia ke Korea Utara, serta bantuan yang diberikan Korea Utara kepada Rusia.
Desersi Militer dan Aktivitas Drone Rusia
Dalam upaya meningkatkan keunggulan di medan perang, Rusia telah menggunakan unit dalam Grup Wagner sebagai “umpan” untuk mendeteksi posisi musuh. Namun, hal ini tidak lepas dari masalah desersi, dengan banyak tentara Rusia yang meninggalkan pasukan. Selain itu, laporan terbaru menunjukkan aktivitas drone Rusia yang melintasi wilayah Belarus dan Moldova, serta insiden drone yang jatuh di wilayah Rusia sendiri. Misalnya, pada malam 13 November 2024, 12 drone Shahed Rusia terbang ke Belarus selama empat hari berturut-turut, fenomena yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Pernyataan Presiden Polandia dan Inisiatif Aliansi Khusus
Presiden Polandia, Andrzej Duda, menyatakan bahwa Amerika Serikat tidak akan membiarkan Rusia menghancurkan Ukraina. Dia menegaskan bahwa AS telah menginvestasikan sumber daya yang besar dan tidak akan membiarkan usaha tersebut sia-sia. Sementara itu, Perdana Menteri Polandia, Tusk, mengusulkan pembentukan aliansi khusus untuk memperkuat kemampuan tempur Ukraina. Aliansi ini didukung oleh Perdana Menteri Inggris, Starmer, Presiden Prancis, Macron, dan Sekretaris Jenderal NATO, Stoltenberg, serta didukung oleh negara-negara Baltik dan Nordik.
Penempatan Tank Korea Selatan dan Kekhawatiran AS
Militer Polandia telah mulai menempatkan tank tempur utama K-2 buatan Korea Selatan di dekat wilayah Kaliningrad, Rusia, kurang dari empat mil dari perbatasan Rusia. Langkah ini merupakan bagian dari upaya memperkuat posisi militer Polandia di kawasan tersebut.
Sementara itu Wakil Menteri Luar Negeri untuk Pengendalian Senjata dan Keamanan Internasional AS, Bonnie Jenkins mengatakan kepada Reuters bahwa AS khawatir Rusia mungkin mentransfer teknologi nuklir ke Korea Utara dan bahwa Korea Utara membantu Rusia.
AS tengah dalam negosiasi aktif dengan Korea Selatan dan Jepang untuk memperkuat jaminan keamanan kedua negara tersebut, menambahkan bahwa “komitmen keamanan kami kepada mereka kokoh seperti batu karang.”
Kekhawatiran Internasional terhadap Pengembangan Nuklir Tiongkok
Perluasan cepat gudang senjata nuklir Tiongkok juga menimbulkan kekhawatiran di negara-negara Indo-Pasifik. Pada bulan Oktober, Tiongkok melakukan uji coba rudal balistik antarbenua, yang merupakan yang pertama dalam 44 tahun. Uji coba ini dilakukan di atas Samudra Pasifik, bukan di wilayah gurun barat Tiongkok seperti biasanya. Langkah ini dianggap sebagai upaya Tiongkok untuk memperkuat ambisi militernya di wilayah Laut Cina Selatan.
Kerjasama Ukraina dan Israel dalam Sistem Peringatan Dini
Duta Besar Ukraina untuk Israel, Korsunsky, mengungkapkan bahwa Ukraina telah menerima semua komponen sistem rudal peringatan dini dari Israel. Beberapa bagian sistem tersebut telah digunakan oleh militer Ukraina dalam pertempuran melawanRusia. Ukraina dan Israel, yang menghadapi musuh bersama, tampaknya mengoordinasikan strategi pertahanan mereka dari satu pusat, dengan Israel juga tertarik untuk memediasi hubungan Ukraina dengan negara-negara Arab seperti Arab Saudi.
Hubungan Dekat Tiongkok dengan Rusia dan Penjualan Pesawat Tempur Su-57
Meskipun menghadapi tekanan internasional, Tiongkok tetap mempertahankan hubungan dekat dengan Rusia. Pada tanggal 14 November 2024, mantan Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu, menghadiri Pameran Dirgantara Laut Tiongkok. Menurut laporan media Rusia, untuk pertama kalinya, Rusia setuju menjual pesawat tempur siluman Su-57 kepada pelanggan asing. Namun, kehadiran Shoigu di pameran tersebut diwarnai dengan protes dari para pengunjung yang mengecam kekurangan amunisi di militer Rusia, seperti yang diungkapkan oleh Yevgeny Prigozhin, pemimpin Grup Wagner.
Tantangan Militer Rusia dan Upaya Penanganan Desersi
Grup Wagner Rusia diduga mengorganisir unit khusus yang terdiri dari anggota dengan penyakit kronis atau terminal sebagai “target bergerak” untuk mendeteksi titik api di Ukraina. Selain itu, laporan media Rusia mengungkapkan bahwa sekitar 10 hingga 15 tentara di wilayah Novosibirsk melakukan desersi dan merusak fasilitas unit sebelum melarikan diri, salah satu insiden desersi terbesar dalam militer Rusia sejak perang dimulai.
