Ukraina Bikin Gebrakan: Zelenskyy Sambut Pasukan Asing, Putin Terancam Mundur?

EtIndonesia. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengisyaratkan kemungkinan negaranya untuk menerima gagasan penempatan pasukan penjaga perdamaian asing di wilayah Ukraina. Hal ini dia sampaikan usai bertemu dengan Ketua Partai CDU Jerman (oposisi terbesar), Friedrich Merz, pada Sabtu (7 Desember). Zelenskyy juga mengonfirmasi rencana pembicaraan dengan Presiden Amerika Serikat Joe Biden, sambil menegaskan bahwa jika Ukraina jatuh, Presiden Rusia Vladimir Putin akan kembali mengalihkan fokusnya ke Suriah.

Pertimbangan Pasukan Penjaga Perdamaian

Menurut Zelenskyy, Presiden Prancis Emmanuel Macron menyarankan agar sebelum Ukraina resmi bergabung dengan NATO, pasukan internasional dari beberapa negara dapat ditempatkan di Ukraina sebagai jaminan keamanan. Meski begitu, Kyiv tetap mendesak kejelasan mengenai waktu bergabungnya Ukraina dengan Uni Eropa dan NATO. 

Bagi Ukraina, undangan resmi untuk bergabung dengan NATO, meski belum bisa menjadi anggota penuh selama perang berlangsung, akan menjadi sinyal dukungan tegas bagi perjuangan mereka.

“Bergabung dengan NATO adalah satu-satunya jalan mencapai perdamaian yang adil dan abadi,” ujar Zelenskyy, seraya menambahkan bahwa dia berencana berbicara langsung dengan Biden tentang kemungkinan undangan tersebut. Sementara komunikasi dengan Donald Trump saat ini belum dapat dilakukan, mengingat Trump belum menjabat sebagai presiden.

Tekanan bagi Penahanan Putin

Zelenskyy kembali menegaskan bahwa Ukraina adalah pihak yang paling menginginkan akhir konflik. Dia menekankan kepada Trump dan Macron bahwa hanya Ukraina yang kuat mampu memaksa Putin menghentikan agresi. Untuk itu, Kyiv membutuhkan lebih banyak senjata jarak jauh.

Zelenskyy juga menyoroti keruntuhan rezim Bashar al-Assad di Suriah yang terjadi setelah Rusia kehilangan kemampuan mempertahankan dukungannya. Saat ini, sekitar 800 ribu tentara Rusia berada di Ukraina, dan jika Ukraina gagal, Putin akan kembali mengalihkan daya tempurnya ke Suriah.

Keruntuhan rezim Assad, kata Zelenskyy, membuktikan bahwa kekuatan Rusia telah didesak hingga batas oleh perlawanan Ukraina. Suriah, bagi Rusia, adalah jalur transit vital untuk operasi militernya di Afrika. Jika Rusia kehilangan Suriah, maka pengaruhnya di kawasan Afrika pun terancam melemah.

Kondisi Lemah Rusia di Suriah

Laporan CNN mengungkap bahwa Rusia telah meminta bantuan Turki untuk menarik mundur pasukan mereka dari Suriah. 

Para pengamat menilai, jika Moskow sampai harus meminta bantuan pihak lain demi mundur dari Suriah, hal ini menunjukkan kelemahan strategis Rusia saat ini. Assad sendiri dikabarkan berada di Rusia dalam perlindungan Moskow. 

Spekulasi berkembang bahwa Rusia mungkin menyimpan rencana jangka panjang: jika suatu hari kembali ke Timur Tengah, mereka dapat “menghidupkan” kembali rezim boneka Assad demi mempertahankan pengaruh, atau memanfaatkan aset-aset asing milik Assad untuk kepentingan ekonomi serta geopolitik.

Peran Israel dan Pengaruhnya di Timur Tengah

Keruntuhan rezim Assad juga dipercepat oleh langkah-langkah tegas Israel. Seorang mantan perwira intelijen militer Israel bernama Oleg menyatakan bahwa setelah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu berhasil menumpas Hizbullah, efek domino mulai terjadi hingga rezim Assad ikut tumbang. Hizbullah yang sebelumnya memiliki banyak personel di Suriah, kini telah hengkang atau dipindahkan.

Pada 9 Desember 2024, militer Israel memasuki zona penyangga di Dataran Tinggi Golan, menegaskan tidak akan mundur dari wilayah tersebut. Angkatan Udara Israel secara intensif membombardir seluruh armada Angkatan Laut Suriah di Latakia, menghancurkan seluruh aset maritim, serta mempercepat pelumpuhan sistem persenjataan strategis di Suriah, termasuk pesawat tempur dan sistem pertahanan udaranya. Hari itu, Israel dilaporkan menyerang lebih dari 150 sasaran militer di wilayah Suriah.

Selanjutnya, target berikut Israel adalah kelompok Hamas. Utusan Timur Tengah Donald Trump, yang saat ini berada di kawasan tersebut, memperingatkan Hamas agar segera membebaskan sandera sebelum Trump dilantik. Jika pada hari pertama masa jabatan Trump sandera belum dibebaskan, Israel diperkirakan akan mengambil langkah-langkah drastis untuk menindak Hamas.

Kesimpulan

Dinamika konflik di Ukraina tidak hanya mempengaruhi stabilitas Eropa Timur, tetapi juga memiliki dampak luas bagi peta geopolitik di Timur Tengah. Ukraina berusaha mencari jaminan keamanan dari Barat dan menegaskan pentingnya keanggotaan NATO, sementara keruntuhan rezim Assad di Suriah menunjukkan melemahnya pengaruh Rusia secara global. Di sisi lain, Israel memanfaatkan momentum ini untuk memastikan keunggulan strategisnya di kawasan, serta memberi tekanan tambahan kepada kelompok-kelompok bersenjata seperti Hamas. Semua perkembangan ini menandai periode ketidakpastian yang tinggi, baik di Eropa Timur maupun di Timur Tengah.

FOKUS DUNIA

NEWS