EtIndonesia. Menteri luar negeri Uni Eropa berkumpul di Brussel, Belgia, pada hari Senin (18/11), dengan fokus pada bantuan yang diberikan oleh Tiongkok kepada Rusia. Menteri Luar Negeri Belanda Caspar Veldkamp mengatakan, perdagangan antara Tiongkok dan Rusia ‘langsung memengaruhi’ pada keamanan Eropa.
Veldkamp menyatakan sebelum pertemuan dengan menteri luar negeri Uni Eropa di Brussel bahwa NATO menganggap Tiongkok sebagai ‘penyokong kunci’ dalam perang Rusia melawan Ukraina, karena barang-barang yang dijual oleh perusahaan Tiongkok akhirnya menjadi bagian dari senjata Rusia (termasuk drone).
“Saya telah mengangkat masalah ini dua kali dengan Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi, dan saya pikir, sebagai orang Eropa, kita semua harus melakukan hal yang sama, karena Tiongkok harus menyadari ini langsung memengaruhi keamanan Eropa,” kata Veldkamp.
Jika terbukti bahwa drone buatan Tiongkok mendukung Rusia, sanksi mungkin menjadi salah satu opsi yang dipertimbangkan.
Veldkamp juga mengawasi pembatasan ekspor terhadap ASML, produsen peralatan chip paling canggih, yang bekerja sama dengan AS untuk menerapkan serangkaian pembatasan ekspor yang semakin ketat untuk mencegah ASML mengekspor teknologi paling canggih ke produsen chip Tiongkok. Langkah ini dimaksudkan untuk menghambat kemampuan Tiongkok menggunakan chip canggih untuk pengembangan militer.
Veldkamp menyatakan bahwa dia akan membahas cara menangani dukungan Tiongkok terhadap Rusia dengan menteri luar negeri lainnya dari negara-negara anggota Uni Eropa pada hari Senin.
Pada hari yang sama, Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock, saat bertemu dengan menteri luar negeri Uni Eropa di Brussel, memperingatkan bahwa bantuan yang terus bertambah dari Tiongkok kepada Rusia dalam perang Ukraina ‘akan memiliki konsekuensi yang tak terhindarkan’.
Para sekutu Ukraina telah mengumpulkan intelijen tentang dukungan Tiongkok kepada program drone Rusia, yang menjadi topik utama dalam pertemuan menteri luar negeri ini.
Uni Eropa berusaha untuk mengekang negara-negara yang membantu Rusia dalam konflik dengan Ukraina. Pada hari Senin, Uni Eropa menyetujui perluasan sanksi terhadap Iran atas dukungan kepada Rusia.
Menteri luar negeri Uni Eropa menerima ‘bukti yang meyakinkan’ bahwa Rusia telah membangun pabrik drone di wilayah Xinjiang Tiongkok, yang akan memungkinkan Rusia menghindari sanksi keras Barat. Pejabat Uni Eropa masih menyelidiki laporan-laporan ini untuk menentukan cakupan program senjata Rusia dan tingkat keterlibatan Tiongkok.
“Kita harus menunjukkan kekuatan, kita harus tegas. Khususnya karena kita mungkin memiliki kemitraan transatlantik yang sangat kuat dalam hal ini,” kata Menteri Luar Negeri Lithuania Gabrielius Landsbergis, menunjuk pada pendekatan keras AS terhadap Tiongkok.
“Kita dapat mengirim pesan yang sangat kuat bahwa kita tidak akan membiarkan ini terjadi (maksudnya dukungan Tiongkok terhadap Rusia). Jika kita tidak melakukan itu, akan membantu memperkuat aliansi kacau yang sedang dibentuk oleh Rusia,” tambahnya.
Tiongkok adalah sumber utama Rusia untuk produk dual-use (produk yang dapat digunakan baik untuk tujuan sipil maupun militer) yang dibatasi, dan Uni Eropa serta sekutunya telah menjatuhkan sanksi terhadap beberapa perusahaan Tiongkok.
Tiongkok dengan tegas membantah memberikan bantuan militer kepada Rusia, menegaskan bahwa mereka ‘secara ketat’ mengontrol ekspor militer.
Pada April lalu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, saat mengunjungi Tiongkok, secara langsung menyatakan bahwa tanpa dukungan Tiongkok, serangan Rusia terhadap Ukraina akan sulit dipertahankan. AS menuduh Tiongkok menyediakan barang-barang militer dan sipil yang digunakan Rusia untuk memproduksi roket, drone, tank, dan senjata lainnya.(jhn/yn)