Mengapa NATO Belum Mengundang Ukraina untuk Bergabung?

EtIndonesia. Presiden Zelenskyy pada hari Minggu (1/12) dalam konferensi pers di Kyiv menyerukan kepada Amerika Serikat bahwa Amerika masih memiliki waktu untuk meyakinkan para “skeptis” di Eropa untuk mengundang Ukraina bergabung dengan NATO, menyatakan bahwa undangan tersebut harus mencakup seluruh wilayah Ukraina, sambil mengakui bahwa mekanisme keamanan kolektif aliansi militer lintas Atlantik tidak berlaku untuk wilayah yang diduduki Rusia.

Presiden terpilih AS,  Donald Trump, yang akan menjabat pada 20 Januari 2025 mendatang, telah menyatakan bahwa dia dapat mengakhiri perang di Ukraina dalam satu malam setelah berkuasa, membuat Uni Eropa khawatir dia akan menghentikan bantuan militer yang sangat dibutuhkan oleh Ukraina.

Zelenskyy, yang memiliki pengalaman tidak menyenangkan dengan Trump selama masa jabatan pertama Trump, semakin merasakan urgensi dan seriusnya masalah tersebut.

Zelenskyy pada hari Jumat (29/11) menekankan kembali pernyataan yang sama kepada media, menyatakan jika wilayah Ukraina yang belum atau tidak diduduki Rusia dilindungi oleh NATO, dia bersedia mempertimbangkan gencatan senjata.

Dia mengatakan: “Jika kita ingin menghentikan fase panas dari perang, kita perlu membawa wilayah Ukraina yang kita kontrol di bawah payung perlindungan NATO,” kemudian masalah dapat “diselesaikan secara diplomatik” untuk merebut kembali wilayah timur Ukraina yang diduduki.

Tidak hanya Uni Eropa dan Zelenskyy yang merasakan seriusnya masalah ini, Presiden AS yang akan segera lengser, Biden, juga menyadari betapa seriusnya masalah tersebut, yang mendorongnya untuk akhirnya memutuskan mengizinkan Ukraina menggunakan rudal jarak jauh Amerika ke dalam wilayah Rusia. Namun, apakah ini semua sudah terlambat?

Presiden Rusia Putin juga melakukan upaya maksimal untuk membuat Barat mundur, tidak segan-segan meluncurkan rudal balistik hipersonik ke Kyiv, bahkan kembali mengancam dengan senjata nuklir.

Ancaman Putin bisa memiliki dua dampak: satu, membuat Barat menyadari betapa seriusnya masalah ini dan menerima permintaan Ukraina untuk segera menyediakan lebih banyak senjata yang lebih efektif dan mengeluarkan undangan untuk bergabung dengan NATO; atau dua, justru memainkan ke dalam perangkap Putin, membuat Barat lebih berhati-hati dalam mendukung Ukraina, takut melangkah lebih jauh dalam masalah NATO, sehingga secara substansial membantu Moskow.

Situasi di garis depan Ukraina sangat tidak menguntungkan bagi Ukraina. Sementara pasukan Rusia mengonsolidasikan wilayah Ukraina timur yang telah mereka duduki, mereka juga terus maju di front timur, membuat Ukraina semakin sulit untuk mempertahankan wilayah Kursk Rusia yang mereka kontrol sebagai chip (tawar menawar) negosiasi untuk negosiasi mendatang. Setelah pasukan Korea Utara bergabung dengan Rusia, menjadi semakin sulit untuk mempertahankan Kursk.

Tim Trump mengklaim bahwa setelah mengambil alih kekuasaan, Trump ingin memfasilitasi perundingan damai Rusia-Ukraina, namun Ukraina khawatir ini akan menjadi perundingan yang merugikan kepentingan dasar Ukraina. Karena itu, Zelenskyy tidak menutup kemungkinan negosiasi semacam itu, tetapi dia dengan jelas menyatakan syarat Ukraina, yang didasarkan pada keamanan yang dapat dijamin bagi Ukraina, pertama, Ukraina memiliki kemampuan untuk bertempur dengan musuh ; kedua, wilayah Ukraina mendapat perlindungan yang diperlukan dari sekutu barat.

