Perang Memanas! Biden Izinkan Ukraina Gunakan Rudal Jarak Jauh untuk Serangan ke Wilayah Rusia

ETIndonesia. Pejabat anonim Amerika Serikat mengungkapkan bahwa Presiden Joe Biden telah mengizinkan Ukraina menggunakan rudal jarak jauh yang disediakan oleh AS untuk menyerang target di wilayah Kursk, Rusia, yang saat ini dikuasai Ukraina dalam perang yang sedang berlangsung.

Pasukan Ukraina sebelumnya meluncurkan operasi lintas batas besar-besaran ke wilayah Kursk, Rusia, awal tahun ini. Pertempuran sengit masih berlangsung ketika pasukan Rusia berusaha merebut kembali wilayah yang hilang. Ukraina berhasil merebut beberapa permukiman dan tetap mempertahankan posisi strategis. Sebagai tanggapan, Rusia mengizinkan 11.000 tentara Korea Utara untuk berkumpul di Kursk guna membantu pertempuran.

Tahun lalu, sebagai respon atas pasokan rudal balistik jarak jauh dari Korea Utara ke Rusia, pemerintahan Biden memberikan lampu hijau bagi Ukraina untuk menggunakan sistem rudal jarak jauh Army Tactical Missile System (ATACMS)—dengan jangkauan sekitar 306 KM—untuk menyerang target di wilayahnya, termasuk di Crimea yang diduduki Rusia.

Menurut pejabat anonim yang berbicara kepada The New York Times, keputusan terbaru untuk mengizinkan Ukraina memperluas penggunaan rudal AS dibuat oleh Presiden Joe Biden dalam dua bulan terakhir masa jabatannya. Para pejabat tersebut juga mengklaim bahwa meskipun rudal itu dimaksudkan untuk mendukung perjuangan Ukraina di Kursk, mereka percaya Biden dapat mengizinkan penggunaannya di wilayah lain di Rusia.

Para pejabat menyatakan bahwa mereka tidak yakin izin penggunaan rudal ini akan secara signifikan mengubah hasil perang.

Biden memutuskan untuk mencabut pembatasan penggunaan rudal di Kursk sebagian karena ia percaya Amerika Serikat perlu memberikan respons tegas terhadap tindakan Rusia yang menggunakan pasukan Korea Utara di garis depan. Mereka juga mengatakan bahwa presiden Biden khawatir pasukan Ukraina dapat kewalahan tanpa menggunakan rudal tersebut.

Para pejabat dan pihak-pihak lain yang mengetahui masalah ini tidak berwenang untuk membahas keputusan tersebut secara terbuka dan berbicara dengan syarat anonim, demikian The Associated Press melaporkan pada 17 November 2024.

Gedung Putih menolak permintaan komentar dari The Epoch Times.

Anggota Kongres AS, Marilyn Strickland kepada NTD, sebuah outlet saudara dari The Epoch Times, sebagai tanggapan atas laporan tersebut bahwa persetujuan tersebut “adalah kebijakan yang diperlukan.”

“Seperti biasa, kami tidak ingin meningkatkan ketegangan, tetapi Ukraina adalah mitra kami. Kami harus berdiri bersama mereka. Mereka harus mampu mempertahankan diri,” katanya.

Menurut laporan AP, para pejabat lainnya mengatakan bahwa keputusan tersebut tidak mendapat dukungan bulat di pemerintahan AS. Presiden terpilih Donald Trump juga telah mengatakan bahwa setelah ia menjabat, pemerintahannya akan berusaha untuk meredakan perang, bahkan mengakhiri perang.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan pada Minggu dalam menanggapi laporan anonim tersebut bahwa, “Serangan tidak dilakukan dengan kata-kata. Hal-hal seperti itu tidak diumumkan. Rudal-rudal itu akan berbicara sendiri.”

Zelenskyy kepada media pada Jumat juga mengatakan bahwa Kyiv berharap untuk mengakhiri perang dengan Rusia tahun depan melalui “cara-cara diplomatik” setelah Trump menjabat.

Zelenskyy telah lama meminta izin untuk menggunakan senjata jarak jauh di dalam wilayah Rusia, dan Biden tetap tidak mengizinkannya. Pada saat itu, Biden mengatakan bahwa dia merasa mengizinkan rudal AS untuk digunakan di wilayah Rusia dapat menarik Amerika Serikat dan anggota NATO lainnya ke dalam konflik secara langsung dengan Rusia yang bersenjata nuklir.


Presiden Rusia Vladimir Putin sebelumnya memperingatkan bahwa jika sekutu NATO mengizinkan Ukraina untuk menyerang di dalam wilayah Rusia, maka dianggap sama saja dengan terlibat langsung dalam perang, dan Moskow dapat menyediakan senjata jarak jauh kepada pihak lain untuk menyerang target Barat.

Inggris dan Prancis juga sudah memasok Ukraina dengan beberapa rudal Storm Shadow dan SCALP dengan jangkauan sekitar 155 mil, dan mengatakan bahwa mereka akan mengikuti pembatasan AS dalam penggunaan rudal meskipun mereka mendukung permintaan Zelenskyy untuk menyerang di dalam wilayah Rusia. (asr)