Yovi Syahilman, Cluster Hotel Manager Movenpick Hotel Surabaya City, Mercure Surabaya Manyar, ibis Surabaya Tidar, memiliki perjalanan karir yang inspiratif. Dengan latar belakang pendidikan di bidang perhotelan, ketekunan, dan keberanian untuk keluar dari zona nyaman, ia berhasil mencapai posisi strategis di industri ini. Dalam wawancara eksklusif, Yovi menceritakan perjalanannya, tantangan yang dihadapi, serta pelajaran berharga yang ia dapatkan sepanjang karirnya.
Awal Perjalanan: Lahir dan Dibentuk di Bandung
Lahir dan besar di Bandung, Yovi menyelesaikan pendidikan Diploma 4 di bidang Administrasi Perhotelan pada tahun 2003. Sejak awal, ia sudah terinspirasi untuk menggeluti dunia perhotelan. “Setelah lulus, saya mendapatkan kesempatan bekerja di Belanda melalui program dari kampus,” ujar Yovi kepada The Epoch Times.
Pengalaman pertama ini membawa Yovi ke Golden Tulip Hotel, tempat ia bekerja sebagai receptionist. “Setelah enam bulan, saya diberi kesempatan untuk belajar di departemen lain seperti housekeeping dan F&B (Food and Beverage).” Pengalaman kerja lintas fungsi tersebut membekali Yovi dengan wawasan komprehensif tentang operasional hotel.
Setahun di Belanda, ia kembali ke Bandung dan bergabung dengan Hotel Sheraton sebagai butler. Tugasnya mencakup pelayanan eksklusif bagi tamu VIP, mulai dari crop office hingga food and beverage. “Di sana, saya banyak belajar tentang personalisasi layanan untuk tamu-tamu penting,” kenangnya.
Mengejar Impian di Amerika
Pada tahun 2007, Yovi mendapat tawaran untuk bekerja di Amerika Serikat melalui program alumni dari kampusnya. “Proses seleksi cukup ketat, tapi kampus memberikan subsidi untuk biaya awal, sehingga lebih terjangkau.” Di Amerika, ia bekerja sebagai Asisten Restoran Manager di sebuah restoran Indonesia yang dimiliki oleh pengusaha Belanda.
Yovi menyadari bahwa pengalaman kerja di luar negeri memberinya perspektif baru. “Di sana, sistem lebih efisien, terutama karena biaya tenaga kerja yang mahal. Mereka sangat mengandalkan teknologi dan sistem untuk mengoptimalkan operasional,” ungkapnya.
Namun, tantangan biaya hidup tinggi menjadi pengalaman tak terlupakan. “Meski tinggal di hotel membantu menekan biaya, bulan pertama tetap menjadi masa adaptasi yang cukup berat,” jelasnya.
Kembali ke Tanah Air dan Bergabung dengan Accor
Pada tahun 2010, Yovi memutuskan untuk kembali ke Indonesia dan mencoba peruntungan di bidang usaha kuliner. Namun, ia segera menyadari bahwa berdagang bukanlah bakatnya. “Ketika ada tawaran kembali ke dunia perhotelan, saya langsung menerimanya,” katanya.
Yovi memulai karir di Accor Group pada tahun 2012 sebagai Duty Manager di ibis Bandung Trans Studio. Hotel dengan 606 kamar ini adalah ibis terbesar di Asia pada saat itu. “Di sini, saya mendapat banyak pelatihan dari Accor, termasuk program Nasional Manajemen Training di Malaysia, Singapura, dan Indonesia.”
Selama enam tahun di ibis Bandung, Yovi berhasil naik jabatan dua kali, dari Duty Manager menjadi Assistant Front Office Manager, hingga akhirnya menjadi Front Office Manager. “Saya juga mengikuti program Fast Track Hotel Manager, yang dirancang untuk menyiapkan pemimpin masa depan di Accor.”
Pada tahun 2018, Yovi dipindahkan ke ibis Styles Bekasi Jatibening sebagai Operation Manager. Di sana, ia memimpin tim untuk persiapan pembukaan hotel baru. “Grand opening-nya Februari 2019, tapi sebulan kemudian pandemi Covid-19 melanda,” ujarnya.
