Penguasa Militer Suriah Memberi Makan Singa dengan Daging Manusia, Dieksekusi di Depan Umum?

EtIndonesia. Setelah setengah abad kekuasaan kediktatoran Assad di Suriah, rezim tersebut tiba-tiba runtuh dalam semalam. Salah satu orang kepercayaan Assad yang dikenal karena kekejamannya, yang bertanggung jawab atas pembunuhan ribuan orang, dilaporkan ditangkap dan dieksekusi di depan umum, menarik perhatian massa.

Setelah runtuhnya rezim diktator Suriah, berbagai detail tentang perlakuan tidak manusiawi terhadap tahanan mulai terungkap. Para tangan kanan Assad, yang bertanggung jawab atas penyiksaan dan penindasan, mulai menghadapi pembalasan dan penghakiman. Salah satu yang paling menonjol adalah Talal Al-Daqaq, komandan Pasukan Pertahanan Nasional di Provinsi Hama, yang dikenal karena kebrutalannya.

Pada 10 Desember, video yang beredar di media sosial menunjukkan Talal Al-Daqaq ditangkap dan dieksekusi atas kejahatan-kejahatannya selama perang saudara Suriah. Dalam video tersebut, seorang pria yang menyerupai Talal terlihat diarak oleh kelompok pemberontak menuju Al-Assi Square. Sepanjang perjalanan, banyak warga yang bersorak, melambaikan tangan, dan menyambutnya dengan antusias.

Menurut laporan Daily Mail, Talal adalah salah satu pemimpin militer paling terkenal dan kaya di Provinsi Hama. Namun, dia dikenal karena kebrutalannya, termasuk penculikan, pembunuhan, perdagangan organ, dan penyelundupan.

Laporan dari Syrian Observer mengungkap bahwa Talal pernah mencuri anak singa dari kebun binatang dan memberinya makan dengan jenazah tahanan. Video yang memperlihatkan singa itu menyerang kuda hidup bahkan pernah dilaporkan oleh Sky News.

Di bawah rezim Assad, Talal memanfaatkan kekuasaan untuk melakukan berbagai kekejaman, termasuk membunuh lebih dari 10.000 orang. Dia juga menggunakan tahanan politik untuk memberi makan singa peliharaannya, sementara organ-organ mereka dijual untuk keuntungan pribadi. Kekejamannya membuat namanya dikenal sebagai “Malaikat Maut” di kalangan rakyat.

Setelah rezim Assad runtuh, Talal ditangkap oleh pemberontak. Video yang beredar menunjukkan dia dipukuli oleh pemberontak, dan warga yang menyaksikan eksekusinya merasa puas dan gembira.

Ketika “Arab Spring” pecah pada tahun 2011, Talal Al-Daqaq diperintahkan untuk memadamkan pemberontakan. Atas nama Assad, dia dengan kejam menekan Kota Hama, yang menyebabkan pecahnya perang saudara di Suriah kemudian membentuk National Defence Force (Angkatan Pertahanan Nasional) tahun berikutnya, dan menjadi pemimpin, menjadi semakin sombong.

Namun, di tengah beredarnya video eksekusi, sebuah video lain muncul yang memperlihatkan seorang pria yang mengaku sebagai Talal Al-Daqaq membantah kabar eksekusinya. Dia mengklaim tidak ditangkap, meski terlihat ketakutan. Video tersebut dikatakan direkam pada 10 Desember.

Rezim Assad dan Perdagangan Narkoba untuk Mendukung Pemerintahan

Pada 8 Desember, rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad secara dramatis runtuh, mengungkapkan sisi gelap pemerintahannya, termasuk produksi narkoba jenis captagon (fenitilyn) dalam skala industri.

Menurut laporan AFP, kelompok-kelompok bersenjata yang dipimpin oleh organisasi Islam merebut pangkalan militer dan pusat distribusi captagon di seluruh Suriah. Kini, narkoba tersebut telah menyebar ke pasar gelap di Timur Tengah.

Pemberontak Suriah yang dipimpin oleh kelompok Hayat Tahrir al-Sham menyatakan bahwa mereka menemukan sejumlah besar narkoba dan berjanji untuk memusnahkannya. Pada 12 Desember, pasukan pemberontak mengizinkan wartawan AFP memasuki gudang di pinggiran Damaskus, tempat mereka menemukan captagon dalam jumlah besar yang disembunyikan di dalam komponen elektronik yang siap diekspor.

Seorang pejuang bernama Abu Malek al-Shami, yang mengenakan penutup wajah hitam, mengatakan: “Setelah kami memeriksa lokasi secara menyeluruh, kami menemukan bahwa ini adalah pabrik milik Maher al-Assad dan mitranya, Amer Khiti.”

Maher al-Assad, saudara laki-laki Bashar al-Assad dan mantan komandan militer, diyakini sebagai dalang utama di balik perdagangan captagon. Dia saat ini dilaporkan dalam pelarian.

Amer Khiti, seorang tokoh politik Suriah, pada tahun 2023 dijatuhi sanksi oleh pemerintah Inggris atas dugaan pengendalian berbagai perusahaan di Suriah yang terlibat dalam produksi dan penyelundupan narkoba.

Laba dari perdagangan captagon membantu menopang rezim Assad selama 13 tahun perang saudara. Suriah kini dikenal sebagai salah satu negara produsen narkoba terbesar di dunia. Menurut data resmi yang dikutip dalam laporan AFP pada 2022, captagon adalah produk ekspor terbesar Suriah, bahkan melampaui total nilai ekspor legal negara itu.(jhn/yn)

FOKUS DUNIA

NEWS