EtIndonesia. Pada 14 Desember, empat pejabat Suriah mengungkapkan kepada Reuters bahwa Rusia telah menarik beberapa peralatan berat dan pejabat tinggi dari garis depan di utara Suriah dan pos-pos di Pegunungan Alawite. Namun, Rusia tidak berniat meninggalkan dua pangkalan militernya di negara tersebut.
Suriah telah lama menjadi sekutu dekat Moskow, baik di bawah Bashar al-Assad maupun almarhum ayahnya, Hafez al-Assad. Rusia memiliki dua pangkalan militer utama di Suriah: Pangkalan Udara Hmeimim di Latakia dan Pangkalan Angkatan Laut Tartous.
Pada 13 Desember, citra satelit menunjukkan keberadaan dua pesawat kargo Antonov An-124 di Pangkalan Udara Hmeimim. Pesawat-pesawat tersebut tampaknya sedang dimuat dengan peralatan. Citra satelit juga menunjukkan sebuah helikopter serang Ka-52 dan beberapa komponen sistem rudal S-400 sedang dipindahkan ke dekat pesawat kargo.
Sumber militer dan keamanan Suriah yang terhubung dengan Rusia mengonfirmasi bahwa Moskow telah menarik beberapa peralatan berat dan pejabat tinggi militer di Suriah. Namun, sumber tersebut menekankan bahwa Rusia tidak berencana meninggalkan dua pangkalan militernya di Suriah.
Seorang pejabat militer Suriah mengatakan kepada Reuters bahwa Rusia sedang merestrukturisasi dan menempatkan ulang pasukannya sesuai dengan perkembangan situasi di lapangan.
Sementara itu, seorang pejabat pemberontak yang dekat dengan pemerintah transisi baru di Suriah menyatakan bahwa belum ada pembahasan resmi antara Suriah dan Rusia mengenai keberadaan militer Rusia di Suriah atau perjanjian yang dibuat selama era Assad. (jhn/yn)