Forum Elite – NTD & Epoch Times
Kemenangan Donald Trump dalam pemilu membawa dampak besar bagi dunia. Tujuan strategis terbesar yang ingin dicapai Partai Komunis Tiongkok dalam 10 tahun terakhir dan 10 tahun ke depan adalah menyatukan Taiwan. Dengan terpilihnya Trump sebagai Presiden Amerika Serikat, perubahan besar apa saja yang akan terjadi pada strategis tersebut?
Profesor Yuan Hongbing mengungkapkan, bahwa laporan terbaru dari lembaga pemikir militer Tiongkok menyebut kemenangan Trump pasti akan membawa perubahan besar dalam geopolitik internasional, dan PKT telah bersiap untuk menghadapi Amerika Serikat di Selat Taiwan dalam pertempuran yang menentukan abad ini.
Laporan militer Tiongkok: Siap menghadapi AS dalam pertempuran yang menentukan abad ini
Yuan Hongbing, seorang profesor hukum yang tinggal di Australia mengatakan, bahwa militer Tiongkok telah membentuk sebuah wadah pemikir sementara yang dikoordinasikan oleh Zhang Youxia, agen Xi Jinping di militer, dengan sejumlah pakar dan cendekiawan terkemuka yang diambil dari Markas Besar Staf Gabungan, Universitas Pertahanan Nasional, dan Kementerian Luar Negeri Tiongkok. Ketika hasil pemilu AS masih belum diputuskan, lembaga think tank ini sudah dapat menilai bahwa Trump memiliki probabilitas yang tinggi untuk terpilih.
Oleh karena itu, pada September 2024, lembaga think tank ini memberikan laporan kepada Komisi Militer Pusat dan Kantor Ketua Komisi Militer Pusat yang isinya menyebutkan, bahwa perubahan besar dalam geopolitik internasional pasti terjadi begitu Trump memenangkan pemilu.
Oleh karena itu, Partai Komunis Tiongkok mau tidak mau harus menanggalkan segala ilusi yang pernah ada, dan bersiap untuk berjuang menghadapi situasi yang paling berbahaya, bersiap untuk menghadapi AS di Selat Taiwan dalam pertempuran yang menentukan abad ini. Inilah kesimpulan dari laporan tersebut.
Yuan Hongbing mengatakan, bahwa penilaian lembaga think tank tersebut juga menyinggung soal fokus strategis AS yang mungkin akan beralih ke Asia-Pasifik, bahkan di wilayah sekitar Tiongkok setelah Trump menjabat.
Sejak runtuhnya Uni Soviet, pusat gravitasi politik internasional sebenarnya telah bergeser ke kawasan Asia-Pasifik. Hanya saja beberapa politisi dan cendekiawan Barat tidak mau mengakui fakta ini karena pengaruh Eurosentrisme tradisional.
Namun Trump, calon anggota kabinet dan tim lembaga think tanknya sangat sensitif terhadap masalah ini, mereka telah mengkonfirmasi kenyataan ini. Nanti setelah Trump kembali duduk di Gedung Putih untuk kedua kalinya, salah satu tujuan utama kebijakan luar negerinya adalah menanggapi pergeseran de facto dalam pusat politik internasional ini.
Faktanya, Mike Waltz, penasihat keamanan nasional yang dicalonkan Trump telah menegaskan bahwa masa depan diplomasi AS akan fokus pada 3 aspek: Pertama, mencegah perang Rusia-Ukraina. Kedua, mencegah perang di Timur Tengah, dan perang Israel-Hamas. Ketiga, untuk menghadapi tantangan PKT. Oleh karena itu, setelah Trump kembali ke Gedung Putih, prioritas utamanya dalam kebijakan luar negeri dan geopolitik internasional adalah mengakhiri perang Rusia-Ukraina.
PKT akan mencegah gencatan senjata Rusia-Ukraina dan meningkatkan persiapan untuk menyerang Taiwan
Yuan Hongbing menilai bahwa, inti dari rencana Trump untuk menghentikan perang Rusia-Ukraina adalah, bagi Ukraina, tentunya dengan memberikan teritorialnya sebagai imbalan atas perdamaian. Sebenarnya Trump memiliki 2 tujuan dengan gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina. Tujuan pertama adalah AS harus menarik diri dari medan perang Rusia-Ukraina dan dari Eropa, serta mengalihkan perhatian dan kemauan nasional AS ke kawasan Asia-Pasifik, lebih tepatnya, ke kawasan Selat Taiwan.
