Zelenskyy Tegaskan Perang Ukraina Akan ‘Berakhir Lebih Cepat’ dengan Kepemimpinan Trump

“Perang akan berakhir, tetapi tidak ada tanggal yang pasti,” kata pemimpin Ukraina

ETIndonesia. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengkonfirmasi pada 15 November 2024 bahwa perang negaranya dengan Rusia akan “berakhir lebih cepat” setelah kemenangan Presiden terpilih Donald Trump minggu lalu.

Sepanjang kampanye 2024, Trump dan pasangannya, Senator dari Negara Bagian Ohio, JD Vance berjanji untuk mengakhiri konflik Ukraina-Rusia, dengan mengatakan bahwa Amerika Serikat telah memberikan terlalu banyak dana kepada negara Eropa Timur tersebut, dan memperingatkan tentang momok perang nuklir di tengah-tengah konflik.

“Perdamaian yang adil sangat penting bagi kami, sehingga kami tidak merasa kehilangan yang terbaik hanya karena ketidakadilan yang dipaksakan pada kami,” kata Zelenskyy kepada sebuah media Ukraina pada 15 November, menurut sebuah terjemahan. “Perang akan berakhir, tetapi tidak ada tanggal yang pasti.

“Tentu saja, dengan kebijakan tim ini, yang sekarang akan memerintah Gedung Putih, perang akan berakhir lebih cepat. Ini adalah pendekatan mereka, janji mereka kepada masyarakat, dan sangat penting bagi mereka.”

Zelenskyy mengatakan bahwa spekulasinya didasarkan kepada percakapan yang ia lakukan dengan Trump.

Mengenai apakah Trump akan mendorong Ukraina untuk bernegosiasi dengan Rusia, Zelenskyy mengatakan bahwa Ukraina adalah “sebuah negara yang merdeka” dan “pendekatan ‘duduk dan dengarkan’ tidak akan berhasil.”

Menteri Pertahanan Ukraina Rustem Umerov mengatakan pada 17 November bahwa Ukraina berjuang untuk membebaskan semua wilayah yang direbut oleh Rusia dalam satu dekade terakhir seperti wilayah Donbas dan Krimea.

“Integritas teritorial adalah bagian dari nilai-nilai kami,” kata menteri Ukraina pada konferensi pers bersama dengan mitranya dari Norwegia di Oslo.

Ketika ditanya mengenai laporan bahwa Ukraina mengalihkan fokusnya dalam perang, Umerov mengatakan bahwa laporan tersebut tidak benar dan menuduhnya merupakan bagian dari upaya propaganda Rusia.

“Prioritas kami masih untuk melindungi rakyat, melindungi bangsa, membebaskan rakyat dari pendudukan sementara selama hampir 10 tahun, jadi Krimea dan Donbas adalah bagian dari Ukraina,” katanya.

Sementara itu, Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz untuk pertama kalinya sejak Desember 2022 pada 15 November, menurut sebuah panggilan telepon yang dirinci oleh kantor berita pemerintah Rusia, TASS. Seorang juru bicara pemerintah Jerman mengatakan Scholz mendesak Putin untuk memulai pembicaraan dengan Kyiv yang akan membuka jalan bagi “perdamaian yang adil dan abadi.”

Dalam percakapan telepon selama sejam, Scholz menuntut penarikan pasukan Rusia dari Ukraina dan menegaskan kembali dukungan Jerman untuk Ukraina, kata juru bicara Jerman.

Dalam sebuah pernyataan yang diberikan oleh TASS tentang panggilan telepon tersebut, Kremlin mengatakan Putin “mencatat bahwa pihak Rusia tidak pernah menolak dan tetap terbuka untuk dimulainya kembali negosiasi yang terganggu oleh rezim Kiev.”

“Proposal Rusia sudah diketahui dan diuraikan, khususnya, dalam sebuah pidato pada Juni di Kementerian Luar Negeri Rusia,” kata Kremlin.

Berlin, yang mengandalkan gas Rusia sebelum perang meletus pada Februari 2022, adalah pendukung keuangan utama Ukraina dan penyedia senjata terbesar setelah Amerika Serikat, yang dukungannya di masa depan untuk Kyiv tampaknya tidak pasti setelah kemenangan Trump dalam pemilihan presiden AS.

Pengiriman langsung gas Rusia ke Jerman terhenti ketika pipa Nord Stream di bawah Laut Baltik diledakkan pada tahun 2022. Para pejabat AS belum mengumumkan siapa yang melakukan pengeboman pipa tersebut.

Sejak perang dimulai, Jerman dan negara-negara Uni Eropa lainnya menjatuhkan gelombang sanksi terhadap Rusia dan mengambil langkah-langkah untuk melepaskan diri dari ketergantungan mereka pada minyak dan gas Rusia.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS yang akan segera habis masa jabatannya, Antony Blinken, mengatakan minggu ini bahwa Amerika Serikat berniat untuk menopang dukungan untuk Ukraina dalam dua bulan terakhir pemerintahan Biden dan sebelum Trump secara resmi menjabat.

“[Kami akan] terus menopang semua yang kami lakukan untuk Ukraina untuk memastikan bahwa Ukraina dapat secara efektif mempertahankan diri dari agresi Rusia ini,” kata Blinken kepada para wartawan di markas besar NATO di Brussels.

Dalam sebuah wawancara di akhir pekan, penasihat keamanan nasional Jake Sullivan menawarkan janji yang sama untuk bantuan AS kepada Kyiv.

Presiden Joe Biden, katanya kepada CBS News, “akan memiliki kesempatan selama 70 hari ke depan untuk menyampaikan kepada Kongres dan pemerintahan yang akan datang bahwa Amerika Serikat tidak boleh meninggalkan Ukraina, bahwa meninggalkan Ukraina berarti lebih banyak ketidakstabilan di Eropa.”

“Jika kita meninggalkan Ukraina di Eropa, pertanyaan mengenai komitmen Amerika pada sekutu-sekutu kita di Asia akan semakin besar,” katanya.

Reuters berkontribusi dalam laporan ini.

Sumber : The Epoch Times