Direktur FBI yang Baru Ditunjuk Hingga Trump Bangun Tembok Tarif untuk Menghalau Narkoba dan Imigrasi Ilegal

ETIndonesia. Berita terbaru, pada 30 November, Donald Trump mengumumkan melalui media sosial bahwa ia akan mencalonkan Kash Patel, 44 tahun, sebagai Direktur Biro Investigasi Federal (FBI) yang baru. 

Patel dikenal sebagai pendukung setia gerakan “MAGA” (Make America Great Again). Pengumuman ini mengejutkan media Amerika Serikat.

Menurut Associated Press, penunjukan Kash Patel sebagai Direktur FBI dianggap sebagai “bom besar” yang diluncurkan Trump kepada kelompok elit politik Washington.

Penunjukan Pejabat Baru dalam Pemerintahan Trump

Minggu ini, Trump terus memproses penunjukan pejabat baru untuk pemerintahannya, termasuk Jamieson Greer sebagai Perwakilan Dagang Amerika Serikat atau The Office of the United States Trade Representative (USTR). 

Greer dikenal dengan sikapnya yang keras terhadap Partai Komunis Tiongkok (PKT). Ia pernah menjadi kepala staf Perwakilan Dagang AS sebelumnya, menyatakan bahwa tarif memiliki nilai strategis dalam menekan praktik perdagangan yang tidak adil oleh PKT.

Selain itu, dua kasus hukum yang sebelumnya diajukan oleh Jaksa Khusus Departemen Kehakiman AS terhadap Trump telah dibatalkan. 

Trump juga berkomitmen untuk fokus menangani masalah imigrasi ilegal. Ia mengancam akan mencabut fasilitas bebas bea untuk Meksiko dan Kanada, serta memberlakukan tarif 25% jika kedua negara tidak memperbaiki masalah imigrasi ilegal dan penyelundupan narkoba.

Kasus Hukum Trump Dibatalkan

Pada 25 November, Jaksa Khusus Jack Smith mengumumkan pembatalan dua dakwaan terhadap Trump terkait dugaan upaya membalikkan hasil pemilu 2020 dan membawa dokumen rahasia ke resor pribadinya, Mar-a-Lago.

Kasus lain, termasuk yang diajukan oleh Jaksa Wilayah Fulton County di Georgia dan Jaksa Manhattan, juga mengalami perkembangan baru. Kasus di Georgia ditunda karena kredibilitas pengacara luar yang disewa dipertanyakan, sedangkan kasus di Manhattan, yang dikenal sebagai “kasus uang tutup mulut,” ditunda oleh Mahkamah Agung Negara Bagian New York karena Trump terpilih kembali sebagai Presiden.

Penanganan Masalah Imigrasi

Tim Trump sudah menandatangani nota kesepahaman dengan Kantor Presiden Joe Biden untuk memulai proses transisi pemerintahan. 

Tom Homan, yang dicalonkan sebagai Direktur ICE (Imigrasi dan Penegakan Bea Cukai), menyatakan bahwa pemerintahan Trump akan memperketat pengawasan perbatasan dan melakukan deportasi massal. Texas juga menyatakan kesediaannya untuk menyediakan lahan bagi fasilitas pendukung penanganan imigrasi ilegal.

Diperkirakan ada sekitar 11 juta imigran ilegal di Amerika Serikat saat ini, dan penanganan masalah ini belum sebanding dengan kecepatan masuknya imigran baru.

Tarif Baru untuk Meksiko dan Kanada

Trump mengumumkan bahwa ia akan mengenakan tarif 25% terhadap produk dari Meksiko dan Kanada hingga kedua negara berhasil menangani masalah imigrasi ilegal dan penyelundupan narkoba. 

Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau, segera mengadakan pertemuan dengan para gubernur provinsi dan bertemu langsung dengan Trump pada 29 November. Presiden Meksiko, Claudia Sheinbaum, juga melakukan percakapan telepon dengan Trump untuk membahas langkah-langkah yang telah diambil negaranya.

Masalah Fentanyl dan Tarif terhadap Partai Komunis Tiongkok

Trump menyatakan bahwa selain membahas imigrasi ilegal, ia dan Sheinbaum juga berdiskusi tentang cara menghentikan masuknya fentanyl ke Amerika Serikat. Fentanyl, yang dianggap sebagai ancaman terbesar oleh Badan Penegakan Narkoba AS, sebagian besar diproduksi di Tiongkok. Trump telah memutuskan untuk memberlakukan tarif 10% pada produk Tiongkok untuk menekan aliran fentanyl.

Ancaman dan Investigasi FBI

Pekan ini, beredar ancaman bom yang ditujukan kepada pejabat kabinet dan calon pejabat pemerintahan Trump. FBI telah mengkonfirmasi ancaman ini dan segera melakukan penyelidikan. (Hui)

Sumber : NTDTV.com