10 Perusahaan Ekuitas Swasta Global Terbesar Terjebak di Tiongkok, Mempercepat Pelarian Modal Global

ETIndonesia. Laporan Financial Times pada 24 Desember mengungkapkan bahwa 10 perusahaan ekuitas swasta global terbesar saat ini terjebak di Tiongkok. Seorang eksekutif Goldman Sachs baru-baru ini juga menyatakan bahwa dana yang masuk ke Tiongkok sangat sulit untuk dikeluarkan. Analisis menunjukkan bahwa perlambatan ekonomi Tiongkok dan regulasi ketat yang diterapkan adalah penyebab utama.

Berdasarkan data terbaru dari Dealogic, dari 10 perusahaan investasi ekuitas swasta global terbesar yang beroperasi di Tiongkok, tidak ada satu pun yang berhasil mencatatkan perusahaan Tiongkok di bursa saham atau sepenuhnya menjual saham mereka melalui akuisisi tahun ini.

Hal ini menunjukkan bahwa dana investasi mereka terkunci, dengan prospek pengembalian yang tidak pasti di masa depan.

Regulasi Ketat Menghambat Keluar dari Tiongkok

Sejak diberlakukannya peraturan baru terkait penawaran umum perdana (IPO) oleh Beijing pada tahun 2021, langkah perusahaan ekuitas swasta untuk keluar dari Tiongkok semakin lambat. Tahun ini, untuk pertama kalinya dalam 10 tahun terakhir, tidak ada perusahaan yang berhasil keluar dari investasi di Tiongkok.

Analisis menunjukkan bahwa kebijakan regulasi ketat yang diterapkan oleh Partai Komunis Tiongkok (PKT), ditambah dengan memburuknya ekonomi, menjadi penyebab utama terjebaknya dana-dana ini. Selain itu, fluktuasi pasar saham dalam beberapa tahun terakhir membuat PKT memperketat kontrol modal.

David Solomon, Ketua dan CEO Goldman Sachs, pada bulan lalu dalam International Financial Leaders Investment Summit di Hong Kong, menyatakan bahwa sangat sulit mengeluarkan dana dari Tiongkok dalam lima tahun terakhir. Saat ini, para investor global bersikap hati-hati terhadap investasi di Tiongkok.

Krisis Modal dan Pasar Saham Tiongkok

Kolumnis Epoch Times Wang He menyatakan: “Tiongkok bukanlah pasar dengan kebebasan modal. Pergerakan masuk dan keluar modal sangat dikontrol oleh negara. Sejak tahun lalu, kinerja pasar saham Tiongkok terus memburuk. PKT mencoba mendongkrak pasar saham dengan membatasi jumlah perusahaan yang dapat melantai di bursa. Tahun ini, jumlah perusahaan yang IPO untuk pertama kalinya dalam bertahun-tahun berada di bawah 100. Hal ini membuat perusahaan ekuitas swasta kekurangan jalur keluar, sehingga modal mereka terkunci.”

Pelarian Modal Global

Kendala yang dihadapi oleh perusahaan ekuitas swasta global di Tiongkok, ditambah dengan kebijakan tarif yang akan diterapkan kembali setelah Donald Trump terpilih sebagai Presiden AS, mempercepat keluarnya modal asing. Pada November 2024 saja, sebesar 45,7 miliar dolar AS keluar dari pasar modal Tiongkok, mencatat rekor aliran keluar modal bulanan tertinggi dalam sejarah.

Pandangan Ekonom: Masa Depan Ekonomi Tiongkok yang Suram

Ekonom Universitas California, Los Angeles (UCLA), Wei-Hsin Yu  berkata misalokasi sumber daya menyebabkan konsumsi rumah tangga sulit meningkat. Di era pasca-pecahnya gelembung aset, masyarakat cenderung menghemat dan mengurangi pengeluaran, sehingga ekonomi terus melemah. Karena alasan ini, kata dia, baik perusahaan domestik maupun investor asing semakin kehilangan harapan terhadap ekonomi Tiongkok. 

“Inilah sebabnya aliran keluar modal yang memecahkan rekor ini terjadi. Kinerja ekonomi Tiongkok dalam beberapa tahun terakhir buruk, dan prospek masa depannya mungkin akan lebih suram,” pungkasnya. (Hui)

Sumber : NTDTV.com 

FOKUS DUNIA

NEWS