Pada saat yang sama, ia juga memiliki tujuan yang lebih dalam, yaitu membongkar poros kejahatan yang telah dibentuk oleh PKT, Rusia, Iran, dan Korea Utara. Hal ini telah Trump sampaikan dengan sangat jelas dalam wawancara dengan stasiun TV Amerika Serikat ketika ia mengkritik keras jalur diplomasi Biden. Trump mengatakan, bahwa tidak terbayangkan jika keempat negara ini sampai bersatu.
Bagaimana PKT menanggapi langkah diplomatik besar yang dilakukan Trump ini? Analisis dari lembaga pemikir militer Tiongkok berfokus pada dua aspek berikut.
Pertama adalah mereka percaya bahwa seluruh kebijakan luar negeri Trump termasuk kebijakannya dalam menghentikan perang Rusia-Ukraina juga akan menghasilkan serangkaian efek samping, terutama terhadap banyak sekutu AS, seperti Uni Eropa, Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Taiwan, yang baru berani melangkah keluar dari keadaan awal yang melankolis sejak berada di bawah kepemimpinan pemerintahan Biden, dan baru mulai memberikan sanksi penuh kepada Rusia dan mendukung perjuangan Ukraina.
Jika Trump ingin menghentikan perang ini, maka isi inti dan prasyarat utamanya adalah meminta Ukraina untuk memberikan teritorialnya sebagai imbalan atas perdamaian. Hal ini pasti akan berdampak negatif yang sangat besar terhadap reputasi AS.
Oleh karena itu, lembaga pemikir militer Tiongkok menyarankan agar Partai Komunis Tiongkok memanfaatkan situasi itu sebagai pintu masuk untuk memecah belah hubungan antara Amerika Serikat dan sekutunya, merusak kredibilitas nasional Amerika Serikat, kemudian melakukan tindakan diplomatik besar lainnya. Artinya, bahwa PKT harus melakukan upaya terbaiknya untuk mencegah perang Rusia-Ukraina memasuki kondisi gencatan senjata sesuai yang diinginkan oleh AS.
Jadi, bagaimana Partai Komunis Tiongkok menghalangi upaya diplomasi Amerika Serikat? Tidak lain melalui memperkuat lebih lanjut pertukaran politik, ekonomi, budaya dan militer dengan Rusia. Dan lebih lanjut melalui negara boneka, seperti Iran atau Korea Utara untuk memasok senjata dan sumber daya ekonomi kepada Rusia. Pada saat yang sama, juga mendukung Korea Utara untuk mengirimkan 100.000 pasukan khusus ke medan perang Rusia-Ukraina. PKT percaya bahwa tercapainya tujuan ini akan membuat Trump mengalami kemunduran diplomatik yang sangat signifikan.
Itulah saran-saran yang diberikan oleh lembaga pemikir militer Tiongkok kepada Komisi Militer, kata Yuan Hongbing. Yang jelas bahwa lembaga pemikir militer telah menyadari bahwa krisis terbesar dalam rencana strategis tirani Partai Komunis Tiongkok untuk menyerang Taiwan dan menyelesaikan masalah Taiwan berasal dari keberhasilan Trump dalam mengakhiri perang Rusia-Ukraina.
Selain keberhasilan Trump membentuk aliansi baru dengan Rusia yang selanjutnya akan mempolarisasi hubungan antara Rusia dan Partai Komunis Tiongkok. Dengan demikian, maka PKT akan kehilangan kekuatan strategis serta basis logistik energi dan makanan yang sangat besar ketika ia melancarkan perang di Selat Taiwan. Oleh karena itu, jika situasi ini terjadi, maka Partai Komunis Tiongkok akan menghadapi gempuran dari depan dan belakang. Lembaga think tank militer Tiongkok sudah menyadari tentang hal tersebut.
Oleh karena itu, persyaratan dasar yang diajukan oleh lembaga pemikir militer Tiongkok adalah, mengingat Trump membutuhkan waktu untuk merealisasikan strategi diplomatiknya, jadi PKT perlu mengejar waktu dalam menyelesaikan masalah Taiwan sebelum Trump berhasil mendisintegrasi hubungan diplomatik antara PKT dan Rusia, juga sebelum Trump dan Rusia membentuk aliansi strategis yang baru.
