EtIndonesia. Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, dalam wawancara eksklusif dengan Sky News baru-baru ini, untuk pertama kalinya mengungkapkan kondisi untuk menerima perjanjian gencatan senjata: “Menempatkan wilayah Ukraina yang belum diduduki Rusia di bawah perlindungan NATO”, memungkinkan negosiasi diplomatik selanjutnya mengenai pengembalian wilayah lain.
Zelenskyy menyatakan, jika NATO dapat memberikan keanggotaan kepada wilayah Ukraina yang tidak diduduki Rusia, itu akan mengakhiri tahap intens konflik. Belakangan ini, ada laporan media bahwa Trump, yang akan kembali ke Gedung Putih, mungkin meminta Ukraina untuk menyerahkan wilayah kepada Rusia sebagai syarat bagi Ukraina untuk bergabung dengan NATO.
Respons Zelenskyy kepada Sky News mengisyaratkan bahwa wilayah di bawah pendudukan Rusia bisa sementara tidak diikutsertakan ke dalam NATO.
Zelenskyy mengatakan: “Jika kita ingin menghentikan tahap intens dari perang, kita perlu membawa wilayah Ukraina yang kita kontrol ke bawah perlindungan NATO. Kita perlu bertindak cepat. Kemudian di wilayah Ukraina yang diduduki Rusia, Ukraina dapat membawa mereka kembali melalui cara diplomatik.”
Zelenskyy menekankan perlunya gencatan senjata untuk memastikan Putin tidak akan kembali menduduki lebih banyak wilayah Ukraina.
Dia mengatakan: “NATO harus segera melindungi bagian Ukraina yang masih di bawah kontrol Kyiv, kita sangat membutuhkan ini, jika tidak dia akan kembali.”
Mengenai Trump, Zelenskyy menuturkan: “Kita harus bekerja sama dengan presiden baru,agar memiliki pendukung terbesar. Saya ingin bekerja sama secara langsung dengannya, karena ada suara berbeda di sekelilingnya. Itulah mengapa kita tidak perlu (membiarkan) orang-orang di sekitarnya merusak komunikasi kita. Ini tidak akan membantu dan akan merusak. Kita harus mencoba menemukan model baru. Saya ingin berbagi ide dengan dia, saya ingin mendengar pendapatnya.”
Selama konflik, Zelenskyy tidak pernah menyatakan bahwa dia akan menyerahkan wilayah Ukraina yang diduduki kepada Rusia, termasuk Krimea yang diduduki Rusia pada Februari 2014 dan kemudian secara resmi dianeksasi pada bulan berikutnya.
Dia mengatakan, Konstitusi Ukraina tidak memungkinkan hal ini, satu-satunya cara adalah jika orang-orang di wilayah tersebut setuju untuk berpisah. Konsesi terbesar yang pernah dia buat adalah pada Juli lalu dalam wawancara dengan Le Monde di Prancis, saat itu dia mengatakan, jika wilayah-wilayah tersebut dalam referendum yang bebas dan adil memilih untuk bergabung dengan Rusia. Namun, dia menyatakan, Kyiv harus mengendalikan wilayah tersebut untuk dapat mengadakan pemungutan suara tersebut.
Saat ini, sekitar 1/5 wilayah Ukraina masih di bawah kendali Rusia. Pada September 2022, Rusia secara sepihak mengumumkan aneksasi wilayah-wilayah di Ukraina seperti Oblast Donetsk, Kherson, Luhansk, dan Zaporizhzhia setelah referendum yang tidak diakui secara internasional.
Pendirian Zelenskyy adalah bahwa wilayah-wilayah ini masih milik Ukraina, pendudukan Rusia atas wilayah tersebut ilegal, dan Kyiv tidak akan menyerahkan wilayah apa pun untuk mencapai kesepakatan damai. Rusia menuntut Ukraina untuk menyerahkan wilayah-wilayah tersebut sebelum duduk bersama untuk negosiasi. (jhn/yn)