ETIndonesia. Seiring dengan penurunan ekonomi Tiongkok, berbagai sektor industri mengalami kesulitan untuk bertahan, termasuk rumah sakit yang mengalami gelombang penutupan. Menurut laporan, lebih dari 500 rumah sakit di Tiongkok telah tutup pada tahun 2024. Kabar tentang banyak rumah sakit pemerintah yang menunggak gaji sudah beredar sebelumnya.
“Liberty Times” mengutip laporan media daratan Tiongkok mengatakan, bahwa baru-baru ini, Rumah Sakit Anak Suqian di Jiangsu dilelang, termasuk aset tetap, bangunan, dan peralatan medisnya, dengan harga awal lelang 480 juta yuan RMB. Karena aset rumah sakit tidak mencukupi untuk menutupi hutangnya, para pemegang saham mengajukan likuidasi paksa.
Sebelum pelelangan Rumah Sakit Anak Suqian, sudah ada tiga rumah sakit swasta di Suqian yang melakukan likuidasi pailit dan dilelang. Mengenai alasan utang, pihak terkait mengatakan bahwa ini berkaitan dengan penurunan tingkat kelahiran, yang mempengaruhi pasar rumah sakit pediatrik.
Menurut survei dari Xinglinyuan, pada tahun 2024, lebih dari 500 rumah sakit di Tiongkok telah tutup. Baik penutupan maupun penunggakan gaji menunjukkan bahwa beberapa rumah sakit dalam kondisi yang tidak menggembirakan. “Badai besar” tentang penutupan rumah sakit sudah tiba. Era “penyaringan” industri lembaga medis tampaknya sudah dimulai.
Pasien lebih apes lagi karena banyaknya rumah sakit yang tutup. Sebuah artikel di situs Tencent pada 21 November menyebutkan bahwa tahun 2024, bagi orang Tiongkok tampaknya seperti terjebak dalam bencana besar, dengan lebih dari 500 rumah sakit tutup, angka ini seperti gunung berat yang membuat staf medis kelelahan dan pasien-pasien terperangkap dalam siksaan batin dan keluhan ekstrim.
Seorang kakek bermarga Sun yang menderita penyakit paru-paru serius, terus-menerus dirawat di sebuah rumah sakit, tetapi setelah rumah sakit itu tutup, dia harus pindah ke rumah sakit lain. Rumah sakit baru mengubah skema pengobatannya, yang akhirnya memperburuk kondisi kesehatan Sun.
Seorang pemuda bermarga Zhao yang mengalami patah tulang kaki karena kecelakaan olahraga, awalnya pulih dengan baik pasca-operasi, tetapi dipaksa pindah rumah sakit dan metode rehabilitasi yang berbeda menyebabkan atrofi otot, membuatnya sangat tertekan sepanjang hari.
Lingkungan ekonomi Tiongkok yang semakin memburuk, aksi protes masyarakat dan tuntutan upah oleh staf medis di rumah sakit pemerintah menjadi semakin sering terjadi.
Pada 16 Oktober lalu, ratusan staf medis di Rumah Sakit Rakyat Shanwei, yang berada di bawah pemerintah kota Shanwei di Guangdong, menuntut upah mereka. Mereka mengangkat spanduk bertuliskan “Kami ingin hidup” dan “Kami ingin makan” di dalam rumah sakit, dan meneriakkan slogan “Kepala rumah sakit, keluar dan kembalikan bonus kami.”
Situasi serupa juga terjadi di Rumah Sakit Rakyat Keempat Xinxiang di Henan yang juga menunggak gaji. Berita pada 11 Oktober menyebutkan bahwa staf medis rumah sakit itu berkumpul di gerbang rumah sakit, mengangkat spanduk bertuliskan “Kami ingin hidup”, dan melakukan aksi protes tuntutan gaji. Diketahui bahwa “rumah sakit menunggak gaji staf medis hingga delapan bulan.”
Faktanya, banyak rumah sakit pemerintah di daratan sudah tidak mampu menutupi pengeluaran. Berita pada 11 Januari 2023, staf medis di Rumah Sakit Rakyat Pertama Yancheng di Jiangsu melakukan pemogokan karena tidak hanya harus bekerja berlebihan tapi juga upah mereka belum dibayar.
Pada 4 Januari 2023, perawat di Rumah Sakit Rakyat Ketiga Datong di Shanxi juga menuntut gaji karena mereka harus bekerja setidaknya 15 jam sehari dan gaji tidak dibayar.
Pada 16 Januari 2023, staf medis di Rumah Sakit Kabupaten Luochuan di Shaanxi juga melakukan pemogokan kolektif karena penunggakan gaji.
Pada 30 Oktober, seorang karyawan BUMN di Chaozhou, Guangdong, bermarga Li, mengatakan kepada Radio Free Asia, bahwa karena subsidi pemerintah yang terbatas, sebagian besar rumah sakit pemerintah harus mengumpulkan pendapatan sendiri untuk bertahan. Dengan pengurangan subsidi pemerintah, banyak rumah sakit sudah kesulitan untuk mempertahankan operasi dasar.
Li mengatakan, “Sekarang banyak perusahaan yang tutup, rumah sakit bahkan tidak bisa membayar gaji pokok, karena subsidi pemerintah tidak memadai dan pengajuan biaya pengeluaran juga tidak bisa dilakukan dengan lancar. Keuangan dan jaminan kesehatan di Tiongkok menghadapi risiko kehancuran.” (Jhon)
Sumber : Secretchina.com