Patroli Militer Tiongkok di Laut Cina Selatan
Pada tanggal 13 November 2024, militer Tiongkok mengumumkan akan melakukan patroli di perairan dan wilayah udara Scarborough Shoal di Laut Cina Selatan. Pihak berwenang Tiongkok menyatakan bahwa ini adalah kegiatan patroli yang dilakukan sesuai hukum. Namun, media Taiwan menilai bahwa tindakan ini mencerminkan ambisi militer Tiongkok di wilayah tersebut.
Sementara itu, Presiden Philipina Ferdinand Marcos Jr. baru-baru ini menandatangani “Undang-Undang Zona Maritim” dan “Undang-Undang Kepulauan,” yang menetapkan kedaulatan di Laut Cina Selatan. Tiongkok merespons dengan menggembar-gemborkan klaim kedaulatan atas Scarborough Shoal, yang dianggap sebagai upaya untuk memasukkan wilayah tersebut ke dalam pengaruh militernya.
Palau Meminta Sistem Pertahanan Rudal Patriot dari AS
Presiden Palau yang baru terpilih kembali, Surangel Whipps Jr., mengumumkan niatnya untuk meminta AS menempatkan sistem pertahanan rudal Patriot di negara kepulauan tersebut. Langkah ini diambil sebagai respons terhadap peluncuran rudal balistik antarbenua oleh Tiongkok yang melewati wilayah beberapa negara kepulauan Pasifik tanpa pemberitahuan, hanya menginformasikan AS sebelumnya. Whipps menekankan pentingnya kerjasama dengan Jepang, Taiwan, Philipina, dan Korea Selatan untuk meningkatkan kemampuan pencegahan dan memastikan perdamaian di kawasan Indo-Pasifik.
Peran Inggris dalam Penguatan Kontrol Ekspor dan Keamanan Investasi
Financial Times Inggris melaporkan bahwa Ketua Komite Bisnis dan Perdagangan lintas partai di House of Commons Inggris, mantan Menteri Kabinet Partai Buruh, Byrne, menyatakan perlunya Inggris memperkuat kontrol ekspor dan keamanan investasi untuk mendekati standar kebijakan ekonomi AS. Byrne menyoroti pentingnya memperketat seleksi investasi asing dan menetapkan sistem kontrol ekspor yang lebih ketat guna memenuhi persyaratan Gedung Putih di masa depan. Meski demikian, banyak ekonom berpendapat bahwa Inggris relatif kurang terpengaruh oleh kebijakan proteksionis AS karena ekspor utama lebih banyak ke negara-negara Eropa.
Kerjasama AS dan Korea Selatan dalam Industri Kapal
Presiden terpilih AS, Donald Trump, dan Presiden Korea Selatan, Yoon Suk-yeol, telah melakukan pembicaraan mengenai kerjasama di industri kapal. Trump menyoroti kemunduran industri kapal AS dan pentingnya bantuan serta kerjasama dari Korea Selatan. Kerjasama ini mencakup ekspor kapal, pemeliharaan, dan perbaikan, yang diharapkan dapat memperkuat armada angkatan laut AS yang saat ini menghadapi keterlambatan dan peningkatan biaya produksi. Hanwha Ocean, anak perusahaan Hanwha Group Korea Selatan, telah memperoleh pesanan untuk pemeliharaan kapal tanker milik Armada Ketujuh Angkatan Laut AS, yang diharapkan akan membuka lebih banyak peluang kerjasama di masa depan.
Kekhawatiran Keamanan di Perbatasan AS-Kanada
Pejabat urusan perbatasan AS, Homan, menyatakan bahwa perbatasan AS-Kanada menghadapi masalah keamanan nasional yang signifikan. Ia mengkritik kurangnya petugas penegak hukum di perbatasan utara yang dapat dimanfaatkan oleh individu dengan niat jahat untuk memasuki AS. Homan menilai bahwa kemungkinan ekstremis dalam daftar AS melintasi perbatasan utara adalah sepuluh kali lipat dibandingkan perbatasan selatan. Menanggapi kritik tersebut, Menteri Imigrasi Kanada, Miller, menyatakan bahwa AS dan Kanada memiliki kesamaan dalam memastikan keamanan, dan diharapkan akan ada dialog intensif antara kedua negara untuk menambah petugas perbatasan guna mengatasi gelombang imigrasi ilegal yang baru-baru ini terjadi.
Kesimpulan
Situasi geopolitik global saat ini menunjukkan peningkatan ketegangan di berbagai front, mulai dari aliansi militer anti-Rusia, kekhawatiran akan transfer teknologi nuklir, hingga dinamika hubungan antara Tiongkok dan negara-negara Indo-Pasifik. Langkah-langkah yang diambil oleh negara-negara seperti Polandia, AS, dan sekutunya menunjukkan upaya bersama untuk menjaga stabilitas dan keamanan internasional di tengah ancaman yang semakin kompleks.