EtIndonesia. Menurut laporan International Financial News 10 Desember, statistik dari Al-Arabiya TV menunjukkan bahwa dalam 24 jam terakhir, Israel telah melancarkan lebih dari 100 serangan terhadap basis militer Suriah. Hingga kini, Israel belum memberikan tanggapan resmi terkait hal ini.
Pada 9 Desember waktu setempat di Suriah, Israel melancarkan serangan terhadap ibu kota Damaskus dan beberapa lokasi di Kota Homs. Daerah di sekitar pinggiran barat Damaskus mengalami beberapa kali serangan udara, termasuk serangan terhadap Pusat Penelitian Ilmiah Damaskus (yang dikenal sebagai basis senjata kimia), yang menyebabkan lebih dari empat ledakan.
Dalam beberapa jam, pasukan Israel menghancurkan semua basis pertahanan udara Suriah, sebagian besar bandara militer, armada pesawat tempur MiG-29 dan helikopter Suriah, gudang rudal jarak jauh, gudang senjata strategis, serta puluhan terowongan yang menghubungkan Suriah dan Lebanon.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Miller, dalam konferensi persnya membahas tindakan militer Israel di Suriah. Dia menyatakan bahwa Israel menjelaskan serangan tersebut sebagai langkah sementara untuk melindungi perbatasannya, menyusul penarikan pasukan Suriah dari kawasan tersebut, dan bukan tindakan permanen.
Miller juga menyampaikan harapan AS agar pada akhirnya tercipta stabilitas yang langgeng antara Israel dan Suriah, serta mendukung semua pihak untuk mematuhi Perjanjian Pelepasan Pasukan yang ditandatangani pada tahun 1974.
Beberapa negara Eropa yang terdampak oleh situasi di Suriah telah menangguhkan pemrosesan permohonan suaka dari warga Suriah. Sebelumnya, negara-negara Eropa seperti Belanda, Jerman, Denmark, Belgia, Kroasia, dan Italia telah menghentikan penerimaan permohonan suaka dari warga Suriah.
Sementara itu, Hizbullah Lebanon mengecam serangan Israel terhadap Suriah. Dalam pernyataannya, Hizbullah menegaskan bahwa perluasan pendudukan Israel di Dataran Tinggi Golan dan serangan terhadap kemampuan pertahanan Suriah merupakan pelanggaran serius terhadap kedaulatan Suriah dan akan semakin merusak stabilitas negara tersebut. Hizbullah juga menuduh Israel mengarang alasan palsu untuk membenarkan tindakannya dan menyerukan dunia Arab agar bersatu memberikan tekanan di berbagai bidang untuk menghentikan agresi Israel.
Selain itu, Duta Besar Iran untuk Suriah, Hossein Akbari, pada 8 Desember memperingatkan bahwa jika rezim Assad digulingkan, dampaknya akan berada di luar kendali Amerika Serikat dan dapat menyebabkan konflik yang melibatkan negara-negara kawasan dan Turki.
Akbari menjelaskan bahwa penggulingan rezim Assad akan memunculkan aliansi kompleks antara kekuatan di wilayah utara dan selatan Suriah, yang dapat memicu konflik antara negara-negara Islam dan Arab dengan Turki. Dia menambahkan bahwa mengingat situasi saat ini, beragam pandangan, dan intervensi dari berbagai negara, masyarakat Suriah menghadapi risiko kehilangan rasa aman.(jhn/yn)