Trump baru-baru ini kembali memberikan peringatan bahwa jika negara-negara BRICS mencoba merusak dominasi dolar AS, tarif impor sebesar 100% akan diberlakukan. Para ahli menilai hal ini akan menjadi pukulan berat bagi inisiatif “Belt and Road” yang digagas oleh Partai Komunis Tiongkok (PKT).
ETIndonesia. Pada 30 November, Trump menulis di platform “Truth Social” bahwa negara-negara BRICS sebaiknya tidak bertindak gegabah. Jika tidak, mereka tidak hanya akan menghadapi tarif 100%, tetapi juga bisa kehilangan akses ke pasar ekonomi AS.
“Amerika Serikat adalah pasar barang konsumsi terbesar di dunia. Jika AS memberlakukan tarif tinggi terhadap produk-produk Tiongkok atau dari negara-negara yang terlibat dalam Belt and Road, ekspor dari Tiongkok dan negara-negara tersebut bisa mengalami penurunan drastis,” ujar David Huang, ekonom yang berbasis di AS.
PKT, yang selama ini memimpin negara-negara BRICS, terus mendorong agenda “dedolarisasi” dan mempromosikan perdagangan lintas batas menggunakan yuan. Namun, lebih dari 85% surplus devisa PKT selama 20 tahun terakhir berasal dari AS. Para analis memperkirakan, jika AS menerapkan tarif 100%, PKT akan menghadapi dampak ganda.
“Kebijakan ini akan memaksa cadangan devisa PKT terkuras dengan cepat. Selain itu, jangan lupa bahwa saat ini PKT harus mengalokasikan lebih dari ratusan miliar dolar setiap tahunnya untuk mendukung negara-negara di Asia, Afrika, dan Amerika Latin yang terlibat dalam Belt and Road. Dengan kontrak-kontrak yang telah ditandatangani, PKT tidak punya pilihan selain mematuhi komitmen ini, jika tidak ingin dianggap gagal memenuhi kewajiban. Hal ini bisa memberikan pukulan serius bagi PKT,” ujar David Huang.
Diluncurkan pada tahun 2013, proyek Belt and Road bertujuan untuk memperluas pengaruh PKT melalui investasi infrastruktur di negara-negara mitra. Namun, proyek ini telah membuat banyak negara terjebak dalam krisis utang dan menuai kritik dari Amerika Serikat serta Uni Eropa.
Pada 2 Desember, pemimpin PKT menghadiri pertemuan kerja keempat Belt and Road di Beijing dan mengakui bahwa situasi internasional yang dihadapi PKT saat ini sangat sulit dan kompleks. Para analis percaya, dengan tekanan internal dan eksternal yang besar, ambisi PKT untuk menyaingi Amerika Serikat melalui Belt and Road akan sulit terwujud.
“Tarif tinggi dapat memaksa perusahaan-perusahaan PKT untuk menyesuaikan kembali rantai pasokan mereka, mencari pasar atau basis produksi alternatif, yang akan meningkatkan biaya operasional dan memperlambat pelaksanaan proyek-proyek Belt and Road,” kata Sun Kuo-hsiang, profesor di Universitas Nanhua, Taiwan.
David Huang menambahkan: “Jika kebijakan Trump memperkuat posisi dominan dolar AS secara internasional, kemampuan negara-negara Belt and Road untuk melunasi utang mereka akan berkurang drastis. Hal ini karena mereka bergantung pada dolar untuk membeli barang dan teknologi penting. Pada akhirnya, ini akan melemahkan investasi PKT, karena sebagian besar investasi PKT diselesaikan dalam yuan.” (Hui)
Sumber : NTDTV.com