PKT harus betul-betul memanfaatkan “periode jendela strategis”, sebuah istilah yang sering digunakan Xi Jinping, yaitu waktu sebelum tahun 2027 untuk menyelesaikan masalah Taiwan. Jadi ditinjau dari sudut pandang ini besar kemungkinan PKT akan mengintensifkan persiapan invasi ke Taiwan.
Fuo Jun, seorang awak media senior mengatakan, dirinya percaya bahwa keinginan PKT untuk menginvasi Taiwan tidak akan berubah dan tidak mungkin diubah. Sesungguhnya strategi ini harus diubah, karena tujuan strategis biasanya akan berubah menjadi kelemahan jika terlalu dipaksakan, yang malahan menjadi sasaran serangan lawan.
Dengan kata lain, tujuan strategis itu akan menjadi sebuah tombol pengobar pertempuran begitu situasi konfrontasi dan konflik terbentuk. Hanya saja soal kapan, di mana dan bagaimana berperangnya menjadi kunci inisiatif ini.
Lawan akan memiliki satu tombol lagi untuk mengambil inisiatif, jika Anda mempunyai lagi tujuan strategis lainnya yang juga memerlukan respon kuat. Namun bagi Partai Komunis Tiongkok, selama sekitar satu dekade terakhir, ia telah menghubungkan dirinya dan masyarakat Tiongkok dengan tombol tersebut.
Baru-baru ini Fuo Jun melihat berita di beberapa media sosial yang menyebutkan bahwa beberapa selebaran dan slogan anti-komunis yang isinya menggabungkan anti-komunisme dengan anti-imperialisme, kapitalisme muncul di Tiongkok daratan. Sesungguhnya nasionalisme dan etatisme adalah pedang bermata dua.
Jadi, Xi Jinping sedang berada dalam situasi yang sangat pasif saat ini, kata Guo Jun. Bagaimana tidak? Xi Jinping telah merevisi kemudian menetapkan Konstitusi Partai pada Kongres Nasional Partai Komunis Tiongkok ke-19 tahun 2017, agar dirinya bisa terpilih kembali.
Alasan yang membuat partai yakin terhadap dirinya adalah ia adalah pemimpin yang mampu menyelesaikan masalah Taiwan. Meskipun ia mengusulkan butuh waktu 10 tahun untuk merebut kembali Taiwan dan 10 tahun lagi untuk menstabilkan situasi. 10 tahun berarti tahun 2027. Sebentar lagi kita sudah memasuki tahun 2025. Jadi, tinggal 2 tahun untuk merealisasikan janjinya. Jika masalah ini tidak diselesaikan dalam waktu 2 tahun, atau penyesuaian dan perubahan strategis yang besar tidak dilakukan dalam waktu tersebut, jelas Xi Jinping harus berhadapan dengan keraguan dan tantangan dari internal PKT.
Bagi sistem kediktatoran pribadi yang otokratis, jika pondasi kekuasaan pribadi sang diktator tersebut sangat kokoh dan rasa amannya tinggi, maka akan lebih mudah baginya untuk melakukan beberapa penyesuaian strategis. Namun jika landasan kekuasaan dari sang diktator tersebut tidak kokoh atau stabil, tetapi ia lebih mengandalkan suatu tujuan bersama sebagai landasan otoritas pribadinya, maka ia akan menghadapi kesulitan untuk mengubah strategi besar, dan risikonya pun tidak kecil.
Apalagi bagi tirani oligopoli terdiri dari beberapa orang yang mau mengubah strategi besar, tantangannya akan menjadi semakin besar. Oleh karena itu meskipun PKT masih memiliki 1 atau 2 tahun “jendela waktu”, tetapi ini adalah periode yang sangat berbahaya.
Apakah pertempuran yang menentukan antara AS-PKT akan meletus dalam 4 tahun ke depan?
Li Jun mengatakan bahwa sejak terpilih, Trump telah menyelesaikan sebagian besar penunjukan anggota kabinetnya, dan pada dasarnya mereka semua adalah orang yang beraliran elang perang, atau bersikap keras terhadap PKT. Hal ini telah membuat PKT sangat pusing.
Marco Rubio, calon Menteri Luar Negeri AS telah memiliki lebih dari sepuluh tahun pengalaman melawan PKT dan merupakan tokoh super elang anti-komunis yang paling gigih dalam politik Amerika Serikat. Rubio menjabat sebagai senator federal pada tahun 2013.
