Wabah Penyakit Misterius Menyebabkan  71 Orang Meninggal Dunia di Kongo 

Orang-orang jatuh sakit dengan gejala mirip flu

ETIndonesia. Sebanyak 71 orang  dikonfirmasi meninggal dunia akibat wabah penyakit misterius di Kongo, kata Menteri Kesehatan negara tersebut pada 5 Desember.

Korban tewas yang dikonfirmasi termasuk 27 orang yang meninggal di rumah sakit dan 44 orang di komunitas di Provinsi Kwango bagian selatan, ujar Menteri Kesehatan Kongo, Roger Kamba dalam sebuah pengarahan.

“Pemerintah Kongo sedang dalam status siaga umum terkait penyakit ini,” kata Kamba, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

Gejala dalam wabah ini meliputi demam, sakit kepala, batuk, dan anemia. Para ahli epidemiologi telah berada di wilayah tersebut untuk mengambil sampel dan menyelidiki penyakit ini. 

“Penyakit ini tampaknya mirip dengan penyakit pernapasan, tetapi sulit untuk membahas bagaimana penyakit ini ditularkan sebelum hasil analisis dari sampel yang dikumpulkan keluar,” jelas Kamba.

Pejabat di Provinsi Kwango sebelumnya melaporkan bahwa antara 67 hingga 143 orang telah meninggal dunia akibat penyakit misterius ini.

Kamba mengatakan dari korban yang meninggal di rumah sakit, 10 pasien meninggal karena kekurangan transfusi darah dan 17 meninggal akibat masalah pernapasan.

Zona kesehatan Panzi, yang terletak sekitar 700 kilometer dari ibu kota Kinshasa, adalah area terpencil di Provinsi Kwango, sehingga sulit diakses. Para ahli epidemiologi membutuhkan dua hari untuk sampai ke sana, tambah Kamba.

Seorang warga Panzi, Claude Niongo, mengatakan bahwa istri dan putrinya yang berusia 7 tahun meninggal dunia akibat penyakit ini.

“Kami tidak tahu penyebabnya, tetapi saya hanya melihat demam tinggi, muntah… dan kemudian kematian,” kata Niongo dalam sebuah wawancara. “Sekarang, pihak berwenang berbicara kepada kami tentang epidemi, tetapi sementara itu, ada masalah perawatan [dan] orang-orang meninggal.”

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengirimkan personel ke Kongo.

“WHO bekerja sama dengan otoritas nasional untuk menindaklanjuti laporan tentang penyakit yang belum teridentifikasi dan memahami situasinya,” kata badan tersebut kepada The Epoch Times melalui email. “Kami telah mengirim tim ke wilayah tersebut untuk mengumpulkan sampel guna investigasi laboratorium.”

Seorang juru bicara Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat mengatakan bahwa lembaga tersebut menyadari adanya laporan penyakit di Kongo, yang secara resmi dikenal sebagai Republik Demokratik Kongo (DRC).

“Staf pemerintah AS, termasuk mereka yang berasal dari kantor CDC AS di Kinshasa, sedang berkomunikasi dengan Kementerian Kesehatan DRC dan siap memberikan dukungan tambahan jika diperlukan,” kata juru bicara tersebut kepada The Epoch Times melalui email.

Kongo, negara berbahasa Prancis di Afrika tengah dengan populasi sekitar 102 juta orang, sudah berurusan dengan wabah mpox. Hingga 1 Desember, sekitar 9.500 kasus telah dikonfirmasi di sana, termasuk beberapa kematian, menurut WHO.

Mpox, yang sebelumnya dikenal sebagai cacar monyet, adalah penyakit virus yang mirip dengan cacar yang terutama menyebar melalui kontak dekat dengan orang yang terinfeksi. Banyak kasus yang dilaporkan terjadi di antara pria yang berhubungan seks dengan pria lainnya.

Selain peningkatan kasus di Kongo, mpox juga telah menyebar ke negara-negara tetangga.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika mengatakan pada November bahwa mereka berharap jumlah kasus akan segera mencapai puncaknya.

“Saya pikir dengan intensifikasi respons ini, kami berharap setelah sekitar empat minggu, kami akan melihat adanya penurunan kurva wabah sebagai hasil dari semua investasi saat ini, dan kemudian menjelang akhir kuartal pertama, kami dapat melihat pembelokan kurva,” ujar Dr. Ngashi Ngongo, seorang pejabat dari lembaga tersebut, dalam sebuah pengarahan. (asr)

Associated Press turut berkontribusi dalam laporan ini

Sumber : The Epoch Times