ETIndonesia. Baru-baru ini, rumah sakit di berbagai wilayah Tiongkok penuh sesak, dengan jumlah kunjungan di klinik pediatrik meningkat dua kali lipat. Pakar yang berafiliasi dengan pemerintahan Partai Komunis Tiongkok (PKT) menyatakan bahwa penyebabnya adalah pneumonia Mycoplasma. Namun demikian, banyak warga mencurigai ini sebagai gelombang baru wabah COVID-19. Beberapa warga juga melaporkan peningkatan nyata kasus kematian mendadak, terutama di kalangan anak muda.
Rumah Sakit Penuh
Seorang keluarga pasien di Rumah Sakit Anak Institut Penelitian Pediatri Ibu Kota di Beijing berkata: “Lihat saja rumah sakit ini, betapa penuhnya!”
Video yang diunggah keluarga pasien menunjukkan rumah sakit penuh sesak dengan anak-anak yang menjalani infus, bahkan di malam hari.
Tak hanya di Beijing, rumah sakit di Tianjin, Gansu, Zhejiang, dan Yunnan juga mengalami lonjakan pasien. Di klinik pediatrik, antrean darurat begitu panjang sehingga membutuhkan waktu lama untuk mendapatkan perawatan.
Sejumlah orangtua berbagi pengalaman mereka secara online. Anak-anak mereka mengalami demam berulang dan batuk, yang dengan cepat berkembang menjadi white lung (paru-paru putih). Infus dan obat-obatan sering kali tidak efektif.
Salah satu orangtua di Beijing mengungkapkan bahwa anaknya tidak menunjukkan perbaikan meskipun sudah menjalani infus. Dalam waktu dua hari, kondisinya memburuk menjadi pneumonia, yang telah terjadi sebanyak 12 kali, hingga akhirnya anak tersebut harus keluar dari taman kanak-kanak.
Di Guangdong, seorang dokter di Jieyang berkata: “Penyakit ini menyerang dengan ganas. Banyak anak mengalami demam tinggi dan batuk parah berulang. Ketika difoto rontgen, paru-parunya sudah putih.”
Seorang dokter dari Rumah Sakit Anak Hebei menambahkan: “Sekarang Kasus pneumonia Mycoplasma sangat banyak. Saya bahkan tidak ingin anak saya pergi ke taman kanak-kanak.”
Kecurigaan terhadap COVID-19
Meskipun para dokter menyebut pneumonia Mycoplasma sebagai penyebab utama, banyak warga mencurigai bahwa COVID-19 telah kembali menyebar.
Warga dari berbagai daerah melaporkan bahwa banyak orang di sekitar mereka mengalami infeksi berulang, meskipun pemerintah menyembunyikan informasi tentang wabah tersebut.
Seorang warga di Baoding, Hebei, bernama Li, berkata: “Saat ini, baik orang dewasa maupun anak-anak banyak yang mengalami demam, pilek, dan batuk. Saya sendiri pilek selama tiga hingga empat hari terakhir dengan hidung tersumbat.”
Seorang warga Beijing, Yu, juga mengatakan bahwa ia dan beberapa koleganya sedang demam dan pilek.
“Fenomena umum saat ini adalah batuk parah. Ini tidak normal, karena biasanya flu akan sembuh dalam seminggu tanpa obat. Tapi sekarang, meskipun sudah minum obat, batuk tetap berlangsung hingga sebulan.”
Peningkatan Kematian Mendadak
Warga dari berbagai wilayah juga melaporkan lonjakan kasus serangan jantung, stroke, dan kematian mendadak secara signifikan, terutama di kalangan anak muda.
Yu berkata: “Beberapa hari lalu, seorang kolega saya yang berusia 34 tahun tiba-tiba pingsan di tempat kerja. Dia dilarikan ke rumah sakit, tetapi meninggal dunia pada malam harinya. Seorang pemuda lainnya juga tiba-tiba meninggal dunia di stasiun kereta bawah tanah di Beijing.”
Menurut Yu, vaksin COVID-19 buatan dalam negeri menyebabkan kerusakan serius pada sistem kardiovaskular, yang berkontribusi pada kasus kematian mendadak.
“Banyak orang, terlepas dari usia mereka, kini memiliki kondisi fisik yang sangat lemah. Sedikit aktivitas berat saja dapat berujung pada kematian. Setelah dua suntikan vaksin, ada seorang siswa di Beijing yang meninggal saat tes kebugaran hanya dengan berlari kurang dari 1.000 meter.”
Li di Baoding juga melaporkan kasus serupa di lingkungannya.
“Sekarang banyak kasus serangan jantung dan stroke yang berujung pada kematian. Saya sendiri telah melihat beberapa kejadian seperti itu. Orang-orang berusia 50-60 tahun sering kali meninggal tiba-tiba akibat serangan jantung atau pendarahan otak,” ujarnya.
Seorang tenaga medis di Tianjin, Liu, mengungkapkan bahwa kasus serangan jantung dan stroke meningkat sejak awal pandemi:
“Di Tianjin, sejak pandemi ini dimulai, jumlah orang yang meninggal terus meningkat. Banyak kasus di mana orang-orang menderita penyakit parah akibat efek samping vaksin.”
Liu menambahkan bahwa beberapa dokter di Tianjin secara terbuka menyebutkan bahwa infeksi berulang virus dan efek samping vaksin COVID-19 menyebabkan peningkatan kasus penyakit secara serius.
Menurut Liu, di rumah sakit universitas di Tianjin, seluruh bangsal penuh dengan pasien yang mengalami efek samping vaksin.
“Populasi di Tianjin tampaknya semakin berkurang. Saya rasa banyak orang meninggal dunia selama beberapa tahun terakhir. Ini sangat berbeda dibandingkan tiga tahun lalu,” katanya.
Pada Januari 2023, pendiri Falun Gong, Li Hongzhi, memperingatkan bahwa selama tiga tahun terakhir, pemerintah Tiongkok terus menutupi pandemi, dengan jumlah korban meninggal dunia mencapai 400 juta orang. Pada akhir pandemi ini, jumlah korban tewas di Tiongkok akan mencapai 500 juta orang.
Pada Agustus tahun yang sama, Li Hongzhi kembali mengingatkan bahwa COVID-19 terutama menargetkan Partai Komunis Tiongkok serta mereka yang mengikuti, mendukung, atau bekerja untuk partai Komunis. (Hui)
Sumber : Epochtimes.com, NTDTV.com