Selama masa jabatannya, ia dengan penuh semangat mempromosikan Undang-Undang Kebijakan Hak Asasi Manusia Uighur dan Undang-Undang Hak Asasi Manusia dan Demokrasi Hong Kong, yang secara langsung memberikan dampak buruk bagi PKT.
Pada Juli 2024, ia mengusulkan RUU Perlindungan terhadap Falun Gong, yang mewajibkan sanksi terhadap entitas Tiongkok dan asing yang mengambil organ dari praktisi Falun Gong yang masih hidup. Rubio juga berulang kali mengkritik langsung pemerintahan Xi Jinping sebagai totalitarianisme, genosida, dan agresi terhadap Amerika Serikat dan sekutunya.
Pada tahun 2020, Rubio dua kali dijatuhi sanksi dan dilarang masuk ke Tiongkok daratan oleh Partai Komunis Tiongkok karena tuduhan genosida di Xinjiang dan insiden merusak kebebasan di Hong Kong. Namun dia mengatakan, merupakan suatu kehormatan baginya untuk diberi sanksi oleh Partai Komunis Tiongkok.
Dengan naiknya Rubio ke jenjang Menlu AS, PKT jadi lebih pusing soal apakah harus mencabut sanksi atau tidak menjalin hubungan apa pun dengan Rubio selama 4 tahun ke depan? Jika tetap terkena sanksi, maka dia tidak bisa masuk ke Tiongkok.
Selain itu, Rubio juga sangat mementingkan hubungan AS-Taiwan. Selama masa jabatannya di Senat, ia sudah bertemu dengan Tsai Ing-wen dan Lai Ching-te. Selain itu, ia berulang kali membuat pernyataan publik untuk mendukung Taiwan dan menegaskan kembali pentingnya Undang-Undang Hubungan Taiwan. Selama pemilu 2016, ia kalah dari Trump di pemilihan pendahuluan partai lalu mengundurkan diri. Kini setelah Trump menempatkannya sebagai Menteri Luar Negeri AS, bisa dibayangkan bahwa masa depannya tidak terbatas.
Li Jun mengatakan bahwa sekarang anggota kabinet baru Trump secara terbuka sedang membahas soal cara memisahkan diri dari PKT, cara mengakhiri perang Rusia-Ukraina sesegera mungkin, cara melindungi Taiwan, memperkuat persenjataan militer, dan lain-lain. Bagi Partai Komunis Tiongkok, lingkungan internasional benar-benar sedang berada di luar kendalinya seperti kapal yang berlayar di samudera yang sedang bergelora dahsyat.
Yuan Hongbing mengatakan bahwa meskipun sebagai seorang pengusaha, tetapi Trump juga seorang idealis yang penuh semangat. Cita-citanya sangat jelas. Dia ingin menjadikan Amerika Serikat hebat lagi dan menciptakan masa keemasan bagi negaranya.
Sedangkan Xi Jinping, singkatnya strategi nasional Xi Jinping adalah perluasan totalitarianisme komunis secara global. Oleh karena itu, dari sudut pandang strategi besar, dapat dikatakan bahwa cita-cita Trump dan strategi nasional Xi Jinping tidak sejalan, saling bertolak belakang sehingg tidak dapat didamaikan.
Trump adalah seorang tokoh yang mengakhiri gagasan pemuasan (appeasement). Dia telah mengakhiri gagasan pemuasan yang dianut Barat terhadap Partai Komunis Tiongkok selama beberapa dekade terakhir yang secara tak langsung mendorong PKT berbuat jahat akibat toleransi yang tidak berprinsip. Jelas, PKT akan melancarkan serangan balik terhadapnya, dan sangat mustahil bagi Trump untuk berkompromi. Trump tidak dapat diubah oleh dunia luar, apalagi oleh PKT. Malahan dia yang ingin mengubah dunia.
Yuan Hongbing mengatakan, jika kita tinjau dari perspektif strategis besarnya, dapat diprediksikan bahwa dalam 4 tahun ke depan, tidak hanya akan ada konflik sengit antara Amerika Serikat dan tirani Partai Komunis Tiongkok, namun konflik politik, ekonomi, budaya, dan diplomatik ini dapat berkembang menjadi konflik senjata.
Jadi pertempuran di Selat Taiwan mungkin dapat menjadi pertempuran yang menentukan antara Amerika Serikat dan Partai Komunis Tiongkok yang mempertaruhkan nasib nasionalnya. Inilah posibilitas yang menurut Yuan Hongbing bisa terjadi dalam 4 tahun ke depan. (sin)