Ketua Dewan Eropa, Antonio Costa, dan Kepala Urusan Luar Negeri Uni Eropa, Kaja Kallas, baru-baru ini mengunjungi Kyiv sebagai tanda dukungan.

Zelenskyy menekankan kepada kedua pemimpin Uni Eropa tersebut bahwa, sebelum pembicaraan untuk mengakhiri perang invasi Rusia terhadap Ukraina, Ukraina membutuhkan lebih banyak senjata untuk pertahanan diri serta jaminan keamanan dari NATO.

Setelah Ukraina meluncurkan rudal jarak jauh buatan Inggris-Amerika dan Rusia meluncurkan rudal balistik hipersonik baru dan mengeluarkan ancaman nuklir, kini adalah saat genting konfrontasi antara Moskow dan Barat. Tekanan untuk negosiasi antara Ukraina dan Moskow semakin meningkat, termasuk beberapa sekutu Kyiv juga ikut bergabung.

Dapat dibayangkan betapa besarnya tekanan yang dihadapi oleh pemimpin negara yang terus menerus diserang oleh Rusia.

Zelenskyy, yang telah melalui ujian perang, dengan tenang menyampaikan kepada pemimpin Uni Eropa bahwa Ukraina membutuhkan senjata, terutama berbagai jenis senjata jarak jauh dalam jumlah yang cukup. Zelenskyy sekali lagi mendesak Barat, agar mengambil langkah besar menuju penggabungan Ukraina ke dalam NATO, dengan mengatakan: “Undangan untuk bergabung dengan NATO adalah terkait kemampuan kami untuk bertahan hidup.”

Apakah Barat masih ragu-ragu dan terperangkap dalam ancaman nuklir Putin, yang awalnya meluncurkan invasi terhadap Ukraina dengan alasan absurd untuk mencegah Ukraina mendekat ke Organisasi Perjanjian Atlantik Utara (NATO)? Sekarang, seiring dengan invasi Rusia telah menjadi kenyataan, apakah Barat masih akan terikat oleh “aturan” Putin dan takut mengambil langkah besar dalam masalah keanggotaan NATO untuk Ukraina?

Presiden Zelenskyy sangat jelas dalam tujuannya, dia dengan tegas mengatakan kepada kedua pemimpin Uni Eropa: “Ketika kita memiliki semua elemen yang saya usulkan di atas, kita akan menjadi kuat, dan kita akan menetapkan jadwal untuk berunding dengan pembunuh.”

Zelenskyy di sini menggunakan “pembunuh” untuk mendefinisikan agresor Rusia, mencakup semua kekejaman, pembunuhan, dan pendudukan yang telah dilakukan Rusia di tanah air Ukraina selama beberapa tahun terakhir, dan semua kenangan tentang rakyat Ukraina yang berjuang untuk melindungi tanah air mereka.

Zelenskyy menyampaikan pemikirannya dengan nada yang sangat berat dan sedih. Ini juga menyiratkan mengapa sekarang tidak mungkin duduk bersama Rusia untuk bernegosiasi, karena pembunuh masih membunuh, dan hanya ketika Ukraina mampu melindungi diri dari pembunuhan itulah mereka bisa duduk untuk bernegosiasi.

Kallas mengakui: “Jaminan keamanan terbesar adalah bergabung dengan NATO,” namun para diplomat Barat tetap yakin bahwa kemungkinan Ukraina menjadi anggota penuh masih kecil, karena sebagian besar negara anggota takut akan ditarik ke dalam perang dengan Rusia.

Kallas, dengan posisi anti-Rusia yang kuat sebagai kepala diplomasi Uni Eropa yang baru, mengatakan kepada Zelenskyy bahwa Uni Eropa tidak akan mengecualikan pengiriman pasukan untuk menjalankan kemungkinan gencatan senjata. 

Dia mengatakan: “Kita harus menjaga ambiguitas strategis dalam masalah ini.”

Waktu tidak banyak tersisa, sementara wilayah Ukraina terus terkikis.(jhn/yn)

FOKUS DUNIA

NEWS