ETIndonesia. Amerika Serikat tengah memimpin negosiasi gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah, upaya yang diharapkan dapat meredakan ketegangan yang telah berlangsung lama di kawasan Timur Tengah.
Menurut laporan Reuters yang mengutip situs berita politik Axios, seorang pejabat senior Israel menyatakan bahwa negosiasi menuju kesepakatan telah mendekati tahap akhir dan Israel sedang menunggu persetujuan resmi dari pemerintahnya.
Namun, laporan dari penyiaran publik Israel mengungkapkan adanya perbedaan pendapat yang masih signifikan, sehingga Hizbullah belum memberikan lampu hijau untuk kesepakatan tersebut. Pejabat Amerika Serikat menekankan bahwa masih diperlukan upaya besar untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata yang dapat diterima oleh kedua belah pihak.
Tiga Tahap Utama Kesepakatan Gencatan Senjata
Meskipun kedua belah pihak belum mencapai konsensus penuh, Israel telah menyetujui kondisi inti untuk gencatan senjata yang terbagi dalam tiga tahap utama:
- Penarikan Pasukan Hizbullah: Hizbullah akan menarik pasukan bersenjata mereka dari bagian utara Lebanon.
- Penarikan Pasukan Israel: Israel akan mundur dari bagian selatan Lebanon.
- Pembicaraan Perbatasan: Kedua pihak akan berunding mengenai perbatasan yang masih disengketakan.
Sebuah tim internasional yang dipimpin oleh Amerika Serikat akan ditugaskan untuk mengawasi pelaksanaan kesepakatan gencatan senjata ini.
Awalnya, Kabinet Keamanan Israel diperkirakan akan memberikan persetujuan pada 26 November 2024. Namun, pejabat AS memperingatkan bahwa keputusan final mungkin baru akan diambil pada hari tersebut, mengingat kompleksitas negosiasi yang sedang berlangsung.
Serangan Mendadak Hizbullah dan Eskalasi Konflik
Menurut saluran TV Arab Saudi, Al-Hadath, kesempatan untuk mencapai gencatan senjata sebelum tanggal 21 November 2024 telah terlewat ketika Hizbullah melancarkan serangan mendadak pada tanggal 24 November 2024.
Serangan ini digambarkan sebagai bagian dari akhir negosiasi yang sedang berlangsung. Sumber di Israel memperingatkan bahwa situasi di garis depan Lebanon diperkirakan akan meningkat dalam beberapa jam ke depan, meningkatkan ketidakpastian di wilayah tersebut.
Laporan dari Al Jazeera pada 24 November 2024 menyebutkan bahwa Hizbullah telah meluncurkan lebih dari 340 rudal ke wilayah Israel, menyerang pangkalan angkatan laut Ashdod di selatan Israel dan fasilitas militer di Tel Aviv. Serangan ini merupakan serangan terbesar yang pernah dilakukan Hizbullah terhadap Israel, sebagai respons terhadap serangan Israel di Beirut pada tanggal 23 November 2024.
Keterlibatan Rusia dan Dinamika Politik di Timur Tengah
Akun media sosial X mengungkapkan bahwa hubungan antara Rusia dan organisasi ekstrem di Timur Tengah semakin memanas. Kelompok Houthi, yang sedang berperang di Ukraina, dimanfaatkan untuk menyerang Israel dengan dukungan dari Rusia dan Tiongkok. Sementara itu, Iran berusaha meredakan situasi dengan menawarkan dialog dan mengadakan pembicaraan nuklir dengan Prancis, Jerman, dan Inggris pada akhir bulan ini.
Meskipun Prancis, Jerman, dan Inggris baru-baru ini mengkritik program nuklir Iran dan mendapatkan persetujuan dari Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA), juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran mengumumkan pada akhir pekan bahwa Iran akan mengadakan pembicaraan dengan para Menteri Luar Negeri dari ketiga negara tersebut pada 29 November 2024 di Jenewa, Swiss. Pembicaraan ini akan membahas berbagai isu internasional, termasuk konflik di Timur Tengah dan masalah nuklir.
Ketegangan yang Berkelanjutan antara Iran dan Israel
Meskipun upaya diplomatik sedang dilakukan, hubungan antara Iran dan Israel tetap tegang. Penasihat senior Pemimpin Tertinggi Iran, Ali Larijani, menyatakan pada 24 November 2024 bahwa militer Iran sedang menyusun strategi untuk merespons serangan Israel yang akan datang. Hal ini menunjukkan bahwa ketegangan di kawasan tersebut masih tinggi dan potensi eskalasi konflik masih ada.
Krisis Politik di Filipina: Ancaman Pembunuhan oleh Wakil Presiden
Sementara itu, situasi di Filipina digambarkan sebagai penuh dengan tantangan internal dan eksternal. Baru-baru ini, Wakil Presiden Filipina, Sara Duterte, mengumumkan dalam konferensi pers pada tanggal 23 November 2024 bahwa jika dia mengalami bahaya, dia telah menyewa pembunuh untuk menyerang Presiden Ferdinand Marcos, Ibu Negara, dan Ketua DPR Filipina. Pernyataan ini menimbulkan keprihatinan serius dari pemerintah dan masyarakat internasional.
Penasihat Keamanan Nasional Filipina Eduardo Ano merespons padal 24 November 2024 dengan menyatakan bahwa semua ancaman terhadap presiden akan ditangani dengan serius oleh aparat penegak hukum dan intelijen. Ano menegaskan bahwa semua ancaman akan diselidiki secara menyeluruh dan dianggap sebagai masalah keamanan nasional. Pemerintah juga telah meningkatkan langkah-langkah keamanan untuk presiden, dan kepolisian nasional telah memerintahkan penyelidikan segera terhadap insiden ini.
Deteriorasi Hubungan Politik antara Duterte dan Marcos
Sara Duterte dan Ferdinand Marcos sebelumnya adalah sekutu politik yang sukses memenangkan pemilu pada tahun 2022. Namun, hubungan mereka memburuk sepanjang tahun ini akibat perbedaan kebijakan yang tajam.
Sekutu politik Marcos kini sedang menyelidiki tindakan anti-narkoba Duterte yang dikaitkan dengan lebih dari 6.000 kematian, serta tuduhan korupsi terkait penggunaan dana publik selama Duterte menjabat sebagai Menteri Pendidikan. Kedua pihak membantah adanya tindakan tidak pantas dan berjanji untuk membersihkan nama baik masing-masing.
Kesimpulan
Negosiasi gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah yang dipimpin oleh Amerika Serikat menunjukkan langkah penting menuju perdamaian di Timur Tengah, meskipun tantangan masih besar. Sementara itu, dinamika politik yang kompleks di Filipina menunjukkan adanya ketidakstabilan internal yang dapat berdampak luas. Situasi ini menyoroti pentingnya upaya diplomatik dan penegakan hukum yang efektif untuk menjaga stabilitas dan keamanan global. (kyr)