Kelompok Druze di Suriah Umumkan Secara Resmi Bergabung dengan  Israel

ETIndonesia. Ketidakpastian yang melanda Suriah semakin mendalam setelah kejatuhan rezim Bashar al-Assad, memicu dinamika politik dan sosial yang kompleks. Di tengah harapan awal akan stabilitas, berbagai faksi pemberontak dan kelompok etnis terus menggeser peta kekuasaan, menimbulkan potensi krisis baru.

Aliansi Dua Tambah Satu Menguasai Lanskap Politik Suriah

Setelah jatuhnya rezim Assad, Suriah dibagi menjadi tiga kekuatan besar yang membentuk apa yang dikenal sebagai aliansi “Dua tambah Satu”. 

Ketiga kekuatan ini memainkan peran utama dalam menentukan arah masa depan negara tersebut:

1. Pasukan Pemberontak Didukung Turkiye: Kelompok ini merupakan kekuatan terbesar di Suriah, menguasai wilayah terluas, dan memimpin pemerintahan sementara. Dukungan militer dan logistik dari Turkiye memberikan mereka keunggulan strategis di medan perang.

2. Wilayah Kurdi di Timur Laut: Diperkuat oleh dukungan Amerika Serikat, komunitas Kurdi di wilayah ini menjadi benteng penting melawan berbagai ancaman. Hubungan historis yang tegang antara Kurdi dan Turki, yang selama ini merupakan musuh utama Kurdi, menambah kompleksitas aliansi ini.

3. Kelompok Druze di Selatan: Sebuah kelompok minoritas yang kini menarik perhatian dunia internasional dengan niat mereka untuk memisahkan diri dari Suriah dan bergabung dengan Israel. Keputusan ini menandai perubahan signifikan dalam peta politik Suriah.

Kesepakatan Damai Antara Pemberontak dan Kurdi

Pada  13 Desember 2024, pemberontak Suriah yang didukung Turkiye dan kelompok Kurdi mencapai kesepakatan negosiasi, mengesampingkan perbedaan untuk membentuk persatuan damai. Namun, perubahan ini justru membuka peluang bagi kelompok lain untuk mengukir nasib mereka sendiri.

Kelompok Druze Mengumumkan Pemisahan dari Suriah

Kelompok Druze, yang telah lama mendiami wilayah pegunungan di selatan Suriah, secara resmi mengumumkan niat mereka untuk memisahkan diri dan bergabung dengan Israel. Pemimpin Druze menyatakan:

“Kami mengucapkan selamat kepada rakyat Suriah atas kebebasan dari rezim teroris Assad, namun kami tidak menerima kekuasaan pemberontak ISIS. Kami memilih untuk hidup di bawah pemerintahan Israel dan menjadi bagian dari negara tersebut.”

Orang Druze, sebagai cabang dari  Syiah Ismailiyah yang terpisah, memiliki kepercayaan unik yang menggabungkan unsur Islam, Hindu, dan filsafat Yunani. Kepercayaaan mereka tentang reinkarnasi dan penghormatan terhadap para nabi dari Yudaisme dan Kristen membuat mereka berbeda secara fundamental dari kelompok utama lain di Suriah.

Reaksi dari Israel dan Desa-Desa Druze di Barat Daya Suriah

Selain pemimpin Druze di selatan, enam desa Druze di barat daya Suriah yang berdekatan dengan Golan Heights, wilayah buffer yang kini dikuasai militer Israel, juga menyatakan keinginan serupa untuk bergabung dengan Israel. Kongres yang diadakan oleh perwakilan desa-desa ini menolak pemerintahan baru Suriah dan menyerahkan pos militer yang ditinggalkan kepada pasukan Israel. Tank Merkava khas Israel pun mulai memasuki desa-desa tersebut.

Strategi Pemimpin Suriah dan Respons Internasional

Pemimpin rezim Suriah saat ini, Jawlani, mengumumkan rencana untuk memberikan kebebasan kepada warga Suriah untuk masuk dan bekerja di Israel serta menandatangani perjanjian kerjasama damai dengan pemerintah Israel. Sementara itu, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, fokus mengalihkan perhatian internasional dari Suriah ke ancaman yang lebih besar, yaitu Iran.

Dinamika Regional dan Pengaruh Rusia

Kejatuhan rezim Assad juga berdampak pada posisi Rusia di Timur Tengah. Kehilangan basis militer di Suriah membuat Rusia kehilangan pijakan strategis untuk memperluas pengaruhnya ke Samudra Hindia dan Afrika. 

Pada  13 Desember 2024, Rusia melancarkan serangan udara besar-besaran ke Ukraina dengan menggunakan 94 rudal dan 193 drone penyerang. Meskipun sebagian besar rudal berhasil ditembak jatuh oleh sistem pertahanan udara Ukraina, serangan ini menandakan eskalasi konflik yang lebih luas.

Upaya Ukraina dalam Menghadapi Serangan Rusia

Ukraina merespons serangan Rusia dengan melakukan serangan balik menggunakan drone yang menargetkan setidaknya 16 wilayah di Rusia, termasuk kilang minyak yang kini hancur. Angkatan Darat Ukraina juga merilis video yang menunjukkan serangan balik dengan pesawat tempur Sukhoi Su-27 yang menjatuhkan bom berpandu GBU-39 buatan Amerika.

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, baru-baru ini mengangkat Jenderal Darapati sebagai komandan baru Angkatan Darat, yang kemudian mengumumkan reformasi mendasar dalam sistem pelatihan militer. 

Fokus utama reformasi ini adalah meningkatkan taktik dan strategi untuk menghadapi musuh di medan perang, serta memastikan kesejahteraan tentara dengan memberikan waktu istirahat yang cukup dan dukungan keluarga.

Masa Depan Suriah dan Stabilitas Regional

Dengan berbagai kekuatan yang terus bergeser dan munculnya kelompok-kelompok baru yang menginginkan kemerdekaan atau aliansi dengan negara lain, masa depan Suriah tetap penuh ketidakpastian. Perubahan besar yang terjadi saat ini dapat membawa stabilitas atau justru memicu konflik baru di kawasan tersebut.

Situasi ini menuntut perhatian internasional yang lebih besar untuk mencegah kerusuhan lebih lanjut dan mencari solusi damai yang dapat diterima oleh semua pihak yang terlibat. Hanya waktu yang akan menentukan arah yang akan diambil oleh Suriah dan kawasan Timur Tengah secara keseluruhan. (Kyr)

FOKUS DUNIA

NEWS