Meski situasi sulit, Yovi tetap menunjukkan dedikasi. Pada akhir 2021, ia dipromosikan ke Novotel Cikini Jakarta sebagai Executive Assistant Manager. “Tantangan di Novotel lebih besar karena segmennya lebih premium dibandingkan ibis. Namun, ini menjadi peluang untuk terus belajar,” katanya.
Perbandingan Pengalaman Kerja di Luar Negeri dan Indonesia
Yovi membandingkan pengalaman kerjanya di Belanda, Amerika, dan Indonesia. “SDM Indonesia, khususnya Asia, lebih rajin dan loyal dibandingkan pekerja di Eropa atau Amerika,” katanya. Menurutnya, faktor budaya Timur yang menekankan nilai kebersamaan membuat pekerja Asia lebih dapat diandalkan oleh manajemen.
Namun, ia juga mengakui bahwa sistem manajemen di Eropa dan Amerika lebih efisien. “Di sana, biaya tenaga kerja mahal, sehingga mereka mengembangkan sistem untuk menekan biaya operasional. Hal ini yang masih perlu diadaptasi di Indonesia,” jelasnya.
Salah satu tantangan implementasi sistem internasional di Indonesia adalah keterbatasan sumber daya. “Misalnya, produk-produk ramah lingkungan seperti green label lebih mahal di Asia. Namun, sebagai bagian dari Accor, kami tetap harus mengikuti standar global,” tambahnya.
Keluarga sebagai Motivasi Utama
Meski karirnya mengharuskannya berpindah kota, Yovi selalu menjadikan keluarga sebagai motivasi utama. Ia memiliki seorang putra berusia 14 tahun dan seorang putri berusia 5 tahun. Istrinya juga bekerja di bidang perhotelan, di kantor pusat manajemen hotel.
“Saya ingin anak-anak saya mendapatkan yang terbaik, lebih baik dari apa yang saya dapatkan dulu. Itu yang mendorong saya untuk terus maju,” ungkapnya.
Selain itu, Yovi menikmati kesempatan untuk membangun jejaring dengan berbagai kalangan. “Bekerja di hotel memberikan banyak manfaat, mulai dari wawasan hingga koneksi. Saya sering berinteraksi dengan pejabat, pelaku usaha, hingga organisasi nirlaba,” katanya.
Rahasia Awet Muda di Dunia Perhotelan
Banyak orang menganggap bekerja di hotel bisa membuat seseorang lebih awet muda. Yovi sepakat. “Di hotel, kita harus selalu tersenyum, tidak boleh menunjukkan emosi negatif. Ini membantu menjaga atmosfer tetap positif,” ungkapnya.
Lingkungan kerja yang dinamis dan penuh energi positif juga menjadi salah satu faktor. “Bertemu tamu dari berbagai latar belakang membuat saya terus belajar dan merasa bersemangat setiap hari,” tambahnya.
Pelajaran dari Perjalanan Karir
Kesuksesan Yovi tidak lepas dari dukungan keluarga dan atasan yang percaya pada kemampuannya. “Saya selalu mencoba mengambil kesempatan yang datang, meskipun itu berarti keluar dari zona nyaman,” ujarnya.
Ia percaya, kunci keberhasilan adalah berani mencoba dan melihat sisi positif dari setiap peluang. “Jangan terlalu fokus pada sisi negatif. Jika ada potensi jangka panjang yang baik, ambil saja kesempatan itu,” sarannya.
Sebagai seorang pemimpin muda di industri perhotelan, Yovi memiliki visi untuk terus berkembang. “Saya ingin terus belajar dan mungkin suatu hari nanti menjadi pengusaha di bidang perhotelan,” katanya.
Baginya, dunia perhotelan bukan sekadar pekerjaan, tetapi panggilan yang memberikan banyak pelajaran hidup. “Bekerja di hotel membuat saya lebih terbuka, lebih kaya wawasan, dan tentunya lebih bersyukur,” tutupnya.
Perjalanan Yovi Syahilman adalah bukti bahwa ketekunan, keberanian, dan dukungan keluarga dapat membawa seseorang meraih puncak karir. Dengan semangat yang sama, ia terus menginspirasi generasi muda untuk bermimpi besar dan bekerja keras.