Surabaya –Museum De Javasche Bank menjadi saksi perjalanan sejarah hubungan diplomatik antara Australia dan Indonesia dalam pameran bertajuk “Two Nations: A Friendship is Born”. Acara ini diresmikan oleh Konsul Jenderal Australia untuk Jawa Timur dan Jawa Tengah, Glen Askew, sebagai bagian dari peringatan 75 tahun hubungan diplomatik kedua negara.
Sejarah Dukungan Australia untuk Kemerdekaan Indonesia
Pameran ini menggambarkan kontribusi besar Australia dalam mendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia. Melalui foto, surat, laporan berita, dan arsip lainnya, pengunjung diajak menyelami solidaritas rakyat Australia terhadap Indonesia pasca-Proklamasi Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.
Fakta menarik yang diungkap dalam pameran adalah bahwa Australia merupakan negara asing pertama yang mengirimkan misi diplomatik untuk bertemu Presiden Soekarno. Tak hanya itu, Indonesia juga menunjuk Australia sebagai perwakilan dalam negosiasi di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang membantu memperkuat status kemerdekaan Indonesia.
Konsul Jenderal Glen Askew menekankan bahwa dukungan Australia tidak hanya datang dari pemerintah, tetapi juga dari rakyatnya. Salah satu contohnya adalah blokade ‘Armada Hitam’ oleh para pekerja Australia terhadap kapal-kapal Belanda yang berusaha mengganggu kemerdekaan Indonesia.
“Hubungan masyarakat kita telah terjalin jauh sebelum Indonesia merdeka,” ujar Konsul Jenderal Askew. Ia juga menyoroti pentingnya peran maskapai nasional Australia, QANTAS, yang melakukan penerbangan internasional pertamanya pada 1935 dengan pemberhentian di Surabaya.
Koneksi historis ini semakin diperkuat dengan jalur kabel telegraf bawah laut pertama di Indonesia, yang menghubungkan Darwin dan Banyuwangi pada tahun 1870. Askew sendiri sempat mengunjungi **Asrama Inggrisan** di Banyuwangi, situs penting dalam sejarah komunikasi kedua negara.
Agenda Pameran
Pameran ini sebelumnya telah digelar di Jakarta dan Makassar, dan akan berlangsung di Surabaya mulai 19 November hingga 6 Desember 2024, sebelum berlanjut ke Yogyakarta. Acara ini terbuka untuk umum dan menjadi kesempatan istimewa untuk menyaksikan bukti-bukti sejarah yang memperkuat persahabatan antara dua negara tetangga.
“Two Nations: A Friendship is Born” bukan sekadar perayaan diplomasi, tetapi juga bukti nyata bagaimana hubungan antarnegara bisa berakar pada kerja sama dan solidaritas.