PHK Massal Melanda di Ji Yue Auto: Badai Restrukturisasi Industri Mobil Listrik Tiongkok Dimulai

Merek mobil listrik baru Tiongkok, Ji Yue, yang didukung oleh Baidu dan Geely, tiga bulan lalu masih meluncurkan model mobil kedua. Namun, pekan lalu tiba-tiba mengumumkan PHK massal dan penutupan bisnis. Para pengamat menilai restrukturisasi besar-besaran dalam industri mobil listrik Tiongkok telah dimulai.

ETIndonesia. Pada 13 Desember 2024, Baidu dan Geely merilis pernyataan bersama yang mengumumkan PHK dan penutupan bisnis Ji Yue Auto. Pernyataan tersebut menyebutkan, “Konstelasi persaingan dalam industri telah mengalami perubahan besar. Rencana bisnis yang telah ditetapkan tidak dapat dilaksanakan, dan perusahaan menghadapi tantangan operasional.”

Ji Yue Auto, yang didirikan pada Januari 2021 sebagai Jidu Auto oleh Baidu dan Geely, berganti nama menjadi Ji Yue pada Agustus 2023. 

Sebelumnya, Ji Yue pernah dengan percaya diri menargetkan Tesla sebagai pesaingnya, tetapi penjualannya tidak pernah memuaskan. Bahkan, tidak ada yang menyangka perusahaan ini akan mendadak bangkrut.

Terlalu Banyak Subsidi, Kini Kehilangan Dukungan Pemerintah

David Huang, seorang ekonom dari AS, menyatakan bahwa Tiongkok beralih ke pengembangan mobil listrik karena gagal membuat terobosan pada teknologi mesin dan transmisi kendaraan tradisional. Mobil listrik, yang hanya memerlukan motor listrik dan baterai, memiliki hambatan masuk yang lebih rendah.

Kemudian, Partai Komunis Tiongkok (PKT) menyebut mobil listrik sebagai “mobil energi baru” dan menggunakannya sebagai alat negosiasi dalam pembicaraan iklim dengan AS dan Eropa, untuk memperoleh kuota emisi karbon. Dengan dukungan besar pemerintah dan subsidi ekonomi yang melimpah, lebih dari 300 perusahaan mulai memproduksi mobil listrik di Tiongkok.

Namun, saat ini pemerintah mengalami defisit anggaran sehingga mengurangi subsidi secara signifikan. Selain itu, negara-negara Barat kini menyadari bahwa mobil energi baru Tiongkok hanyalah kendaraan listrik biasa. Akibatnya, banyak perusahaan yang tidak dapat bertahan tanpa subsidi.

Ji Yue PHK Massal dan Tekanan Rantai Pasokan

Menurut sumber internal, dari lebih dari 5.000 karyawan Ji Yue, seluruh departemen R&D akan diberhentikan, sementara dari 300 karyawan layanan purna jual, hanya 80 yang akan dipertahankan. 

Karyawan lainnya dihadapkan pada dua pilihan: mengundurkan diri secara sukarela dan menerima kompensasi hingga akhir Februari, atau tetap bekerja dengan biaya sendiri. Ketidakpuasan karyawan telah memicu aksi protes selama dua hari terakhir.

Lebih parahnya, Ji Yue dilaporkan memiliki utang besar kepada 50 pemasok, mulai dari RMB.46.000 hingga lebih dari RMB.100 juta yuan. Utang kepada Geely sendiri mencapai lebih dari RMB.1 miliar , sehingga total utang Ji Yue diperkirakan mencapai RMB.puluhan miliar .

David Huang menekankan bahwa PHK massal ini tidak hanya langsung mempengaruhi ratusan ribu pekerja, tetapi juga menghantam perekonomian melalui rantai pasokan inti. Banyak pemasok tidak menerima pembayaran mereka, sementara perusahaan besar seperti BYD menuntut pengurangan harga besar-besaran dari pemasok mereka pada 2025.

Dampak Kebijakan Berlebihan

David Huang menjelaskan bahwa seperti gerakan “lompatan besar ke depan”, produk-produk yang dihasilkan dengan subsidi besar kini menghadapi kesulitan penjualan dan penurunan harga yang terus-menerus. Hal ini tidak hanya membuat investasi di sektor tersebut semakin hati-hati, tetapi juga mempercepat restrukturisasi industri, di mana bahkan perusahaan besar berpotensi bangkrut.

Pada 25 November, pendiri NIO menyebut dalam surat internal bahwa industri mobil listrik pintar kini memasuki tahap kompetisi paling keras dan kejam, di mana hanya segelintir perusahaan yang akan bertahan.

Peningkatan Tarif Impor oleh AS dan Uni Eropa

Pada Mei 2024, AS meningkatkan tarif impor mobil listrik dari Tiongkok dari 25% menjadi 100%. Sementara itu, Uni Eropa pada akhir Oktober menaikkan tarif dari 10% menjadi 45,3%.

Pengamat politik Beijing, Hua Po, menyatakan bahwa negara-negara Barat kini sangat waspada terhadap seluruh rantai pasokan Tiongkok dan mengambil langkah-langkah untuk mengurangi ketergantungan pada Tiongkok. Meskipun proses ini memakan waktu lama, setiap langkah yang diambil memberikan pukulan besar bagi ekonomi Tiongkok.

Kesalahan Strategi Ekonomi PKT

Menurut Hua Po, kegagalan untuk mengembangkan konsumsi domestik dan pasar dalam negeri telah memperburuk kelebihan kapasitas di pasar mobil listrik. David Huang menyimpulkan bahwa kebijakan subsidi yang berlebihan, tanpa pengembangan yang substansial, hanya menghasilkan pemborosan besar sumber daya dan anggaran negara. Dana yang seharusnya digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan meringankan krisis utang Tiongkok kini terbuang sia-sia.

Pada akhirnya, banyak industri yang didukung oleh subsidi besar, seperti energi surya, energi angin, dan mobil listrik, menghadapi nasib yang sama seperti “lompatan besar ke depan”, yaitu kegagalan. Tiongkok juga kehilangan kesempatan untuk mendukung industri tradisional yang stabil dan mempertahankan investasi asing, yang semakin memperburuk kesulitan ekonominya. (Hui)

Sumber : NTDTV.com 

FOKUS DUNIA

NEWS