Jerman Peringatkan Konsekuensinya Jika Tiongkok Menjual Drone Mematikan ke Rusia

ETIndonesia. Menteri Luar Negeri Jerman, Annalena Baerbock, memperingatkan kepada Tiongkok bahwa memasok drone dengan kemampuan mematikan kepada Rusia untuk perang di Ukraina “harus dan akan memiliki konsekuensi.” Baerbock tidak merinci pernyataannya pada 18 November 2024.

Pada hari yang sama, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrell, mengatakan dalam konferensi pers bahwa peran Tiongkok  dalam perang terus meningkat.

“Tiongkok saat ini adalah penyedia terbesar produk-produk berfungsi ganda (dual-use goods) dan barang sensitif yang menopang basis industri militer Rusia,” kata Borrell. “Tanpa Korea Utara, tanpa Iran, tanpa Tiongkok Rusia tidak akan dapat mendukung upaya militernya, tidak akan bisa melanjutkan perang.”

Uni Eropa dan Amerika Serikat telah menyerukan kepada Tiongkok agar tidak memberikan dukungan material atau finansial untuk upaya perang Rusia sejak perang dimulai pada 2022.
Rezim komunis Tiongkok mengklaim tidak memihak, namun terus memberikan cara bagi Rusia untuk menghindari sanksi internasional, menurut pejabat pemerintah.

Pada 19 November, Duta Besar Amerika Serikat untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, Linda Thomas-Greenfield, menyebut Rusia sebagai “negara bandel,” dengan mengatakan bahwa Rusia telah memberi tahu Amerika Serikat bahwa tidak akan ada invasi sehari sebelum pasukan Rusia memasuki Ukraina.

Baru-baru ini pada Oktober, Departemen Keuangan AS memberikan sanksi kepada entitas Tiongkok yang membantu pengembangan drone serangan jarak jauh Rusia.

Reuters melaporkan pada  September bahwa Rusia telah membangun program senjata di Tiongkok untuk mengembangkan dan memproduksi drone serangan jarak jauh.

Kanselir Jerman Olaf Scholz bertemu dengan  Xi Jinping, di sela-sela KTT G20 pada 19 November.

Sebelum pertemuan tersebut, Scholz mengatakan, “Saya selalu membahas isu  produk-produk berfungsi ganda, karena ada praktik yang berbeda, tetapi kita tidak boleh naif.”

Perang Rusia–Ukraina memasuki hari ke-1.000 pada 19 November, ketika Ukraina menembakkan rudal AS ke Rusia setelah mendapat lampu hijau dari pemerintahan Biden.

Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte, mengadakan pertemuan dengan anggota Uni Eropa di Brussels pada 19 November, mengatakan kepada wartawan bahwa Ukraina membutuhkan “lebih banyak bantuan, lebih banyak uang.”

“Terutama sekarang Korea Utara telah bergabung. Dan kita tahu bahwa Tiongkok membantu Rusia dalam upaya perang. Kita tahu bahwa Iran mendukung Rusia dalam upaya perang,” kata Rutte.

Laporan ini turut melibatkan kontribusi dari Reuters.

Sumber : The Epoch Times